Lukisan Milan Konjovic
“Setiap materi mencari formanya”
Aristoteles
Pengertian materi
Materi didefinisikan oleh kaum scholastic sebagai id ex quo aliquid fit atau itu yang darinya sesuatu menjadi. Definisi ini menyingkapkan fakta bahwa materi merupakan sesuatu yang unik yang naturanya menunggu diaktualkan. Maka materi mengacu kepada potensi; materi adalah itu yang ada di dalam potensi.
Sebagai potensi, materi mengada dan memiliki realitas sejauh materi menjadi bagian dari substansi korporal (komposisi). Alasannya substansi korporal selalu berada di dalam perubahan (motus) dan perubahan tidak akan mengada dan terjadi tanpa materi[1]. Tetapi materi itu sendiri bukanlah quidditas atau quantitas ataupun segala sesuatu yang diekspresikan oleh segala kategori yang membuat ada memiliki determinasi.
Substansi korporal (komposisi) tentu mensyaratkan eksistensi. Jadi, setiap eksistensi baik eksistensi substansial maupun eksistensi aksidental pasti memuat potensi dan segala potensi dapatlah disebut sebagai materi. Sperma atau ovum merupakan eksistensi substansial yang berpotensi menjadi manusia; eksistensi aksidental misalnya sesuatu berpotensi menjadi putih (kulitnya). Konsekuensinya sperma adalah materi manusia dan manusia merupakan materi putih (kulit).
Jenis materi:
- Materi utama
Secara natura, materi utama ini murni pasif potensi sehingga sama sekali tidak ada aktivitas. Bahkan, materi utama tidak menentu, tidak terbatas sehingga keadaan materi utama yang demikian disebut dalam bahasa Yunani hyle (kekacauan atau ketidakjelasan)[2]. Akibatnya, materi utama tidak sempurna dan tidak mampu eksis jika tidak diaktualisasikan oleh forma -dalam hal ini forma substansial. Materi yang menjadi sasaran forma substansial inilah yang disebut dengan materi utama karena tidak ada materi yang lain sebelum materi utama tersebut. Dengan kata lain, materi utama tidak bisa didefinisikan atau diketahui dari dirinya sendiri (per se) tetapi hanya dapat diketahui melalui substansi komposisi atau korporal. Karena substansi korporal itu sudah memiliki forma substansial, maka materi utama dikenali lewat forma substansial. Jadi, materi utama menjadi tertentu atau bersifat determinatif ketika menerima forma tertentu sehingga setelah menerima forma tertentu materi utama menjadi komponen korpus (rangka) ada.
Materi utama karena mengada di dalam eksistensi substansial maka disebut dengan materi yang dari[3]. Secara natura pula, materi utama sebagaimana juga forma tidak bersifat generatif maupun koruptif. Sebuah patung kuda terbuat dari perak. Sebenarnya, materi perak patung kuda tersebut tidak bisa disebut sebagai materi utama, meskipun patung tersebut memiliki materi. Tetapi materi utama –dalam hal ini patung kuda dari perak- kiranya dapat diketahui dari formanya karena materi utama terkait dengan segala forma. Dalam logika forma kita bisa mengatakan bahwa materi utama patung perak kuda adalah perak. Jadi materi utama dikatakan satu secara numerik di dalam segala hal; jelasnya bahwa materi utama itu adalah satu sebelum mendapatkan berbagai forma substansial. Logikanya sebagai berikut: sesuatu dikatakan satu secara numerik dalam dua cara: yang pertama, itu yang memiliki satu forma secara numerik, misalnya seorang manusia bernama Bartra. Tentu materi utama tidak dikatakan sebagai satu numerik dalam koridor ini karena materi utama tidak memiliki forma. Yang kedua sesuatu dikatakan satu secara numerik karena sesuatu tersebut tanpa disposisi-disposisi. Materi utama berada di dalam pengertian koridor yang kedua karena materi utama dimengerti itu yang tanpa segala disposisi sehingga menyebabkan materi utama tersebut berbeda secara numerik setelah mendapat berbagai forma[4].
