VI
Kepura-puraan dan Penyembunyian
Francis Bacon
Lukisan Jose Gallegos Arnosa, Waiting For His Eminence
Penyembunyian hanyalah semacam kebijakan atau kebijaksanaan yang lemah; suatu kebijakan yang meminta suatu kecerdasan yang tajam dan sebuah hati yang kokoh untuk mengetahui saatnya kapan mengatakan dan melakukan kebenaran.Oleh karena itu, penyembunyian dapat disebut sebagai sejenis politik yang rapuh karena adanya para penyembunyi yang hebat.
Tacitus[1] berkata, Livia[2] menyeleksi segala sesuatunya dengan amat jeli melalui kebijaksanaan suaminya dan dengan ketertutupan anak laki-lakinya; di mana kebijaksanaan atau politik merujuk kepada Kaisar Augustus[3], dan ketertutupan mengacu kepada Tiberius[4]. Dan lagi, ketika Mucianus[5] memanasi Vespasianus[6] untuk mengangkat senjata melawan Vitellius[7], bersuara, Kita memberontak bukan karena melawan kebijakan-kebijakan Augustus yang sengit, ataupun melawan kewaspadaan yang amat berlebihan atau ketertutupan Tiberius. Atribut-atribut ini yang berasal dari kebijaksanaan atau politik dan kepura-puraan atau ketertutupan adalah sungguh suatu kebiasaan dan melibatkan beberapa keahlian, serta haruslah dibedakan. Sebab jika seseorang mempunyai ketajaman penilaian yang memampukan dirinya untuk melihat masalah apa saja yang harus dibeberkan secara terbuka dan yang harus dirahasiakan; hal-hal apa yang harus ditunjukkan ke dalam cahaya yang remang-remang; dan kepada siapa saja persoalan-persoalan harus ditujukan dan dikatakan (yang merupakan keahlian kenegaraan dan keahlian kehidupan, seperti yang disebut demikian oleh Tacitus), maka baginya, suatu kebiasaan penyembunyian benar-benar merupakan suatu hambatan dan kelemahan. Namun, jika seseorang tidak dapat sampai kepada penilaian tersebut, maka pada umumnya, yang dibuatnya adalah menjadi orang yang tertutup dan penuh rahasia. Sebab di mana seseorang tidak dapat memilih atau tidak dapat menyesuaikan dirinya terhadap kondisi-kondisi tertentu, adalah baik untuk mengambil jalan yang paling aman dan paling hati-hati; ibarat orang yang melangkah dengan hati-hati karena tidak dapat melihat dengan baik. Tentu saja bahwa orang-orang yang paling cakap adalah mereka yang memiliki keterbukaan dan kejujuran dalam persepakatan dan sebuah sikap yang disebut dengan kepastian dan kebenaran, dengan demikian mereka yang memiliki sikap-sikap tersebut ibarat kuda yang telah dikendalikan dengan baik, karena mereka dapat mengendalikan kuda dirinya untuk berjalan dengan baik yaitu kapan harus berhenti atau berpaling; dan pada saat-saat tertentu di mana mereka dihadapkan kepada sebuah persoalan yang sungguh meminta ketertutupan, jika kemudian mereka melakukannya, maka yang terjadi adalah opini-opini tentang reputasi mereka yang harum yang sudah ada sebelumnya akan menutupinya dan kejelasan persepakatan yang selama ini mereka buat hampir menyembunyikan mereka.
Kiranya ada tiga tingkatan tentang penyembunyian ini dan penyelubungan diri seorang manusia. Yang pertama, ketertutupan, keberatan dan kerahasiaan; terjadi ketika seseorang membiarkan dirinya tanpa suatu pandangan apa pun, atau tanpa prinsip yang dipegang, yang menunjukkan siapa dirinya. Yang kedua, penyembunyian, dalam pengertian yang negatif; berlangsung ketika seseorang membiarkan segala gelagat dan argumen jatuh menimpa dirinya, di mana gelagat dan argumen tersebut menunjukkan bahwa dia bukanlah dia yang sebenarnya. Dan yang ketiga, kepura-puraan, sebagai penegasannya; terjadi ketika seseorang secara ekspresif dan dengan getol berpura-pura dan berlagak untuk menjadi yang bukan dirinya.
