Lukisan: Tom Thomson, Summer Shore, Georgian Bay, 1915
Berbahagialah Orang Yang Merenungkan Sabda TUhan
1:1 Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, 1:2 tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.
1:3 Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
1:4 Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin. 1:5 Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar;
1:6 sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.
Eksegese
1.1 Berbahagialah orang yang tidak berjalan menurut nasihat orang fasik, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa, dan yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh, 1:2 tetapi yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam.
Mazmur 1 adalah prolog dari keseluruhan kitab Mazmur sehingga bisa dikatakan bahwa dalam mazmur 1 terkatub resumen dari prinsip moral dan ide mesiasnisme. Maka Basilius Agung mengatakan bahwa “Ibarat pondasi dalam sebuah rumah, rangka sebuah kapal, dan hati dalam sebuah tubuh, demikianlah Mazmur 1 sebagai pengenalan singkat terhadap keseluruhan struktur Mazmur”.
Mazmur 1 dari jenisnya merupakan nyanyian kebijaksanaan. Hal ini tampak dari berkat yang datang kepada orang yang memilih untuk mengikuti Taurat Tuhan. Mengikuti Taurat Tuhan menjadikan diri sebagai orang benar. Kebijaksanaan terbit dari hidup orang benar sebaliknya kebijaksanaan juga menjelaskan bagaimana orang fasik binasa dan sia-sia. Perbedaan jalan yang ditempuh oleh orang benar dan orang fasik kiranya merupakan suatu permenungan untuk menemukan dan mencintai kebijaksanaan.
Sebagai nyanyian Kebijaksanaan, nyanyian mazmur 1 dibuka dengan seruan berbahagialah. Memang tujuan manusia diciptakan untuk berbahagia sekaligus mengisi hidupnya dengan kebahagiaan. Sejak semula Tuhan telah mengundang setiap orang untuk menjalani hidup dengan berbahagia. Bahagia dalam konteks perjanjian lama adalah batin-hati, jiwa dan pikiran yang dilimpahi sukacita karena rahmat Tuhan yang hadir di dalam hidupnya. Tetapi juga kebahagiaan berarti sukacita yang meluap dari batin jiwa, hati karena segala sesuatunya sesuai dan selaras dengan Taurat Tuhan. Di sini kita melihat kebahagiaan merupakan rahmat Tuhan tetapi juga usaha manusia yang menghidupi Taurat Tuhan dan rahmatnya. Kebahagiaan sejati ada karena pertemuan antara rahmat Tuhan dan manusia yang menghidupi Taurat Tuhan.
Selanjutnya, Mazmur 1 menunjukkan bagaimana kebahagiaan itu dicapai dan menjelaskan apa itu bahagia dengan lebih rinci. Menurutnya, kebahagiaan dicapai baik dengan cara negatif dan cara positif. Cara negatif yang pertama adalah tidak berjalan menurut nasihat orang fasik. Orang fasik adalah orang tidak setia dengan Taurat Tuhan sehingga pemazmur menjelaskan bahwa kebahagiaan itu terjadi ketika orang tidak mengikuti, tidak mendengarkan dan tidak menggubris ajakan, bisikan untuk berbuat serong yang mematahkan kesetiaan terhadap Taurat Tuhan. Di tengah tekanan dan kesulitan, nasihat untuk berbuat serong dari orang fasik memang menggiurkan dan sepintas memberikan jalan keluar sekaligus membahagiakan tetapi pada akhirnya adalah kesengsaraan. Yang kedua, yang tidak berdiri di jalan orang berdosa. Orang berdosa sama dengan orang fasik; mereka ialah orang yang jelas melanggar dan menolak menghidupi Taurat Tuhan. Kebahagiaan itu berlangsung ketika seseorang tidak meneladani, tidak menginginkan dan meniru gaya hidup dan hidup orang-orang berdosa. Hidup maupun gaya hidup orang berdosa sering kali mempesona karena menunjukkan kenikmatan tapi ujungnya kebinasaan. Yang ketiga adalah yang tidak duduk dalam kumpulan pencemooh. Kumpulan pencemooh merupakan orang-orang sombong yang merasa bahwa segalanya adalah hasil karyanya sehingga mengkerdilkan bahkan tidak mempercayai Tuhan. Orang dengan segala kuasanya dan keberhasilannya biasanya orang yang congkak dan merasa dirinya paling hebat serta melampaui Tuhan. Bisa jadi kumpulan pencemooh adalah orang-orang yang hidup tanpa Tuhan. Kumpulan pencemooh identik dengan gerombolan kecongkakan artinya orang-orang sombong tersebut saling bersekutu membentuk kumpulan orang yang menertawakan Tuhan. Bahayanya, diri menjadi