- Materi sekunder
Materi sekunder tak lain adalah substansi itu sendiri. Substansi dikatakan sebagai materi sekunder karena substansi sudah memiliki dan mensyaratkan materi utama. Materi sekunder melekat kepada substansi sebagai aksiden. Yang perlu dicermati bahwa substansi memiliki kesamaan dengan materi karena sifat substansi yang siap menerima suatu aksiden. Tetapi substansi berbeda dengan materi karena selagi materi memiliki adanya aktual melalui forma, tidak demikian dengan substansi karena substansi tidak dibentuk oleh aksiden[5]. Terlebih bahwa substansi memiliki eksistensi sempurna melalui dirinya sendiri (per se) sebagaimana manusia tidak memiliki eksistensi melalui aksiden kehitaman, sementara materi memiliki eksistensi yang tidak sempurna karena materi membutuhkan forma agar menjadi eksistensi yang sempurna. Dengan demikian materi sekunder merupakan eksistensi aksidental sehingga materi sekunder ini disebut sebagai materi yang di dalam[6]
Realitas materi
Untuk mengetahui kekayaan materi, Aristoteles menjelaskan materi dalam hubungannya dengan hal, causa dan dengan perubahan yang mana subjeknya adalah materi itu sendiri.
- Hubungan materi dengan hal
Dalam penjelasan hubungan materi dengan hal, Aristoteles melontarkan pertanyaan: apakah ada satu materi atau beberapa materi untuk fakta bahwa ada beberapa materi untuk segala hal. Maka Aristoteles menguraikannya sebagai berikut:
- Semua yang ada yang berasal dari materi utama tidak memiliki forma dari dirinya sendiri. Konsekuensinya, tetap ada materi unik atau materi sekunder untuk masing-masing hal. Contoh gelas, materi utama dari gelas adalah ada gelas itu sendiri dalam konteks ini materi utama diketahui setelah mendapat forma. Tanpa ada formanya materi utama tidak akan diketahui. Kemudian materi unik atau materi sekunder dari gelas adalah materi gelas yang terdiri dari berbagai macam aksiden seperti bentuknya dan warnanya. Jadi, ada dua fakta yang dapat disimpulkan:
- Untuk segala hal yang sifatnya generatif dan koruptif pasti memiliki materi utama walaupun materi utama itu sendiri tidak bersifat generatif dan koruptif.
- Materi unik atau materi kedua yang beragam itu menghasilkan berbagai macam hal. Memang terdapat satu materi utama untuk setiap hal tetapi materi sekunder untuk hal-hal yang berbeda adalah materi yang berbeda. (Kursi goyang, mangkuk perak, tas kulit)
- Beberapa materi membentuk satu hal yang sama. Misalnya roti terbuat dari materi tepung, terigu, gula, dan telor. Yang dipetik dari fakta ini bahwa hal yang sifatnya generatif dan koruptif berasal dari materi dan bukan sebaliknya.
- Hubungan materi dengan causa
Hubungan materi dengan causa berkaitan:
- Dengan keberadaan satu materi. Jika ada satu materi, orang dengan mudah jatuh pada pemikiran bahwa hal-hal yang berbeda pasti berasal dari satu materi umum. Misalnya menurut Empodecles bahwa hal-hal yang berbeda-beda hanya berasal dari satu materi melalui proses penghalusan (rarefaction) dan kondensasi. Tentu saja pendapat Empedocles ini tidak tepat dan mudah untuk dipatahkan. Penjelasan tentang satu materi yang menghasilkan hal-hal yang berbeda disebabkan yang pertama: adanya causa efisien entah karena adanya causa efisien yang berbeda-beda atau adanya causa efisien satu dan sama yang diatur di dalam cara yang berbeda untuk menghasilkan efek-efek yang berbeda. Hal ini nyata dalam hal-hal dalam kesenian. Peti dan tempat tidur dibuat dari kayu oleh seorang tukang kayu dalam kaitannya dengan satu materi kayu tetapi dalam forma yang berbeda sebagai bagian dari kemampuan seni yang ia miliki.
- Keberadaan materi yang berbeda-beda. Hal-hal berbeda-beda karena materinya berbeda yang disebabkan adanya materi unik atau materi sekunder[7].