Untuk yang pertama dari ketiga hal ini, kerahasiaan; menjaga rahasia sungguh merupakan keutamaan dari orang yang dipercayai. Dan dijamin bahwa orang yang bisa menyimpan rahasia akan mendengarkan banyak rahasia manusia. Sebab siapakah yang akan berterus-terang akan segala sesuatunya tentang dirinya kepada orang yang suka berceloteh? Tetapi seandainya manusia penuh rahasia, tetaplah bahwa rahasia akan mengundang penyingkapan; sebagaimana udara yang tertutup yang semakin terisap keluar menuju tempat yang lebih terbuka; dan seperti di dalam pengakuan dosa[8], keterbukaan bukanlah demi faedah-faedah duniawi, tetapi untuk menentramkan hati manusia, sehingga manusia penyimpan rahasia mengetahui banyak hal; sementara pada dasarnya manusia lebih suka mengeluarkan segala isi pikirannya daripada menyimpannya. Pendek kata, misteri-misteri selalu berkaitan dengan kerahasiaan. Di samping itu, ketelanjangan (mengatakan kebenaran) pikiran maupun tubuh tidaklah elok; tetapi ketelanjangan itu sebenarnya menambahkan penghormatan yang tinggi bagi cara dan tindakan manusia; seandainya manusia itu penuh dengan kerahasiaan. Berkaitan dengan orang yang cerewet dan suka berceloteh, mereka pada dasarnya adalah orang yang kosong dan penipu. Sebab dia yang mengatakan apa yang dia ketahui, akan mengatakan juga apa yang tidak dia ketahui. Oleh karena itu tertulislah, kerahasiaan adalah kebiasaan dunia politik dan moral. Maka, dalam politik dan moral, adalah baik jika lidah manusia yang berbicara, bukan wajahnya. Sebab penyingkapan diri manusia dengan ekspresi wajahnya adalah suatu kelemahan dan pengkhianatan karena ekspresi wajah manusia sering kali lebih diperhatikan dan dipercayai daripada kata-katanya.
Untuk tingkatan yang kedua, yaitu penyembunyian; penyembunyian sering kali menguntit kerahasiaan sebagai suatu keharusan; sehingga dia yang menyimpan rahasia akan menjadi orang yang penuh ketertutupan dalam beberapa level. Alasannya, manusia terlalu licik untuk menderita demi menjaga sikap diri yang acuh tak acuh sebagai seorang penjaga rahasia dan seorang penyembunyi; dan sebagai penyimpan rahasia tidaklah mungkin tanpa mengayunkan keseimbangan antara sebagai penjaga rahasia dan penyembunyi. Manusia-manusia akan mencercar sesamanya dengan pertanyaan-pertanyaan dan menyelidiki segala sesuatunya serta merampas semuanya dari sesamanya, dan, jika tidak ada suatu keterbungkaman yang menggelikan, maka pastilah dia menunjukkan suatu kecondongannya kepada sebuah jalan, atau jika memang dia tidak menunjukkan kecondongannya, maka para pencercar akan mengumpulkan segala sesuatunya sebanyak mungkin lewat keterbungkaman maupun lewat perkataannya. Tentang dalih-dalih, atau perkataan-perkataan yang ambigu dan tidak jelas, para pencercar tidak dapat tahan dengan lebih lama. Akibatnya, bahwa tidak ada seorang pun yang dapat menyimpan rahasia, kecuali dia mengenakan kepada dirinya suatu keleluasaan kecil untuk menjadi seorang penyembunyi; yang mana menjadi seorang penyembunyi seolah-olah seperti rok atau bagian ujung dari gaun kerahasiaan.
Namun untuk tingkatan yang ketiga, yang adalah kepura-puraan dan pernyataan yang keliru; saya menilai bahwa kepura-puraan dan pernyataan yang keliru lebih bersalah, tetapi sedikit politik; kecuali hal itu terjadi di dalam masalah-masalah yang besar dan langka. Oleh karena itu, kebiasaan umum dari kepura-puraan (yang merupakan tingkat yang terakhir) adalah suatu kejahatan, yang penyebabnya adalah baik kesalahan yang wajar maupun ketakutan, atau dari pikiran-pikiran yang sesat, yang memaksa manusia membutuhkan penyamaran, sehingga penyamaran mendorong dirinya untuk mempraktekkan kepura-puraan dalam hal lainnya, setidaknya tangannya dipakai untuk mempraktekkan kepura-puraan tersebut.
