VIII
Perkawinan Dan Selibat
Francis Bacon
Lukisan Henri Matisse, The Dessert Harmony in Red, 1908
Dia yang mempunyai istri dan anak-anak telah menjadikan dirinya sebagai tawanan nasib baik nasib yang baik maupun nasib yang malang; sebab istri dan anak adalah halangan-halangan bagi aktivitas yang penting. Pastilah bahwa tindakan-tindakan yang terbaik dan kelayakan yang paling tinggi yang adalah demi publik, biasanya berasal dari mereka yang tidak menikah dan tak mempunyai anak; yang berarti bahwa baik di dalam perasaan dan tindak-tanduk mereka, mereka telah menikah dengan publik dan membaktikan diri kepada publik. Meskipun seandainya ada alasan yang istimewa bahwa mereka yang memiliki anak berarti sungguh peduli untuk masa depan tetapi demi itu semua mereka mengerti bahwa mereka harus memenuhi dan melaksanakan janji-janji manis mereka. Sebaliknya, beberapa orang yang meskipun mereka hidup tidak menikah, pikiran-pikiran mereka tetap terkonsentrasikan pada diri mereka sendiri dan tidak peduli akan masa depan.
Ah tidak, ada beberapa orang yang menganggap istri dan anak-anaknya sungguh ibarat sebagai tagihan-tagihan. Terlebih, ada juga orang kaya bodoh yang tamak yang demi harga diri rela tidak mau memiliki anak, karena kiranya mereka berpikir bahwa dengan tidak mempunyai anak, mereka akan menjadi tambah kaya. Atau mungkin mereka telah mendengarkan suatu perkataan, orang yang sendiri adalah orang yang sungguh kaya, dan perkataan yang lain yang merupakan kebalikannya, sungguh, dia mempunyai beban yang besar untuk anak-anaknya; seolah-olah memiliki anak berarti suatu pengurangan kekayaan.
Penyebab umum hidup tidak menikah adalah kebebasan, teristimewa demi kesenangan diri dan karena adanya pikiran yang selalu berubah-ubah, di mana pikiran yang demikian begitu sensitif terhadap segala ikatan seolah-olah memakai korset dan kaos kaki itu suatu ikatan dan belenggu. Mereka yang selibat adalah sahabat yang terbaik, tuan yang terbaik; pembantu yang terbaik tetapi tidak selalu menjadi orang yang terbaik ketika masalah datang melanda; karena mereka dengan mudah melarikan diri dari masalah dan kebanyakan semua buron berasal dari kondisi tersebut. Hidup selibat dijalani dengan baik oleh orang-orang yang membaktikan diri kepada gereja, karena kasih nyaris tidak menyirami tanah ketika air pertama-tama harus memenuhi sebuah kolam. Perbandingan ini berlaku sama saja bagi para hakim, sebab sekiranya para hakim menjadi gamang dan korup, itu berarti anda mempunyai seorang pelayan yang lima kali lebih buruk daripada seorang istri. Dalam dunia militer, saya menjumpai bahwa para jenderal pada umumnya dalam usaha menyemangati para tentara, mereka mengingatkan para tentara akan anak dan istri mereka; dan saya pikir adalah perendahan perkawinan yang terjadi di antara orang–orang Turki sehingga membuat tentara-tentara mereka yang beringas semakin brutal.
Tentu saja istri dan anak adalah semacam disiplin kemanusiaan; dan hidup selibat, meskipun mereka sering kali lebih mengasihi karena hidup mereka tidak diletihkan dengan urusan keluarga, tetapi, di sisi lain, mereka lebih kejam dan keras hati (bagus untuk dijadikan eksekutor-eksekutor hukuman yang keras) karena kelembutan mereka jarang diaktualkan. Mereka yang kolot, yang disebabkan oleh adat-istiadat sehingga menjadikan mereka orang-orang yang setia, pada umumnya adalah para suami yang penuh cinta, seperti perkataan tentang Ulixes[1], vetulam suam praetulit immortalitati (dia lebih menyukai istrinya yang tua daripada keabadian). Wanita yang selibat sering kali sombong dan keras kepala, karena menganggap hidup selibat mereka sebagai kemuliaan. Berikut adalah salah satu dari ikatan yang termulia baik tentang kemurnian dan kesetiaan dalam diri seorang istri yaitu jika seorang istri berpikir bahwa suaminya seorang yang bijaksana; tetapi sayangnya sikap yang bijaksana tidak akan pernah dilakukan seorang istri jika dia mendapati suaminya penuh kecemburuan. Istri adalah kekasih pada waktu masih muda; seorang sahabat pada pertengahan usia, dan seorang perawat pada masa tua. Jadi sepertinya seorang laki-laki mempunyai dalih untuk menikah kapan pun yang dia mau. Namun, Thales[2] yang dianggap sebagai salah seorang yang bijaksana memberikan jawaban kapan seseorang harus menikah; –seorang muda belumlah waktunya; orang yang lanjut usia sama sekali bukanlah saatnya. Sering kali terlihat bahwa suami-suami yang buruk mempunyai istri-istri yang baik; hal itu terjadi apakah karena memang kebaikan para istri dapat mengubah tingkah-laku suaminya yang buruk ketika tiba saatnya; atau hanya karena para istri sebenarnya bangga akan kesabaran mereka. Namun kenyataan berikut ini tidak pernah salah, jika para istri mendapatkan para suami yang buruk yang merupakan pilihan mereka sendiri dan menentang segala nasihat dari semua teman mereka; maka nantinya mereka akan begitu yakin untuk membayar ketololan mereka sendiri.
[1] Ulixes adalah seorang Yunani, tokoh dalam pengepungan kota Troya (perang Troya). Ulixes itu masyur karena kecerdikannya dan diabadikan oleh penyair Homerus, dalam kedua syair yang berjudul Ilias dan Odysseia.
[2] Thales adalah seorang filsuf Yunani awali yang berasal dari Miletus dan salah satu dari ketujuh orang bijaksana Yunani. Aristoteles menganggap Thales sebagai filsuf pertama dalam khazanah filsafat Yunani; sementara menurut Bertrand Russel filsafat Barat dimulai dengan pemikiran Thales. Thales sebagai seorang filsuf menggebrak pemikiran Yunani yang terlalu sentris kepada mitologi. Artinya dalam menjelaskan kosmologi, natura, perubahan dan segala yang ada Thales berusaha menjelaskannya dengan suatu penjelasan rasional dan tidak lagi dengan mitos. Misalnya dalam menjelaskan gempa bumi, Thales mengeluarkan sebuah teori bahwa bumi terapung di atas air, maka gempa bumi itu terjadi karena bumi digoncang dengan gelombang-gelombang air tersebut. Dengan demikian penjelasan gempa bumi bukan lagi berdasarkan mitos, misalnya gempa bumi terjadi karena ada peperangan antar dewa. Thales menjelaskan bahwa arche (prinsip segala dari sesuatunya) dari semuanya adalah air: segala sesuatunya yang ada berasal dari air. Thales juga dianggap orang pertama yang memakai geometri dalam memecahkan masalah seperti menghitung tinggi piramid dan memperkirakan jarak kapal dari pantai. Berkaitan dengan geometri, Thales mengatakan: “ruang adalah hal yang paling besar, karena ruang memuat segala sesuatu yang ada”.
Copyright © 2016 ducksophia.com. All Rights Reserved