Jadi ada tiga kesimpulan:
- Perubahan pada materi berkaitan dengan causa efisien yaitu agen yang memproduksi sesuatu dari materi. Hubungan materi dengan causa terjadi karena materi merupakan bagian dari prinsip menjadi. Maka, materi merupakan prinsip untuk pengetahuan: hal-hal natural yang sifatnya generatif dan koruptif (substansi corporal atau material) membawa kita kepada pengetahuan akan materi. Sebab di dalam proses generasi dan korupsi terdapat subjek yang menjadi bagian dari privasi dan forma. Tetapi materi tidak berdiri tunggal sebagai penyebab hal-hal natural, dengan kata lain, kedudukan materi harus ditegaskan bersama dengan ketiga causa yang lain yaitu causa formal, causa efisien dan causa final. Keempat causa ini merupakan satu kesatuan di dalam proses perubahan hal-hal yang generatif dan koruptif. Sebagai contoh, dalam generasi manusia, causa materinya adalah siklus menstruasi, causa aktifnya atau efisiennya adalah sperma; causa forma adalah esensinya. Causa final dalam generasi adalah tujuannya yaitu jiwanya. Jadi menangkap dan mengerti causa sesuatu hal merupakan hal yang mutlak dalam ilmu pengetahuan karena pengetahuan adalah pengetahuan akan causa. Titik awal pengetahuan akan causa adalah materi.
- Keberagaman atau perbedaan hal-hal jelas merupakan hasil causa efisien dan materi. Tentu saja sesuatu hal yang sama bisa berasal dari materi yang berbeda seperti halnya mangkuk emas dan mangkuk perak. Jelaslah pula causa efisiennya adalah sama ataupun berbeda. Jadi, jika materi dan causa efisien berbeda maka hal yang diciptakan tentu berbeda pula[8].
- Materi adalah ada di dalam potensi sehingga memiliki natura yang tak sempurna, tetapi berbeda dengan causa-causa yang lain karena mereka merupakan aktualitas sehingga memiliki suatu natura yang sempurna. Konsekuensinya, tak mungkin yang sempurna dan tidak sempurna bersesuaian di dalam satu hal yang sama.
- Materi dalam hubungannya dengan perubahan
Ada beberapa hal yang bersifat generatif dan koruptif tetapi ada juga ada beberapa hal yang tidak bersifat generatif dan koruptif misalnya putih (forma) tidak mengenal proses menjadi, sementara kayu yang berwarna putih berasal dari sesuatu karena segala sesuatu yang menjadi pasti berasal sesuatu yaitu dari materi yang tak terbatas dan forma yang menentukan atau mendeterminasi sehingga menjadi sesuatu.
Maka, sesuatu hal berubah menjadi sesuatu yang lain. Tentu perubahan itu mencakup materi. Hal-hal yang memiliki materi yang sifatnya berlawanan juga dapat menjadi satu sama lain. Misalnya orang kulit putih berasal dari orang kulit hitam. Dengan demikian ketika materi hal-hal berlawanan satu sama lain dapat menjadi sesuatu maka memiliki dua makna: pertama menunjuk kepada eksistensi hal yang memiliki komposisi: orang kulit putih berasal dari orang kulit hitam; yang kedua adalah eksistensi hal yang sederhana (simple thing): putih berasal dari hitam[9]. Artinya orang kulit putih berasal dari orang kulit hitam berlangsung dalam cara berbeda dengan putih yang berasal dari hitam karena orang kulit putih menunjukkan suatu komposisi sehingga menjadi ada di dalam dirinya sendiri, sementara putih menunjukkan forma sehingga ketika putih menjadi hitam terjadi karena adanya pengantara sesuatu yang lain. Melihat dua fakta di atas maka dapatlah disimpulkan :
- Materi tidak mengada di dalam segala sesuatunya tetapi materi ada di dalam hal-hal yang sifatnya generatif atau yang diubah menjadi sesuatu yang lain[10].
- Hal-hal yang tidak bersifat generatif dan koruptif memiliki materi bukan dari dirinya sendiri tetapi memilliki materi di dalam subjek di mana mereka mengada. Subjek itu disebut dengan substansi dan materi yang mengada di dalam substansi disebut dengan materi sekunder[11].
