LVIII
Perubahan Hal-Hal Yang Tiba-Tiba
Francis Bacon
Lukisan John Linnell, Noah, The Eve of the Deluge, 1848
Salomo[1] berkata, tidak ada hal baru di atas bumi[2]. Sama seperti imajinasi Plato[3], semua pengetahuan hanyalah ingatan; maka Salomo bernubuat, semua kebaharuan adalah kesia-siaan[4]. Kenyataan ini seperti yang anda lihat pada sungai Lethe[5] yang mengalir sama indahnya entah di atas tanah ataupun di bawah.
Ada seorang ahli bintang yang sukar dipahami pendapatnya: “seandainya dua hal tidaklah konstan (yang satu adalah bintang-bintang[6] yang kiranya berada di dalam kejauhan antara satu dengan yang lain, dan tak pernah mendekat bersama, ataupun pergi menjauh dan hancur; yang lain adalah suatu pergerakan harian yang menjaga waktu secara kekal) maka tak ada satu pun individu yang akan dapat bertahan hidup sedetik pun”. Tentu saja, pendapat ini berbicara mengenai perubahan yang abadi dan terus-menerus. Kain kafan besar yang mengubur segala sesuatunya di dalam pelupaan adalah dua hal: banjir dan gempa bumi. Berkaitan dengan kebakaran yang hebat dan kekeringan yang panjang, kedua bencana tersebut tidaklah membinasakan dan menghancurkan. Kereta Phaeton hanya pergi dalam sehari[7]. Tentang kekeringan tiga tahun di zaman nabi Elias[8] memanglah peristiwa yang unik tetapi orang-orang tetaplah hidup. Sedangkan kebakaran yang hebat yang disebabkan oleh halilintar, yang sering terjadi di Hindia Barat[9] hanyalah di dalam lingkup yang kecil. Tetapi dua kehancuran yang lain, yang disebabkan banjir dan gempa bumi, haruslah dicermati lebih dalam, bahwa sisa-sisa manusia yang selamat adalah orang-orang bebal dan orang-orang gunung, yang tidak mengindahkah masa lalu, sehingga pelupaan menjadi segala sesuatunya seolah-olah tidak ada satu pun yang tersisa. Jika anda memperhatikan orang-orang Hindia Barat dengan seksama, tampaknya mereka lebih segar dan lebih muda dibandingkan dengan orang-orang Dunia Lama[10]. Dan kemungkinan besar kehancuran yang ada di sana disebabkan bukan karena gempa bumi (seperti yang dikatakan oleh imam Mesir kepada Solon[11] berkaitan dengan Atlantis, bahwa Atlantis ditelan oleh gempa bumi) melainkan oleh banjir yang unik. Sebab gempa bumi jaranglah terjadi di Hindia Barat. Tetapi di sisi yang lain, Hindia Barat memiliki sungai-sungai besar yang deras seperti sungai-sungai Asia, Afrika dan Eropa, dan bagi mereka sungai-sungai yang besar dan deras hanyalah seperti sungai-sungai kecil. Demikian juga gunung Andes atau gunung-gunung mereka jauh lebih tinggi daripada gunung-gunung kita, akibatnya sisa generasi yang terselamatkan dari banjir bandang disebabkan karena gunung-gunung yang tinggi itu.
Berkaitan dengan observasi yang dibuat oleh Machiavelli[12] tentang agama, bahwa kebencian agama-agama menghapus ingatan akan segala sesuatunya; maka Machiavelli membuktikannya dengan cara memfitnah Paus Gregorius Agung[13] bahwa Paus Gregorius hendak memusnahkan semua sekte-sekte kuno yang kafir; tetapi saya tidak menemukan bahwa fitnahan mempunyai efek yang hebat ataupun berlangsung lama; karena Paus Sabinianus[14] penerus Gregorius Agung menghidupkan lagi sekte-sekte kuno.
