lukisan John Constable, Old Sarum
Yesaya 58: 1-9a
Pada suatu ketika ada seorang yang hidupnya sangat bermatiraga. Ia tidak mau makan atau minum meskipun berada di bawah panas terik matahari. Tampaknya cara hidupnya mendapat restu dari surga karena ada sebuah bintang yang sangat cemerlang bersinar di atas gunung yang terletak dekat dengan tempat itu. Bintang itu dapat dilihat oleh semua orang bahkan di siang hari bolong, meskipun tidak ada orang tahu mengapa ada bintang seperti itu.
Pada suatu hari orang itu memutuskan untuk mendaki gunung. Seorang gadis kecil dari desa itu memaksa untuk pergi bersamanya. Hari itu panas dan segera saja dua orang itu merasa haus. Ia menyuruh gadis itu untuk minum. Namun gadis itu berkata, ia tidak mau minum kalau sendirian. Orang itu bingung. Ia tidak suka membatalkan puasanya, tetapi juga tidak senang melihat gadis kecil itu kehausan. Akhirnya ia minum bersama dengan gadis kecil itu. Lama ia tidak berani memandang ke atas karena ia takut jangan-jangan bintang tadi telah menghilang. Bayangkan betapa ia terkejut ketika ia melihat ke atas karena ia melihat dua bintang sinar cemerlang di atas gunung[1].
Dalam kitab Yesaya kita mendengarkan tentang puasa yang sejati, puasa yang dikehendaki Allah. Puasa yang sejati yang dikehendaki Allah adalah bahwa supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri.
Dari kitab Yesaya kita bisa menyimpulkan bahwa puasa selalu mencakup tindakan dan perbuatan yaitu doa dan amal kasih. Keterkaitan puasa dengan doa dan amal kasih diuraikan dengan indah sekali oleh St. Petrus Crisologus: “puasa adalah jiwa doa dan belaskasihan adalah kehidupan puasa, oleh karena itu siapa yang berdoa, berpuasa. Siapa yang berpuasa pasti mempunyai belaskasihan. Siapa yang berharap bahwa permohonannya dikabulkan, berharaplah bahwa Tuhan akan berpaling untuk mendengarkan permohonan tersebut. Siapa menginginkan dirinya terbuka kepada hati Tuhan tentu tidak akan menutup hatinya terhadap sesama yang membutuhkan” .
Dengan berdoa dan berpuasa, memberi sedekah kita memohon belas kasihan, kerahiman Tuhan supaya Ia menyucikan hidup dan supaya kita sampai kepada kasih manis-Nya. Kasih manis-Nya itu dapat dikecap dan dirasakan oleh diri yang bertobat. Puasa, doa, amal kasih yang sejati selalu membawa pertobatan batin dan bukan pertobatan lahiriah. Puasa, doa dan amal kasih yang benar selalu menghasilkan hati yang remuk redam karena diri menyadari bahwa diri telah menolak dan menjauh dari cinta Allah. Maka, sasaran puasa, doa, amal kasih adalah perubahan hati manusia. Dengan demikian, tidak ada gunanya kita berpuasa dan berdoa, jika kita masih menutup hati terhadap sesama, jika kita berdiam diri terhadap sesama. Ataupun mungkin saja kita memberikan amal kasih sebanyak mungkin, berpuasa berhari-hari, berdoa berjam-jam. Namun itu semua akan sia-sia jika kita tidak memiliki batin-hati yang bertobat, hati yang menyesal. Dan lagi jika puasa, doa, dan amal kasih masih disertai, ditumpangi keinginan-keinginan lain misalnya mendapatkan kekayaan, untuk balas dendan maka kita tidak akan pernah berpaling untuk mencari dan mendengarkan Tuhan. Sebab puasa, doa dan amal kasih yang kita lakukan tidak memiliki maksud lain selain untuk mendekatkan diri pada cinta dan mencari dan memohon belas kasihan, kerahiman Tuhan. Puasa, doa dan amal kasih yang demikian menyusun dan membangun hidup pertobatan.
Lalu jika pertobatan membuat diri sungguh merasakan kerahiman Tuhan dan mengantar diri kepada cinta Tuhan maka akan terjadi seperti yang dikatakan oleh Allah sendiri: pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan TUHAN barisan belakangmu. Kita pun menjadi terkejut luar biasa. Sebab diam-diam dan secara tersembunyi, puasa, doa dan sedekah yang telah kita lakukan ternyata telah menjadi tiga bintang yang terbit di dalam langit hati, tiga bintang yang muncul di langit hati lalu mengantar, membawa dan membimbing kita kepada misteri Tuhan dan akhirnya membuat kita mendengar suara Tuhan:
Inilah Aku, Yesus Kristus.
[1] Anthony de Mello, Doa sang Katak
Copyright © 2018 ducksophia.com. All Rights Reserved