XIV
Kebangsawanan
Francis Bacon
Lukisan Edward John Poynter, A Hot-House Flower
Kita akan berbicara tentang kebangsawanan pertama-tama sebagai suatu porsi kenegaraan, lalu sebagai kondisi dari orang-orang tertentu.
Sebuah monarki di mana tidak ada sama sekali para bangsawan, maka monarki tersebut adalah sebuah tirani yang murni dan absolut; seperti Turki. Karena kebangsawanan membawa harmoni bagi kedaulatan, dan sedikit memikat mata rakyat selain perihal garis keturunan raja. Tetapi untuk negara-negara demokrasi, negara-negara tersebut tidak membutuhkan para bangsawan; dan negara-negara demokrasi umumnya lebih tenang dan kurang menjadi tujuan hasutan, daripada di mana ada keluarga atau keturunan bangsawan. Sebab mata manusia menatap kepada kepentingan dan bukan kepada kepribadian; atau jika menatap kepada kepribadian maka tetap demi kepentingan, sebagai hal yang paling cocok dan bukan menatap demi bendera dan silsilah. Kita melihat bahwa negara Swiss berlangsung dengan baik, meskipun adanya keragaman agama dan distrik. Sebab asas manfaat adalah persatuan mereka, bukan pertimbangan-pertimbangan akan kedudukan. Kesatuan provinsi-provinsi Negara-Negara Bawah[1] dalam pemerintahan mereka begitu unggul; karena di mana ada kesetaraan, maka musyawarah lebih menjadi hal yang biasa, dan pembayaran-pembayaran dan upeti-upeti menjadi hal yang lebih menyenangkan. Suatu kebangsawanan yang kuat dan digdaya menambahkan keagungan monarki tetapi melemahkan kekuatan monarki; dan memang menyerahkan kehidupan dan semangat kepada rakyat, tetapi menindas nasib rakyat. Adalah baik sekali bahwa para bangsawan yang berkecimpung dalam urusan kedaulatan maupun keadilan tidaklah terlalu banyak; tetapi tetap mempertahankan kedudukan yang tinggi, supaya kebrutalan dari orang-orang yang kedudukannya lebih rendah kiranya dipatahkan oleh mereka sebelum datang terlalu cepat ke atas keagungan para raja. Adanya bangsawan yang banyak menyebabkan kemiskinan dan ketidaknyamanan di dalam suatu kerajaan; karena mereka menjadi penyebab ekses pengeluaran; dan di samping itu, mereka akhirnya menjadi suatu kebutuhan bahwa kebanyakan dari mereka terjungkal dalam perjalanan waktu sehingga menjadi lemah dalam nasib, hal ini membuat semacam ketidaksepadanan antara kehormatan dan sarana-sarana.
Tentang kebangsawanan yang ada di dalam diri orang-orang tertentu; perihal ini adalah sebuah kehormatan ibarat melihat suatu kastil atau bangunan kuno yang tidak ambruk; atau melihat sebuah pohon kayu sempurna dan kokoh berdiri. Betapa lebih lagi ketika melihat sebuah keluarga bangsawan kuno, yang telah kukuh berdiri melawan gelombang dan cuaca waktu! Karena bangsawan yang baru hanya berasal dari aksi kekuatan, tetapi bangsawan kuno berasal dari aksi waktu. Mereka yang pertama telah diangkat sebagai bangsawan umumnya lebih memiliki keutamaan, dan sedikit tak bersalah, daripada anak-cucu mereka; karena jaranglah ada pengangkatan bangsawan dengan mencampur-adukkan antara kebaikan dan kejahatan. Tetapi ini adalah alasan mengapa ingatan akan kebaikan-kebaikan mereka tetap dikenang turun-temurun oleh anak cucu mereka tetapi kesalahan mereka sirna bersama dengan kematian mereka. Kebangsawanan yang terjadi karena kelahiran umumnya memudarkan produktivitas dan bangsawan yang tidak mempunyai keahlian untuk produktivitas akan iri hati kepada dia yang memiliki keahlian produktivitas. Di samping itu, para bangsawan yang tidak dapat meraih kedudukan yang lebih tinggi lagi dan tetap pada kedudukannya sementara ada orang lain yang terangkat ke kedudukan yang lebih tinggi, nyaris tidak dapat menghindari gerakan iri hati[2]. Di sisi yang lain, perihal kebangsawanan membinasakan kecemburan pasif pihak lain yang tertuju kepada mereka, karena para bangsawan memang memiliki kehormatan. Pastilah bahwa para raja yang mempunyai bangsawan-bangsawan yang baik akan menemukan ketentraman dalam memperkerjakan mereka dan mereka kiranya menjadi suatu luncuran yang baik bagi urusan-urusan para raja; karena rakyat secara natural membungkuk kepada mereka, ibarat terlahir menjadi semacam tipe manusia untuk memerintah.
[1] Istilah Negara-Negara Bawah merupakan peta hasil pembagian wilayah yang dipakai oleh kerajaan yang berkuasa sehingga dari masa ke masa berubah. Negara-Negara Bawah pada zaman Francis Bacon adalah bagian wilayah kemaharajaan Romawi Suci yang meliputi 17 propinsi (zaman sekarang meliputi negara Belanda, Luxembourg, Belgia, sebagian besar utara Perancis dan wilayah kecil Jerman Barat).
[2] Bandingkan dengan essai Iri hati (essai IX)
Copyright © 2016 ducksophia.com. All Rights Reserved