Perubahan sebagai akibat dari perubahan-perubahan di langit tidaklah cocok dengan argumen yang kita bahas sekarang ini. Kiranya terjadi tahun agung yang digagas Plato[15], andaikata dunia berlangsung selamanya, akan memiliki suatu pengaruh; bukan memperbaharui keadaan individu-individu satu per satu namun secara keseluruhan (karena gas yang berasal dari benda-benda langit memiliki pengaruh-pengaruh yang lebih akurat di atas benda-benda yang di bawahnya daripada gas yang berasal dari benda-benda bumi). Komet-komet, di luar pertanyaan, memiliki kekuatan dan pengaruh atas keseluruhan dan massa benda. Sayangnya komet-komet tersebut hanya diamati dan dinantikan kedatangannya, daripada diobservasi efek-efeknya dengan teliti; khususnya efek-efeknya yang partikular; misalnya jenis komet, besarnya, warnanya, versi cahaya-cahayanya, komet-komet tersebut yang berada di alam semesta apakah untuk selamanya, menghasilkan efek-efek yang seperti apa.
Ada otak-atik yang saya dengar, dan saya tidak membenarkannya tetapi menunggu sesaat. Orang-orang mengatakan bahwa otak-atik tersebut didasarkan pada observasi di Negara-Negara Bawah[16] (saya tidak tahu di mana) bahwa setiap lima tahun dan tiga puluh tahun, ada semacam kesamaan dan kecocokan di dalam tahun-tahun tersebut dan cuaca-cuaca tertentu berlangsung lagi; seperti es yang besar, hujan yang besar, kekeringan yang panjang, musim dingin yang hangat, musim panas dengan panas yang kecil dan yang seperti itu; dan mereka menyebut semuanya itu sebagai Puncak. Otak-atik ini menjadi diskusi saya karena dengan menghitung mundur tahun-tahun yang ada, saya pun menjumpai hal yang sama.
Tetapi marilah kita mengesampingkan diskusi kita mengenai alam dan mari kita membahas tentang manusia. Perubahan mendadak yang terbesar yang terjadi dalam hidup manusia adalah perubahan tentang sekte-sekte dan agama-agama. Sebab agama dan sekte adalah hal yang paling mempengaruhi pemikiran manusia. Agama yang benar dibangun di atas dasar batu karang[17], sementara agama yang salah akan disapu di atas gelombang waktu. Oleh karena itu, berbicara mengenai penyebab munculnya sekte-sekte baru dan beropini tentang sekte-sekte itu, adalah berbicara dan beropini sejauh mana penilaian manusia yang lemah dapat menahan diri terhadap terhadap revolusi-revolusi yang begitu dasyat.
Ketika agama tadinya sedang berada di dalam perpecahan; dan ketika kesucian para pengajar agama ternoda dan penuh dengan skandal, disertai zaman yang dipenuhi dengan kebodohan, kekerasan dan kebiadaban; barangkali anda akan takut akan munculnya suatu sekte baru. Selanjutnya juga akan muncul seseorang yang mendeklarasikan diri sebagai pemimpin sekte tersebut dengan semangat yang berapi-api dan memukau. Fakta ini terjadi ketika pemimpin sekte mempublikasikan hukumnya. Jika suatu sekte baru tidak mempunyai dua jalan berikut ini, janganlah takut karena sekte baru itu tidak akan berkembang. Jalan yang pertama adalah sekte itu entah mendukung atau melawan otoritas yang sedang berkuasa, sebab tidak ada hal yang lebih popular selain daripada kedua aksi tersebut. Jalan yang kedua adalah bahwa sekte itu memberikan amanah akan kebahagiaan dan kegairahan hidup. Sebab berkaitan dengan bidaah-bidaah spekulatif (seperti Arianisme[18] dan sekarang orang-orang Arminian[19]), meskipun beroperasi di wilayah intelektual, tetapi bidaah-bidaah tersebut tidak menghasilkan perubahan-perubahan besar di dalam negara-negara, kecuali mereka mendapat dukungan dari masyarakat. Setidaknya ada tiga cara yang membuat sekte-sekte baru itu berkembang: dengan kekuatan tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat; dengan kefasihan dan kebijaksanaan kata dan persuasi; dan dengan pedang. Tentang kemartiran, saya menganggapnya sebagai suatu mukjizat, karena hal kemartiran itu tampaknya melampaui kekuatan kodrat manusia: dan saya amat memuji kesucian hidup yang mengagumkan dan hebat itu. Tentu saja tidaklah ada cara yang lebih baik untuk menghentikan perkembangan suatu sekte baru dan skisma-skisma selain daripada menghentikan penghinaan terhadap mereka; tidak mentoleransi perbedaan-perbedaan yang kecil; melaksanakannya dengan cara yang lembut dan bukan dengan penyiksaan yang berdarah; menguasai para pemimpin utama mereka dengan memikat hati mereka dan memberi mereka jabatan dan bukannya membuat mereka marah dengan kekerasan dan kepahitan.