Konsekuensinya, ada dua persoalan yang muncul fakta di atas:
- Persoalan pertama berkaitan dengan cara substansi yang memiliki materi berlawanan, jelasnya: apakah di dalam segala hal yang memiliki materi yang sifatnya oposisi berlawanan secara setara di dalam potensi dan di dalam tatanan yang sama? Persoalan ini dapat dijelaskan dengan contoh sebagai berikut: kesehatan adalah suatu keseimbangan cairan tubuh sementara sakit adalah ketidakseimbangan cairan tubuh. Tetapi keseimbangan dan ketidakseimbangan terkait dengan subjek dalam tatanan yang sama. Oleh karena itu, air yang merupakan materi cairan tubuh adalah materi potensial bagi anggur dan cuka sebagai oposisinya bahkan materi air dapat dijadikan anggur dan cuka secara sebanding. Apakah memang demikian? Tentu saja tidak benar. Sebab forma anggur merupakan suatu keadaan dan natura yang positif dan definitif sedangkan forma cuka adalah privasi anggur dan anggur yang korup. Dengan demikian materi anggur terkait dengan cuka hanya melalui medium anggur dan bukan sebaliknya[12].
- Persoalan kedua: sebagaimana dikatakan bahwa itu yang darinya sesuatu hal menjadi tentu saja menjadi materi sesuatu hal tersebut. Lalu bagaimana dengan korpus (rangka) campuran: cuka berasal dari anggur dan mayat berasal dari tubuh yang hidup, tetapi mengapa anggur bukan materi cuka dan tubuh yang hidup bukan materi mayat padahal yang satu terkait dengan yang lain ibarat potensi terkait dengan aktualitas. Jawabannya, cuka adalah korupsi dari anggur dan mayat merupakan korupsi dari tubuh yang hidup. Oleh sebab itu, cuka tidak berasal dari anggur sebagai materi demikian juga dengan mayat bahwa mayat tidak berasal dari materi tubuh yang hidup. Memang, sesuatu dikatakan berasal dari yang lain berdasarkan sesuatu lain sebagaimana sesuatu berasal dari materinya. Suatu mangkuk tidak berasal dari bentuknya tetapi dari materi perak. Tetapi, tubuh yang hidup bukanlah merupakan materi mayat tetapi hanya merupakan elemen[13] karena tubuh yang hidup tidak dapat terbagi menjadi tubuh lain yang berbeda tetapi hanya terbagi menjadi bagian-bagian (tidak terbagi secara oleh forma) sehingga bagian-bagian tersebut tersebut tetap merupakan bagian dari tubuh yang hidup seperti bagian air apa pun tetap bagian dari air. Akibatnya, mayat jelas merupakan bagian dari tubuh yang hidup namun tubuh yang hidup merupakan elemen bukan materi mayat.
Walaupun demikian, pada saat mayat dikatakan berasal dari tubuh yang hidup atau cuka berasal dari anggur maka preposisi tersebut menunjukkan suatu keteraturan seandainya referensinya diacukan kepada forma anggur atau forma tubuh yang hidup, sebab dalam materi yang sama sesudah forma anggur adalah cuka, sesudah forma tubuh yang hidup adalah mayat. Dalam logika yang sama kita mengatakan malam hari berasal dari siang hari. Proses perubahan itu dapat dibalik ketika hal-hal tersebut bubar menjadi materi mereka. Sebagai contoh, seandainya tubuh yang hidup berasal dari mayat, maka mayat pertama–tama harus bubar menjadi materi pertamanya karena ketika mayat bubar, maka mayat kembali menjadi elemen dan juga bahwa dari elemenlah yang ada dalam tatanan suatu tubuh yang hidup mayat dibentuk. Hal yang sama berlaku untuk konteks cuka-anggur[14]. Apa alasannya? Pada saat materi telah ditetapkan di dalam forma-forma yang berbeda-beda di dalam suatu tatanan tertentu, maka materi tidak dapat dikembalikan lagi dari suatu keadaaan sesudahnya kepada keadaan sebelumnya yang ada dalam tatanan tersebut. Sebagai contoh, dalam proses generasi binatang, darah tentu saja berasal dari makanan, sperma dan mentruasi berasal dari darah. Namun tatanan ini tidak bisa dibalik: darah berasal dari benih dan makanan dari darah. Kecuali hal-hal tersebut bubar dan kembali kepada materi pertama. Materi cuka merupakan materi anggur hanya jika materi cuka bubar dan kembali kepada materi utama. Oleh karena itu, dari privasi-privasi yang demikian, sesuatu dapat kembali ke forma sebelumnya jika hal-hal tersebut bubar dan kembali kepada materi pertama[15].
