XXXI
Kecurigaan
Francis Bacon
Lukisan Herbert William Weekes, Suspicion, 1900
Kecurigaan yang terselip di antara semua pikiran adalah seperti kelelawar-kelelawar yang ada di antara kawanan burung, yang selalu terbang pada senja hari. Tentu saja, semua kecurigaan haruslah dibuang, atau setidaknya berhati-hati terhadap mereka: karena semua kecurigaan memendungkan pikiran; membinasakan persahabatan; dan menyebabkan memeriksa kembali bisnis sehingga bisnis tidak dapat terjadi sekarang ini dan dengan stabil. Kecurigaan menjerumuskan para raja ke dalam tirani, para suami ke dalam kecemburuan, orang-orang bijaksana ke dalam keragu-raguan dan kemurungan. Kecurigaan adalah suatu kecacatan, bukan di dalam hati, tetapi di dalam otak; sebab kecurigaan berlangsung di dalam diri para pemberani yang tidak mengenal rasa takut, seperti yang terjadi dalam contoh Raja Henry VII dari Inggris[1]. Pada waktu itu, tidak ada lagi orang lebih curiga ataupun lebih berani selain daripada si Henry VII itu. Dan di dalam keadaan yang demikian, kecurigaan tidak terlalu menyakiti diri. Sebab pada umumnya, kecurigaan tidaklah diakui, tetapi diwujudkan dengan pengujian, tidak mempedulikan apakah nantinya kecurigaan itu benar atau tidak.
Namun dalam diri orang yang penuh ketakutan, kecurigaan mendapatkan pendasarannya dengan terlalu cepat. Tidak ada sesuatu pun yang membuat seseorang amat mencurigai selain daripada ia yang mengetahui sedikit; oleh karena itu seseorang haruslah menyingkirkan kecurigaannya dengan cara mengetahui lebih banyak lagi, dan tidak menyimpan semua kecurigaannya dengan mendiamkannya. Apa yang kiranya dimiliki oleh manusia? Apakah manusia berpikir bahwa orang-orang yang mereka pekerjakan dan yang berurusan dengan mereka adalah orang-orang suci? Apakah mereka tidak berpikir bahwa setiap orang memiliki tujuannya sendiri, dan selalu berpandangan bahwa mereka sendiri selalu lebih benar daripada orang-orang lain? Oleh karena itu, tidak cara lebih baik untuk menenangkan kecurigaan selain daripada mengindahkan kecurigaan sebagai hal yang benar tetapi sekaligus tetap mengekang kecurigaan sebagai hal yang keliru. Sebab begitu jauh letaknya jika seseorang harus mengambil faedah dari kecurigaan-kecurigaan, seandainya memang ada, yaitu seolah-olah bahwa apa yang dia curiga adalah benar sehingga membuat diri merasa tidak sakit. Namun tetaplah bahwa kecurigaan-kecurigaan yang dikumpulkan oleh pikiran adalah sungguh suatu dengungan; dan kecurigaan-kecurigaan yang dipelihara secara keliru, dan ditaruh di dalam kepala lewat isu-isu dan bisikan dari orang lain, memiliki sengat. Tentu saja, cara terbaik untuk membersihkan jalan dari rintangan kayu kecurigaan adalah dengan jujur berkomunikasi dengan mereka yang dia curigai; sebab dengan jalan demikian niscaya dia akan lebih banyak mengetahui kebenaran tentang mereka daripada yang dia ketahui sebelumnya; dan dengan cara demikian akan membuat pihak yang bersangkutan lebih berhati-hati agar tidak membuat penyebab kecurigaan menjadi lebih jauh. Namun hal ini kiranya tidak dapat diterapkan terhadap orang-orang yang memang kodratnya tak bermoral; sebab jika mereka sekali dicurigai, mereka malah tidak akan pernah menjadi orang benar. Orang Italia mengatakan sospetto licentia fede (kecurigaan membenarkan kepercayaan yang runtuh); seolah-olah kecurigaan memberikan suatu paspor kepada kepercayaan; padahal kecurigaan harusnya malah mengobarkan kecurigaan demi memadamkan kecurigaan itu sendiri.
[1] Demi menjaga stabilitas kekuasaan, Henry VII amat mencurigai bahkan terkesan paranoid kepada wangsa Plantagenet. Akibatnya, setiap orang keturunan wangsa Plantagenet akan dicurigai sebagai ancaman kudeta bagi mahkota Inggris. Selengkapnya tentang Henry VII, lihat essai XIX; no. 40
Copyright © 2016 ducksophia.com. All Rights Reserved