Perubahan-perubahan dalam peperangan begitu banyak, namun pada dasarnya ada dalam ketiga hal berikut ini; di dalam arena atau fase perang; dalam senjata-senjata; dan dalam cara memimpin. Peperangan pada zaman kuno, tampaknya lebih menyoal pengelanaan dari timur ke barat; sebab bangsa Persia, bangsa Asyur, orang-orang Arab dan Mongol (yang adalah penyerbu) adalah orang-orang-orang Timur. Benarlah bahwa bangsa Gaul adalah orang-orang barat, tetapi kita telah membaca tentang adanya dua penyerbuan saja yang dibuat mereka terhadap bangsa lain: yang pertama serbuan kepada Gallo-Grecia, yang lain serbuan kepada Roma. Tetapi berdasarkan kepastian observasi, baik timur dan barat tidaklah punya kepastian pendapat tentang surga sehingga tidak ada lagi peperangan baik dari timur maupun dari barat. Tetapi dari utara dan selatan tetaplah berperang, dan jaranglah atau hampir tidak pernah terlihat bahwa orang-orang selatan menginvasi daerah utara, tetapi selalu yang sebaliknya. Hal itu disebabkan struktur wilayah utara secara alami adalah daerah ras para manusia yang suka perang: mungkin karena berhubungan dengan bintang-bintang yang ada di belahan bumi utara; atau keyakinan bahwa benua-benua yang hebat terletak di utara, sedangkan yang diketahui di belahan bumi selatan adalah hampir seluruhnya lautan; alasan lain adalah (yang sering tampak) tentang kondisi dingin di bagian utara yang mau tak mau membuat tubuh-tubuh lebih kuat dan membuat keberanian-keberanian lebih menyala.
Mengenai suatu negara dan kemaharajaan yang sedang bergejolak dan kacau, anda haruslah yakin bahwa akan terjadi peperangan. Bagi imperium-imperium besar, pada saat mereka berjaya, mereka melemahkan dan menghancurkan kekuatan-kekuatan bangsa-bangsa yang telah mereka tundukkan dengan mengandalkan kekuatan-kekuatan mereka yang sifatnya protektif, dan ketika imperium runtuh, segala sesuatunya menjadi keporak-porandaan dan mereka pun menjadi mangsa. Itulah yang terjadi dengan keruntuhan kemaharajaan Romawi[20]; demikian juga dengan kemaharajaan Jerman[21] sesudah Charles Yang Agung[22], setiap burung memungut bulu-bulunya, tidak berbeda dengan keruntuhan kemaharajaan Spanyol[23], jika memang kemaharajaan sekiranya runtuh.
Pencapaian-pencapaian besar dan persatuan-persatuan kerajaan-kerajaan juga membangkitkan peperangan; karena ketika suatu bangsa maju sehingga memiliki kekuatan yang dasyat, maka bangsa tersebut bagai banjir bandang yang tentu saja akan meluapi segala sesuatunya. Fakta ini seperti yang telah terlihat pada kekaisaran Romawi[24], Turki[25], Spanyol[26] dan yang lain. Lihatlah ketika dunia memiliki sedikit orang-orang barbar, pada umumnya mereka tidak akan menikah atau memiliki keturunan, maka tidak ada bahaya banjir manusia kecuali orang-orang barbar tersebut mengerti bagaimana untuk hidup (seperti yang hampir terjadi di mana-mana sekarang ini, kecuali orang-orang Mongol); tetapi ketika kiranya ada kumpulan manusia yang terus berpopulasi, tanpa mempedulikan sarana-sarana untuk hidup dan makanan, maka niscaya bahwa pada suatu waktu kumpulan orang tersebut demi memenuhi porsi kebutuhan mereka akan mencaplok bangsa lain; itulah yang terjadi atas orang-orang utara awali di mana mereka bergabung satu sama lain menjadi kelompok lalu menaklukkan bangsa lain dengan cara sebagian kelompok tinggal di tanah air sementara kelompok yang lain mencari keberuntungan. Ketika bangsa-bangsa suka berperang berada di dalam kondisi tenang dan keperempuan-puanan, pastilah mereka sedang mempersiapkan suatu perang. Sebab pada umumnya bangsa-bangsa yang demikian justu tumbuh menjadi bangsa yang hebat ketika mereka dalam keadaan yang merana, sehingga mereka mencari mangsa dan bagi mereka kematian justru merupakan semangat yang berkorbar-korbar untuk berperang.