Keuntungan utama kepura-puraan dan penyembunyian setidaknya ada tiga. Yang pertama, untuk menidurkan musuh dan untuk mengejutkannya. Sebab di mana tujuan manusia dipublikasikan, berarti merupakan suatu tanda bahaya yang akan membangunkan semua musuh yang melawan dirinya. Yang kedua, untuk menjaga diri manusia dari ancaman yang sebenarnya. Sebab jika seorang manusia melibatkan dirinya dalam suatu deklarasi yang jelas, dia harus melangkah terus atau gagal melakukan. Yang ketiga, kepura-puraan dan penyembunyian semakin efektif untuk membuka pikiran orang lain. Sebab bagi dia yang membuka dirinya, akan hampir tidak akan menunjukkan dirinya yang berlawanan dengan kenyataannya, malahan dengan membiarkan dia mengalir apa adanya justru akan mengubah kebebasan berbicaranya menjadi kebebasan untuk berpikir. Oleh karena itu, berikut ini adalah pepatah Spanyol yang tajam dan cerdik, katakanlah suatu kebohongan dan temukan suatu kebenaran, seolah- olah tidak ada cara untuk penyingkapan selain dengan kepura-puraan. Terdapat juga tiga kerugian yang setara dengan melakukan kepura-puraan dan penyembunyian. Yang pertama, kepura-puraan dan penyembunyian pada umumnya membawa diri kepada suatu pentas ketakutan, yang dalam segala tindak-tanduknya sungguh merusak segala kehormatan yang sedang berjalan menuju kepada tujuannya. Yang kedua, kepura-puraan dan penyembunyian mengejutkan dan membingungkan kepentingan diri banyak orang, yang mungkin malah menolak untuk bekerja sama sehingga pada akhirnya membuat diri sendiri berjalan hampir sendirian untuk mencapai tujuan-tujuan akhir. Yang ketiga dan yang terburuk adalah kepura-puraan dan penyembunyian mencabut manusia dari satu instrumen pokok yang paling penting dalam tindakan; kepercayaan dan keyakinan. Maka, kombinasi terbaik bagi tabiat manusia adalah memiliki keterbukaan dalam ketenaran dan opini; mempunyai kerahasiaan dalam tingkah-laku, melakukan kepura-puraan yang bermanfaat yang sesuai dengan waktunya dan memiliki suatu kekuatan untuk berpura-pura, jika kiranya memang tidak ada solusi.
[1] Tentang Tacitus lihat essai II; no. 7
[2] Tentang Livia lihat essai II; no. 5
[3] Tentang Kaisar Augustus lihat essai II; no. 4
[4] Tentang Tiberius lihat essai II; no.6
[5] Gaius Licinius Mucianus adalah seorang jenderal, negarawan dan penulis sejarah Romawi kuno. Mucianus dan Vespasianus bersumpah untuk setia kepada Kaisar Otho (tentang Otho lihat essai II; no.3). Setelah Otho bunuh diri dan digantikan Kaisar Vitellius, Mucianus mendorong Vespasianus untuk angkat senjata melawan Vitellius.
[6] Tentang Vespasianus lihat essai II; no.8
[7] Vitellius (Aulus Vitellius Germanicus Augustus) adalah kaisar Romawi yang memerintah selama delapan bulan dari 16 April 69 sampai 22 Desember 69. Sebelum menjadi seorang kaisar, ia adalah seorang jenderal Romawi yang berhasil mendapatkan mahkota Romawi setelah kaisar sebelumnya yaitu Otho bunuh diri. Sebagai seorang kaisar Romawi, Vitellius menambahkan nama Germanicus untuk gelarnya daripada memakai nama Caesar. Takhtanya segera digoyang oleh Jenderal Vespasianus. Pertempuran antara Vitellius dan Vespasianus pun tak terelakkan. Akhirnya Vitellius dieksekusi oleh tentara Vespasianus pada tanggal 22 Desember 69 sehingga Vespasianus mendapatkan mahkota kemaharajaan Romawi.
[8] Pengakuan dosa merupakan salah satu dari tujuh sakramen Gereja Katolik di mana dengan sakramen pengakuan dosa, seseorang mengakukan dosa-dosa, mohon pengampunan dan diperdamaikan kembali dengan Tuhan lewat perantaraan seorang pastor. Setelah orang mengakukan dosa-dosanya, pastor memberikan absolusi (pengampunan dosa) dan penitensi (denda dosa). Tujuan penitensi adalah supaya orang benar-benar bertobat dan merasakan bahwa dosa sungguh mengkhianati, menyakiti kasih Allah dan merusak relasinya dengan Allah tetapi juga sekaligus bahwa sedosa apa pun dia, Allah tetap mengampuni, menerima dan mencintainya.
Copyright © 2016 ducksophia.com. All Rights Reserved