Empat karakter materi
Dari realitas materi maka dapatlah dideduksikan empat karakter materi:
- Itu yang darinya sesuatu hal terbentuk atau tersusun kiranya menjadi prinsip untuk sesuatu hal tersebut. Prinsip tersebut juga meliputi materi sebab sesuatu yang punya materi pasti berasal dari materi sebagaimana pedang berasal dari materi besi.
- Itu yang darinya sesuatu hal menjadi atau menjadi ada merupakan prinsip dari proses generasi sesuatu hal sehingga kiranya menjadi salah satu causa. Sesuatu menjadi ada karena generasi. Proses generasi diawali oleh materi karena materi merupakan sesuatu hal mendahului dalam generasi.
- Itu yang membuat segala hal binasa oleh kehancuran kiranya juga menjadi prinsip hal. Sebab sebagaimana proses generasi demikian juga dengan proses kehancuran; oleh sebab itu prinsip kehancuran ini juga terkait dengan materi.
- Karena materi menyertai proses generasi dan proses kehancuran maka materia adalah prinsip ada ciptaan. Konsekuensinya tanpa materi tidak ada generasi atau kehancuran.
Prinsip materi
Keempat karakter materi menyatakan prinsip materi:
- Materi merupakan prinsip potensial yang pasif. Artinya bahwa materi memiliki kapasitas berubah yaitu dari potensi menjadi aktus. Perubahan materi yang demikian ditentukan oleh sang agen (causa efisien). Ketergantungan perubahan materi pada agen menjadikan materi disebut sebagai potensi yang pasif. Selama tidak ada pemahat, marmer tetap berupa materi atau potensi untuk menjadi patung. Tetapi, materi marmer dijadikan patung yang indah oleh pemahat. Hal itu terjadi karena materi memiliki kapasitas untuk dibentuk oleh aksi pemahat. Marmer dalam rupa patung merupakan aktualitas bukan lagi potensi.
- Materi adalah suatu prinsip yang selalu berada di dalam koridor efek. Karena materi merupakan prinsip potensial yang pasif maka materi selalu memainkan fungsinya sebagai sebuah subjek yang sifatnya menerima forma. Mekanisme yang demikian menempatkan materi selalu berada di dalam koridor efek yaitu sebagai sesuatu yang melekat dan intrinsik pada sesuatu hal.
- Materi selalu tak terbatas atau tak tertentu sebagai akibat dari pasif potensi. Karakter materi yang potensial berarti bahwa materi belumlah sempurna, tak terbatas dan terbuka kemungkinan-kemungkinan yang lain dan berbeda. Ketidakterbatasan dan ketidaktentuan materi lenyap setelah materi menerima forma yang mengaktualkan salah satu dari kemungkinan-kemungkinan yang terdapat di dalam materi. Misalnya materi perak: selama perak masih berupa potensi maka perak akan menerima berbagai macam bentuk dan menjadi hal-hal yang bermacam-macam. Jadi perak masih bersifat tak terbatas, tak menentu. Setelah menerima forma tertentu misalnya perhiasan, perak menjadi kalung.
[1] Thomas Aquinas, VIII Metaphysics, lect. 1, no. 1686
[2] Ibid, De Principiis Naturae, no. 14
[3] Ibid., no. 3
[4] Ibid., no.16
[5] Thomas Aquinas, dalam VIII Metaphysics, lec. 4, no. 1743
[6] Thomas Aquinas , Principiis Naturae, no.3
[7] Thomas Aquinas, dalam VIII Metaphysics, lec. 4, no. 1734
[8] Ibid., no. 1736
[9] Ibid., no. 1746
[10] Ibid., no. 1747
[11] Ibid., no. 1754
[12] Ibid., no. 1749
[13] Ibid., no. 1751. Pengertian elemen akan dibahas pada bab tentang elemen.
[14] Ibid., no. 1752
[15] Ibid., no. 1753
Copyright © 2017 ducksophia.com. All Rights Reserved