Berkaitan dengan persenjataan, tampaknya persenjataan hampir luput dari aturan dan pengamatan; meskipun demikian kita telah melihat bahwa persenjataan memiliki keuntungan sekaligus membawa perubahan. Tentu saja bahwa meriam telah dikenal di kota Oxidrakes di India, yang mana bangsa Macedonia menyebutnya sebagai halilintar dan kilat serta sihir. Bahkan bahwa meriam telah digunakan di Cina dua ribu tahun yang lalu telah dikenal dengan baik. Manfaat senjata-senjata dan kemajuannya adalah; yang pertama membinasakan musuh dari jarak jauh; sehingga mengusir bahaya seperti meriam dan senapan lontak[27]. Yang kedua kekuatannya untuk mengalahkan musuh; kecanggihan meriam melampui alat pelantak dan senjata-senjata kuno. Yang ketiga kegunaannya yang luas, seperti dapat digunakan di segala cuaca, tidak berat sehingga gerobak pengangkut menjadi ringan dan dapat diatur dan lain sebagainya.
Untuk cara memimpin dalam peperangan: yang pertama, manusia sangat mengandalkan pada jumlah: mereka juga mengandalkan kekuatan dan keberanian, dengan membuat hari-hari demi berada arena-arena perang, dan mencoba untuk berperang dengan lawan yang sebanding: dan akibatnya mereka menjadi lebih bodoh dalam menyusun dan mengatur batalion-batalion mereka. Namun, sesudah mereka mengandalkan akan kompetensi daripada jumlah, mereka menjadi ahli dalam perihal melihat keuntungan-keuntungan sebuat tempat, lewat pengalihan yang cerdik dan yang semacam itu sehingga mereka semakin ahli dalam mengatur batalion mereka.
Pada masa muda, tangan sungguhlah kuat perkasa, di pertengahan umur digunakan untuk belajar, dan kemudian kedua tangan secara bersama pada suatu waktu yaitu di usia yang mulai senja digunakan untuk seni mekanik dan perdagangan. Pembelajaran manusia dimulai sejak lahir sampai masa kanak-kanak; kemudian ketika muda, ketika penuh dengan vitalitas dan remaja; lalu kekuatannya berlangsung bertahun-tahun ketika kuat dan dibawa kepada puncaknya; dan yang terakhir, masa tua yaitu ketika memudar dan lemah. Tetapi tidaklah baik melihat terlalu lama roda perubahan yang berputar terus-menerus, agar tidak menjadi pusing. Berkaitan dengan sejarah manusia, maka sejarah manusia hanyalah suatu lingkaran tentang dongeng-dongeng, dan oleh karena itu tidaklah cocok untuk tulisan ini.
[1] Tentang Salomo lihat essai IV; no. 1
[2] Bdk. Pengkhotbah 1: 10; Adakah sesuatu yang dapat dikatakan: “Lihatlah, ini baru!”? Tetapi itu sudah ada dulu, lama sebelum kita ada.
[3] Tentang Plato lihat XVI; no. 9
[4] Bdk Pengkhotbah 2:16; Pada hari-hari yang akan datang kesemuanya sudah lama dilupakan.
[5] Sungai Lethe dalam mitologi Yunani merupakan salah satu sungai dari kelima sungai yang ada di dalam Hades (dunia bawah). Lethe sendiri berarti pelupaan; maka barang siapa yang meminum air dari sungai Lethe akan menjadi lupa sama sekali. Sungai Limia yang terletak di utara Portugal dan Galicia (Spanyol) konon dianggap sebagai sungai Lethe sehingga barang siapa yang melewati sungai tersebut akan menjadi lupa. Maka, Jenderal Romawi Decimus Junius Brutus mematahkan legenda tersebut dengan cara menyebut nama prajuritnya satu per satu sebelum menyeberangi sungai tersebut. Setelah menyeberangi sungai tersebut, sang jenderal masih ingat nama prajuritnya sehingga para prajuritnya menyeberangi sungai tanpa ketakutan lagi. Jadi, sungai Lethe yang mengalir di atas dimaksud oleh Bacon adalah sungai Limia dan sungai Lethe yang mengalir di bawah adalah sungai Lethe dalam mitologi Yunani.