mudah mengidolakan, mentuhankan dan merajakan mereka. Orang menjadi mudah ikut arus dan bersekutu dengan gerombolan walaupun tahu dan mengerti bahwa kehendak, tujuan dari gerombolan menyimpang dari Taurat Tuhan. Pemazmur menjelaskan kebahagiaan itu datang ketika diri tidak ambil bagian atau tidak berpartisipasi di dalam kelompok tersebut. Menarik bahwa Mazmur ini menggunakan kata tidak berjalan, tidak berdiri dan tidak duduk yang merupakan aktivitas tubuh sehari-hari yang dilakukan manusia. Artinya jalan atau cara hidup yang menjauhkan diri dari Tuhan dan Taurat-Nya sangat mudah, subtil, lembut sehingga membuat orang mengikuti jalan dosa dan kefasikan dengan gampangnya dan tanpa pertimbangan seolah ditarik dengan lembut masuk dalam kumpulan mereka.
Bagi Mazmur 1, kebahagiaan dicapai tidak cukup hanya dengan cara negatif tersebut tetapi juga dengan cara yang positif dan lebih tinggi yaitu yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN, dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam. Kesukaannya ialah Taurat Tuhan terbentuk karena adanya perjumpaan yang intens dan mendalam dengan Taurat Tuhan. Perjumpaan yang demikian hanya mungkin tercipta karena adanya kerinduan dan cinta yang mendalam antara yang mencintai dan dicintai. Perjumpaan yang intens tentu melahirkan keakraban dan pengenalan yang mendalam satu sama lainnya sehingga di dalam diri muncul kesukaan akan Taurat Tuhan. Dalam kesukaan tersebut ibarat orang yang menemukan suatu keindahan maka dia akan terus berusaha dan berjuang untuk merasakan, menikmati dan mengkontemplasikan keindahan Taurat Tuhan. Taurat Tuhan di sini cakupan luas bisa jadi kelima kitab Musa yaitu Pentateukh, bisa segala sabda Tuhan dan nubuat-Nya bahkan perintah-Nya.
Kesukaan akan Taurat Tuhan dilakukan dengan merenungkannya siang dan malam. Merenungkan dalam konteks Yahudi sama dengan membaca untuk diri sendiri berulang kali dengan suara yang lembut; dengan kata lain mengaji. Tujuannya agar ingat akan Taurat Tuhan dan mematrikan Taurat Tuhan di dalam hati, batin, jiwa dan pikiran supaya mengaktualkan Taurat Tuhan dalam hidup sehari-hari. Siang dan malam berarti merenungkan Taurat Tuhan dilakukan terus-menerus. Dia akan mencari waktu di tengah kesibukannya bahkan waktu luangnya diisi untuk membaca Taurat Tuhan. Merenungkan Taurat Tuhan memberikan diri kebahagiaan dan berkat serta menghasilkan buahnya dalam diri.
1:3 Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil.
Kebahagiaan yang dijelaskan dalam ayat 1-2 dilukiskan dengan bahasa gambaran yang ada pada ayat 3. Dengan memakai bahasa gambaran pohon yang ditanam di tepi aliran air, kebahagiaan dari orang memilih jalan Tuhan sungguh menjadi dekat di hati dan hidup baik di dalam imajinasi maupun di dalam realitas serta dengan mudah diingat, diresapkan dan ditanamkan di dalam diri karena kebahagiaan orang yang memilih jalan Tuhan tersebut disatukan dalam pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. Ketika orang melihat pohon dengan buah dan kesegarannya, orang akan teringat seruan dari Mazmur 1 tersebut. Memang pohon ada di mana-mana. Namun, untuk mengerti pohon yang ditanam di tepi aliran air tentu harus mengacu kepada situasi iklim Palestina yang kering dan panas. Kebahagiaan orang yang merenungkan Taurat Tuhan seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang berbuah pada musim dan tidak layu daunnya. Pohon itu adalah orang yang memilih jalan kebahagiaan dengan merenungkan Taurat Tuhan sementara aliran air mengacu kepada Taurat Tuhan atau pada Tuhan sendiri. Ya, Tuhan adalah air yang memberi kehidupan dan menyegarkan apa saja. Yang tidak layu berarti pohon itu selalu segar setiap saat meskipun panas kering melanda Palestina dan pasti menghasilkan buah pada musimnya. Sebabnya pohon itu ditanam tepi aliran alir; pohon menimba air terus-terus sehingga tidak mungkin kering dan mati meskipun situasi iklim Palestina yang panas-kering. Apa pun yang dilakukannya akan berhasil, artinya adanya kepastian yang akan dihasilkan oleh pohon itu yaitu pasti berbuah. Jadi tidak akan ada kekecewaan dan kegagalan terhadap pohon yang ditanam di tepi aliran air.
