VII
Orang Tua Dan Anak
Francis Bacon
Lukisan Arthur John Elsley, A Helping Hand
Sukacita orang tua merupakan rahasia; demikian juga dengan prahara dan ketakutan mereka.Mereka memendam semuanya itu di dalam hati. Anak-anak memaniskan pekerjaan orang tua; tetapi anak-anak juga membuat kemalangan menjadi semakin pahit. Anak-anak membuat orang tua semakin khawatir akan kehidupan; tetapi anak-anak juga menenangkan orang tua akan ingatan akan kematian.
Keberlangsungan hidup suatu generasi juga berlaku bagi binatang, tetapi ingatan, kebaikan dan tindakan yang mulia adalah karakter manusia. Tentu saja seorang manusia akan menyaksikan tindakan-tindakan yang mulia dan pilar-pilar tindakan yang mulia tersebut datang dari mereka yang tak memiliki anak; yang berusaha mewujudkan angan-angan pikiran mereka, ketika tubuh mereka telah gagal menghasilkan keturunan. Jadi, kepedulian akan anak cucu kebanyakan justru ada di dalam diri mereka yang tidak punya keturunan. Mereka yang adalah penanggung jawab utama atas rumah mereka akan sangat sabar kepada anak-anak mereka; memandang anak-anak sebagai kelanjutan tidak hanya dari kebaikan mereka tetapi juga dari pekerjaan mereka; begitu sabar baik kepada anak-anak maupun segala makhluk hidup yang ada di dalam rumah itu. Perbedaan perasaan orang tua kepada anak- anaknya sering kali tidak seimbang; dan kadang kala pula tidak terhormat; khususnya perasaan ibu; seperti yang dikatakan
Salomo[1]; anak yang bijak mendatangkan sukacita kepada ayahnya; tetapi anak bebal adalah kedukaan bagi ibunya[2]. Seseorang akan menyaksikan, di mana ada sebuah rumah penuh dengan anak-anak, maka satu atau dua dari anak yang paling tua dihormati, yang paling kecil dimanja; sayangnya anak-anak yang berada di tengah seolah-olah dilupakan, padahal mereka sering kali membuktikan sebagai anak yang terbaik. Orang tua yang terlalu mengungkung anak-anaknya adalah suatu kesalahan yang fatal; karena menjadikan anak-anak semakin brutal, mengajarkan mereka akan kelihaian, mengenalkan mereka akan jalan tengah; dan membuat mereka semakin malas ketika mereka berada dalam masa kemakmuran. Oleh karena itu, keteladanan adalah hal yang terbaik, ketika orang tua harus menyimpan otoritas mereka atas anak-anak, dan bukannya menyimpan dompet mereka. Manusia berbuat kebodohan (baik orang tua, guru dan pelayan) ketika membentuk dan menumbuhkan pembedaan di antara saudara-saudara selama masa kecil, yang sering kali berubah menjadi ketidakrukunan ketika mereka telah dewasa sehingga merusak keharmonisan keluarga. Orang-orang Italia tidak terlalu membedakan antara anak dan keponakan atau kerabat dekat, kiranya mereka semua menjadi seperti anak-anak mereka sendiri, dan sungguh menyayangi mereka semua meskipun kehadiran mereka tidaklah berasal dari tubuh mereka sendiri. Dan memang benarlah bahwa kodrat manusia: menjadi orang tua berlaku di dalam kenyataan; karena kita telah melihat seorang keponakan kadang kala mirip dengan pamannya atau kasih seorang kerabat melebihi kasih orang tuanya; seperti yang terjadi dalam hubungan orang tua dan anak. Kiranya orang tua segera memilihkan panggilan-panggilan dan jalan-jalan yang akan ditempuh anak-anak sesuai dengan bakat-bakat mereka; sebab orang tua akan menjadi fleksibel selanjutnya, dan semoga orang tua juga tidak memaksakan harapan mereka kepada disposisi anak-anak mereka, seperti beranggapan bahwa orang tua selalu melakukan hal yang terbaik demi anak-anak sebagaimana yang mereka pikirkan. Benarlah bahwa jika kehangatan dan kecerdasan anak-anak kiranya melampaui yang normal, memang baik untuk tidak menghalanginya; tetapi umumnya adanya suatu aturan itu baik, optimum elige, suave et facile illud faciet consuetudo (pilihlah yang terbaik-kebiasaan akan membuat pilihan tersebut menjadi menyenangkan dan gampang). Saudara-saudara yang lebih muda umumnya mujur; tetapi jarang atau tak pernah bahwa saudara yang lebih tua tercabut hak warisnya.
[1] Tentang Salomo, lihat essai IV; no. 1
[2] Amsal 10:1
Copyright © 2016 ducksophia.com. All Rights Reserved