[6] Nama latinnya stellae fixae atau fixed stars adalah adalah benda-benda di angkasa yang tampaknya tidak bergerak dalam hubungannya dengan bintang-bintang lainnya yang nampak di malam hari. Oleh karena itu, fixed stars adalah setiap bintang kecuali matahari.
[7] Berikut legenda Phaeton yang diceritakan oleh Ovid: Phaeton bertanya kepada Clymene –ibunya- tentang siapa ayahnya. Clymenene menjawab bahwa ayahnya adalah Helios –sang dewa matahari-. Maka, Phaeton pergi ke kayangan ke rumah bapanya di mana Helios telah berjanji kepada Phaeton untuk melakukan apa pun keinginan Phaeton demi membuktikan bahwa dirinya adalah sungguh bapa Phaeton. Setelah tiba di kayangan, Phaeton ingin mengendarai kereta matahari milik ayahnya hanya satu hari saja. Helios mengatakan bahwa tak seorang pun yang berani mengendarai kereta ini termasuk Zeus sekalipun karena kereta sungguh panas dan kuda-kudanya bernafaskan api. Tetapi Phaeton bersikukuh untuk mengendarai kereta matahari ini. Supaya dapat mengendarai kereta, Helios melumuri kepala Phaeton dengan minyak ajaib supaya kereta tidak membakar dirinya ketika ia berada di atas kereta. Lalu naiklah Phaeton ke kereta matahari dan mulai mengendarai. Segera Phaeton tidak dapat mengendalikan kereta dengan baik karena tangannya berbeda dengan tangan Helios. Akibatnya, kereta matahari itu berjalan tidak karuan di atas langit. Pertama, kereta itu membelok terlalu tinggi sehingga bumi menjadi terlalu dingin, kemudian menukik ke bawah terlalu tajam sehingga mengeringkan dan menghanguskan sayur-sayuran. Bahkan kebanyakan tempat di Afrika berubah menjadi padang gurun dan membuat kulit orang-orang Ethiopia berwarna hitam. Percikan-percikan kereta matahari jatuh ke bawah sehingga membakar kota-kota menjadi abu; sungai dan danau menjadi kering sehingga memaksa Poseidon (dewa laut) keluar dari tempatnya dan marah kepada dewa matahari. Tetapi karena terlalu panas Poseidon pun bersembunyi di dasar samudra. Akhirnya, demi menghentikan kereta matahari, Zeus terpaksa mengirim kilat sehingga membuat Phaeton jatuh tenggelam di sungai Eridanos. Bumi pun menjadi gelap untuk beberapa hari karena kereta matahari berada di langit tinggi yang jauh. Helios karena sedihnya akibat kematian Phaeton tidak mau mengendarai kereta matahari dan membiarkan kereta itu di langit yang jauh. Para dewa membujuk Helios supaya tidak meninggalkan bumi dengan kegelapan. Helios menyalahkan Zeus karena telah membunuh anaknya, tetapi Zeus mengatakan tidak ada cara lain lagi untuk menghentikan Phaeton.
[8] Tentang kekeringan pada zaman nabi Elias baca I Raja-Raja 17:24.
[9] Tentang Hindia Barat lihat essai XXIX; no 36.
[10] Istilah Dunia Lama digunakan sebagai kontras Dunia Baru; Dunia Lama mengacu kepada Asia, Afrika dan Eropa, sementara Dunia Baru adalah penemuan benua Amerika.
[11] Tentang Solon lihat essai XXIX; no. 7
[12] Tentang Machiavelli lihat essai Tentang Machiavelli lihat essai XIII; no. 2
[13] Paus Gregorius I yang lebih dikenal sebagai Gregorius Agung menduduki kursi kepausan dari 3 September 590 sampai 12 Maret 604. Gregorius I berasal dari latar belakang rahib. Dia kondang karena tulisan-tulisannya sehingga mendapat gelar Doktor Gereja; mereformasi liturgi gereja dan menciptakan nyanyian “Gregorian”. Setelah kematiannya dia pun dijadikan orang kudus. Gregorius I adalah pelindung para musisi, aktris, murid dan guru. Salah satu perkataan Gregorius yang terkenal Non Angli, sed angeli dikatakan oleh Gregorius ketika bertemu seorang bocah Inggris yang pucat di pasar budak. Menurutnya, anak–anak memiliki wajah malaikat dan harus menjadi rekan pewaris para malaikat di surga.