1:4 Bukan demikian orang fasik: mereka seperti sekam yang ditiupkan angin. 1:5 Sebab itu orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman, begitu pula orang berdosa dalam perkumpulan orang benar;
Kalau orang benar digambarkan sebagai pohon yang ditanam di dekat aliran air, maka orang fasik digambarkan seperti sekam yang ditiup angin. Perbandingan antara orang berbahagia-orang benar dan orang yang tidak bahagia-orang fasik begitu jauh: yang satu dibaratkan seperti pohon, yang lain dengan sekam. Sekam atau dedak merupakan butiran yang halus yang mudah tertiup angin, mudah dibersihkan dan tersapu. Hidup seperti sekam yang ditiup angin mengatakan bahwa hidup orang fasik dan orang berdosa yang tidak menghasilkan buah adalah hidup yang sia-sia dan tidak bermakna. Tidak ada kebahagiaan sama sekali sehingga mereka hilang lenyap dengan sendirinya.
Tetapi juga orang fasik tidak akan tahan dalam penghakiman. Penghakiman oleh siapa dan kapan penghakiman itu? Tidak disebutkan dengan jelas. Bisa jadi penghakiman berasal dari Tuhan karena Ia memang adalah hakim yang adil dan benar. Mereka tidak tahan di dalam penghakiman karena tidak ada yang membela mereka di dalam penghakiman tersebut. Tetapi juga bisa jadi bahwa penghakiman yang diterima orang fasik adalah hidup mereka yang sia-sia dan tidak adanya kebahagiaan. Kesia-siaan dan ketidakbahagiaan membuat mereka menutup hidup mereka dengan penyesalan. Yang pasti orang tidak akan mampu hidup dalam kekosongan dan tanpa kebahagiaan. Kalau orang benar sendirian karena tidak mengikuti jalan orang fasik pada mulanya maka pada akhirnya orang berdosa akan dikucilkan oleh kumpulan orang benar. Sekarang orang-orang benar yaitu mereka yang merenungkan Taurat Tuhan bersatu dan bersekutu membentuk jemaat. Di antara jemaat dan persekutuan orang benar, orang fasik tidak menemukan kawan karena tidak ada kecocokan satu sama lain dan sudah barang tentu mereka ditinggalkan oleh orang-orang benar.
1:6 sebab TUHAN mengenal jalan orang benar, tetapi jalan orang fasik menuju kebinasaan.
Buah melimpah dari pohon yang ditanam di tepi aliran air pasti terjadi karena Tuhan mengenal jalan orang benar. Jalan orang benar yaitu merenungkan Taurat-Nya adalah kehendak Tuhan sendiri sehingga definitif Tuhan melindungi orang yang berjalan di jalan-Nya. Karena itu dikatakan bahwa Tuhan mengenal jalan orang benar. Sebaliknya, seperti sekam yang ditiup angin dan terbuang, jalan orang fasik berakhir buruk dan menerima buahnya yaitu kebinasaan. Memang tidak dikatakan bahwa Tuhanlah yang akan menimpakan kebinasaan. Binasa berarti ditinggalkan atau tidak dikenal Tuhan pada akhirnya tetapi juga tidak dipercayai oleh orang benar sehingga terbuang dari kehidupan. Ketika Tuhan tidak mengenal diri dan ketika tidak percaya lagi oleh sesama bukankah itu suatu kebinasaan? Orang fasik dan orang berdosa tidak diancam dengan hukuman Tuhan, tetapi mereka diperingatkan akan akibat dari hidup dalam kefasikan dan dosa.