[14] Sabinianus menduduki kursi kepausan tahun 604 sampai tahun 606. Dia digantikan oleh Bonifasius III.
[15] Tahun Agung atau Tahun Plato (Latin: annus platonicus) adalah pemikiran Plato dalam dialognya Timaeus yang didefinisikan sebagai kembalinya benda-benda langit (planet-planet) dan bintang-bintang tertentu atau fixed stars (lihat no. 6) kepada posisi mereka yang asli. Jadi, menurut Plato ketika lingkaran besar yang terdiri dari pergerakan-pergerakan langit selesai maka akan terjadi tahun yang agung.
[16] Tentang Negara-Negara Bawah lihat essai XIV; no. 1
[17] Kata Yesus kepada Petrus: “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak menguasainya” (Matius 16:18). Rasul Petrus (Petrus berarti batu karang) adalah Paus pertama. Sampai sekarang gereja Katolik telah dipimpin oleh 265 Paus.
[18] Arianisme adalah bidaah yang digagas oleh Arius di Mesir berkaitan dengan perihal Allah Tritunggal (Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus). Menurut Arius, Allah Putera (Yesus Kristus) tidak sehakikat dengan Allah Bapa dan di bawah Allah Bapa karena Yesus Kristus adalah ciptaan dan diciptakan oleh kehendak Allah Bapa. Dasar pemikiran Arius adalah Yohanes 14:28: “Sekiranya kamu mengasihi Aku, kamu tentu akan bersukacita karena Aku pergi kepada Bapa-Ku, sebab Bapa lebih besar daripada Aku”. Akibatnya, gereja mengadakan konsili Nicea tahun 325 untuk melawan bidaah Arianisme. Gereja menegaskan keilahian Kristus bahwa Putera sehakikat dengan bapa (homoousios), bahwa Allah Bapa, Allah Putera dan Allah Roh Kudus tidak diciptakan. Konsili Nicea menghasilkan credo Nicea. Berikut petikan singkat credo Nicea untuk menegaskan keilahian Kristus dan bahwa Kristus sehakikat dengan Allah Bapa:… “Aku percaya akan satu Tuhan Yesus Kristus, Putera Allah yang tunggal. Ia lahir dari Bapa sebelum segala abad, Allah dari Allah, Terang dari Terang, Allah benar dari Allah benar. Ia dilahirkan, bukan dijadikan sehakikat dengan Bapa; segala sesuatu dijadikan oleh-Nya”.
[19] Arminianism adalah semacam bidaah yang ada di dalam gereja Protestan yang digagas oleh Jacobus Arminius (1560-1609).
[20] Ada beberapa faktor penyebab keruntuhan kemaharajaan Romawi. Yang pertama adalah serangan suku-suku barbar dari Jerman sekitar tahun 200. Yang kedua, kesulitan bagi seorang kaisar mempertahankan dan mengatur seluruh wilayah kemaharajaan yang begitu luat. Maka tidak mengherankan kalau tahun 285, Kaisar Diocletianus menunjuk 4 orang sebagai kaisar Romawi (Tetrachy) untuk mengatur dan memimpin kemaharajaan. Kepimpinan 4 orang kaisar membuat Romawi terpecah tetapi tersatukan lagi pada tahun 324 oleh Konstantinus Agung, tetapi terpecah lagi tahun 364. Tahun 394 sampai 395 kemaharajaan Romawi tersatukan kembai di bawah pimpinan Kaisar Theodosius I, tetapi kemudian terpecah lagi untuk selamanya. Yang ketiga, suksesi kaisar-kaisar yang lemah yang memerintah Romawi Barat, misalnya Kaisar Honorius yang disetir oleh, Stilicho, seorang jenderal dari suku Vandal. Yang keempat, karena merasa terancam oleh suku Visigoth dan suku-suku barbar lainnya, orang-orang Romawi mulai meninggalkan wilayah kemaharajaan yang dimulai di provinsi Inggris tahun 407. Tahun 410 suku Visigoth di bawah pimpinan Alaric menyerang Roma, tetapi Roma berhasil mematahkan. Kemudian tahun 451 Roma berperang melawan Attila dari suku Hun. Tahun 455 suku Vandal menyerang dan menggoncang Roma. Dan semenjak itu banyak suku barbar yang tinggal di Itali. Kaisar terakhir dari Romawi Barat, Romulus Augustus digulingkan tahun 476. Kemaharajan Romawi Timur berlanjut dengan nama Byzantinum dan berlangsung selama seribu tahun lebih. Kemaharajan Byzantinum runtuh ketika diserang dan dihancurkan oleh Ottoman Turki tahun 1453.
[21] Memang setelah Charlemagne mangkat, tidak ada pengganti yang sehebat dan secermelang Charlemagne. Tetapi keruntuhan definifif kemaharajaan Romawi Suci adalah ketika Napoleon menculik Kaisar Francis II dan menghancurkan militernya pada tanggal 6 Agustus 1806. Napoleon mengubah kemaharajaan Romawi Suci menjadi Konfederasi Rhine, semacam boneka Perancis. Tentang kemaharajaan Romawi Suci selengkapnya lihat essai XXIX; no. 23
[22] Charlemagne atau Charles Yang Agung (742 – 28 Januari 814) adalah raja suku Frank (Kerajaan Carolingian) dari tahun 768 dan “Kaisar Romawi” dari tahun 800. Dia memperluas Kerajan Carolingian dan menjadikan kemaharajan sehingga kekuasaan Frankish meliputi Eropa Barat dan Eropa tengah. Atas permintaan Paus, Charlemagne menaklukkan Lombardy, dan juga menaklukkan Spanyol Utara untuk mencegah orang-orang Moor masuk lebih jauh ke utara. Pada tanggal 25 December 800 di Roma, Charles dimahkotai oleh Paus Leo III sebagai “Kaisar Barat”. Charles berusaha mengembalikan lagi kejayaan kemaharajaan Romawi sehingga Charles dianggap sebagai pendiri kemaharajaan Romawi Suci meskipun secara definitif baru berdiri zaman Kaisar Otto I. Semasa pemerintahannya, Charles banyak melakukan reformasi di berbagai bidang: militer, politik, ekonomi, pendidikan (membangun akademi di Aachens) bahkan gereja. Charles juga dikenal seorang religius dan penuh dengan intergritas. Paus Yohanes Paulus II menyebutnya sebagai Pater Europae (Bapa Eropa) karena kerajaannya menyatukan Eropa barat dan membentuk identitas Eropa secara umum.
[23] Keruntuhan kemaharajan Spanyol adalah ketika Spanyol ditaklukkan oleh Napoleon Bonaparte tahun 1808 sehingga menghalangai kemaharajaan Spanyol untuk berkomunikasi, memantau dan mengontrol semua koloninya. Kemudian di Spanyol sendiri terjadi kekacuan akibat perang sipil dan korupsi; ditambah pula gerakan anti-kolonialisme yang melanda Eropa. Akibatnya, koloni-koloni tersebut memberontak dan menjadi merdeka. Hanya dalam kurun waktu 20 tahun, Spanyol telah kehilangan sebagian besar koloni mereka yang dimulai di beberapa negara bagian Amerika Serikat menyusul Amerika Selatan dan Amerika tengah; kemudian menyusul Filipina dan terakhir koloni di Afrika Utara. Tentang Kemaharajaan Spanyol lihat essai lihat essai XXIX; no. 28
[24] Kekaisaran Romawi dimulai oleh Kaisar Augustus tanun 27 SM sampai dengan kaisar yang terakhir Romulus Augustus tahun 476 M. Kekaisaran Romawi merupakan kelanjutan dari Republik Romawi yang telah berdiri selama 500 tahun. Ekspansi dan perluasan kekaisaran Romawi sebenarnya telah dimulai sejak Romawi masih berbentuk Republik kemudian dilanjutkan oleh para kaisar Romawi. Kekaisaran Romawi dan perjalanannya mempengaruhi dan mewarnai peradaban manusia di semua bidang kehidupan (bahasa, militer, politik, agama, budaya, seni, sistem kenegaraan dan lain-lain) bahkan sampai sekarang ini.
[25] Tentang kemaharajaan Turki lihat essai XXIX; no. 27
[26] Tentang kemaharajaan Spanyol lihat essai XXIX; no. 28
[27] Tentang senapan lontak lihat essai XXVII; no. 36
Copyright © 2016 ducksophia.com. All Rights Reserved