Makna
Mazmur 1 mengkumandangkan jalan yang menunjukkan tujuan dan cara hidup yang berbahagia ibarat seorang nahkhoda yang mengarahkan ke mana kapal harus berlayar. Sebagai nahkoda, Mazmur 1 mengkontraskan dua jalan kehidupan yang diplih manusia yaitu jalan orang benar yang membawa kepada kebahagiaan dan jalan orang fasik yang mengantar kepada kebinasaan sekaligus meninggikan Taurat Tuhan yang dianugerahkan kepada manusia demi kebahagiaannya. Dikatakan bahwa Mazmur 1 sebagai pengantar keseluruhan Mazmur artinya hal pertama yang dapat kutemukan dari Mazmur 1 adalah bahwa sejak semula Tuhan menawarkan kebahagiaan kepadaku dan karena Dia ingin membantuku mencapainya, Dia menunjukkan kepadaku jalan untuk mencapainya.
Seruan mazmur berbahagialah orang yang kesukaannya ialah Taurat TUHAN dan yang merenungkan Taurat itu siang dan malam menemukan kepenuhannya di dalam diri Yesus Kristus. Kristus adalah jalan yang membawa kepada kebahagiaan sebab Dia sendiri berkata Akulah jalan kebenaran dan kehidupan (Yohanes 14:6). Orang benar akan berjalan di jalan Kristus dan tidak akan berjalan di jalan orang fasik. Dan karena berjalan di jalan Kristus yang adalah kehidupan, dia akan mendapat pula kehidupan. Memperoleh kehidupan berarti dia berbahagia. Kesetiaan untuk berjalan di jalan Kristus merupakan kunci kebahagiaan. Namun, mengikuti jalan Kristus dengan setia tidaklah mudah sehingga setiap orang harus berjuang. “Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan, dan sedikit orang yang mendapatinya” (Matius 7:13-14). Jalan yang menuju kehidupan itu sempit semantara jalan yang membawa kepada kebinasaan luas. Di jalan yang sempit itu akan banyak tugas yang melibatkan keringat dan kerja keras yang tidak terhitung jumlahnya. Tetapi Mazmur 1 menunjukkan akhir yang membahagiakan karena dengan pengharapan akan berkat yang disediakan bagi orang yang memilih jalan Kristus, dia dapat bertahan terhadap penderitaan hidup ini tanpa kesedihan. Kekuatan itu hadir karena kesukaannya ialah Firman Tuhan yang ia renungkan siang dan malam. Sebaliknya, orang fasik yaitu orang yang tidak suka akan firman Tuhan dengan bebas dan lancar berjalan di jalan raya yang ujungnya adalah kebinasaan.
Orang fasik dibaratkan dengan sekam yang tertiup angin. Memang, sekam yang ditiup angin adalah lambang orang yang hidupnya sia-sia, kurang hidup bahkan tidak hidup sama sekali yaitu orang yang tidak berbuah di dalam kehidupan. Maka, baiknya adalah jika dibuang dan disapu, seperti ranting yang dipisahkan dari pokok anggurnya kemudian dibakar (Yoh. 15:6). Terbawa angin identik dengan tidak adanya fondasi dan konsistensi hidup yang berpijak pada Firman Tuhan sehingga seperti orang yang membangun rumah di atas pasir dan rumah hancur. Tetapi setiap orang yang mendengar perkataan-Ku ini dan tidak melakukannya, ia sama dengan orang yang bodoh, yang mendirikan rumahnya di atas pasir. Kemudian turunlah hujan dan datanglah banjir, lalu angin melanda rumah itu, sehingga rubuhlah rumah itu dan hebatlah kerusakannya (Matius 7: 26-27). Untuk itu, St. Yohanes Krisostomus menggambarkan keadaan orang fasik dengan gamblang “Sama seperti sekam yang tertiup angin dan mudah dibersihkan dan tersapu, demikian pula orang berdosa yang terdorong oleh setiap godaan; karena sementara orang berdosa berperang melawan dirinya sendiri dan menanggung peperangan tersebut bersamanya, harapan keselamatan apakah yang dimilikinya; dikhianati saat dia berada di rumah, membawa di dalam diri hati nuraninya yang adalah musuh terus-menerus?”
Siapa yang bijaksana dan siapa yang mencintai kebijaksanaan tentu tahu mana yang harus dipilih dan dihidupi di antara kedua jalan tersebut.
Taurat Tuhan mengantar dan sempurna di dalam diri Yesus Kristus sendiri karena Yesus Kristus adalah Sabda yang hidup dan Sabda yang menjadi manusia. Mendengarkan dan merenungkan Sabda yang hidup menjadikan diri sebagai orang benar. Terjawab bahwa orang benar adalah orang yang mempertahankan relasi yang intim dan intens dengan Sabda yang hidup. Bagi orang benar mendengarkan Sabda yang hidup memuaskan dan membawa kebahagiaan. Sabda yang hidup sudah cukup bagi orang yang mencintai Kristus karena masa depan tidak pasti dan selalu berubah; yang pasti dan kekal hanyalah Sabda yang hidup yaitu Yesus Kristus: “Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya”(Ibrani 13:8). Yesus yang tetap sama selama-selamanya membuktikan bahwa tidak ada yang sia-sia dalam sabda-Nya baik kemarin, hari ini dan esok “Demikianlah firman-Ku yang keluar dari mulut-Ku: ia tidak akan kembali kepada-Ku dengan sia-sia tetapi ia akan melaksanakan apa yang Kukehendaki, dan akan berhasil dalam apa yang Kusuruhkan kepadanya” (Yesaya 55:1). Untuk itu, orang benar selalu berpegang pada firman Tuhan dan merenungkannya terus-menerus, siang dan malam. Itu berarti bahwa dia berpusat pada firman TUhan menghidupi Firman TUhan, dan menyimpan Firman TUhan di dalam hati dan mengkontemplasikannya di dalam tindakan dan perkataan lewat hidup sehari-hari. Mendengarkan Firman Tuhan dan memeliharanya membuat kemurnian pikiran dan kedamaian jiwa, ketenangan hati. Nyatalah bahwa yang berbahagia ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan yang memeliharanya (Lukas 11:28). Mazmur 1 memuji dan meninggikan orang kesukaannya ialah Firman TUHAN dan yang merenungkan sekaligus yang menghidupi Firman TUhan itu siang dan malam. Pujian mazmur bukan sekedar pujian tetapi pujian tersebut sebenarnya adalah berkat, harapan, doa kepada mereka para pelaku Firman Tuhan.
Bahasa gambaran atau perbandingan: Ia seperti pohon, yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil begitu indah yang mendorong diri untuk terus-menerus merenungkan Sabda Tuhan. Pohon yang ditanam adalah diri sementara aliran air adalah Yesus karena dia adalah air yang hidup. Maka, pohon yang ditanam di tepi aliran air adalah diri yang bersatu dengan Kristus seperti yang dikatakan oleh Yesus: Akulah pokok ranggur dan kamu adalah ranting-rantingnya (Yohanes 15: 1-8). Persatuan diri yang kokoh dengan Kristus menghasilkan buah yang melimpah: buah yang dihasilkan Roh Kudus dalam diriku: “Kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kelemahlembutan, kebaikan, kesetiaan, kerendahan hati, penguasaan diri” (Galatia 5:22-23). Kehidupanku tidak berakhir: daunku tidak kering karena di dalam diriku ada aliran air yang hidup yang mewujudkan tujuanku: hidup berbahagia. Jelas bahwa yang dipetik dari daun dan buah yaitu perbuatan dan kata. Maka, seru St Basilius: “Sebuah pohon dikenali dari buahnya, seorang manusia dikenali dari perbuatannya, perbuatan yang baik dan kata yang baik tak pernah hilang, dia yang menaburkan keramahtamanan menuai persahabatan, dia yang menanam kebaikan mengumpulkan cinta”.
Mazmur 1 membangkitkan dalam diriku rasa syukur kepada Yesus Kristus yang telah berkenan membahagiakanku dan menunjukkan jalan menuju kebahagiaan lewat sabda-Nya. Kebahagiaanku terbit karena Yesus -aliran air- menghidupkanku, membuatku berbuah dan kuakui buah cinta itu sebagai anugerah dari-Nya sekaligus Dia melindungi, menuntunku dan membimbingku di jalan-Nya. Pada akhirnya, dalam kebahagiaan, aku bersekutu dan duduk di dalam kumpulan orang benar karena Firman Tuhan yang selalu kurenungkan di dalam hidupku.
Copyright © 2024 ducksophia.com. All Rights Reserved