Lukisan Ignjat Job
Materi- forma tidak bersifat generatif maupun koruptif
Secara natura, materi-forma tidak bersifat generatif maupun koruptif karena materi dan forma adalah prinsip, bukan ada itu sendiri. Andaikata, materi dan forma bersifat generatif sebagai contoh bola perunggu, maka tidak hanya seluruh perunggu – termasuk bola yang mengalami generasi tetapi juga bahwa generasi berlangsung pula pada bentuk bola dan perunggunya, artinya baik materi dan forma memiliki materi dan forma, ada suatu materi dari materi dan suatu forma dari forma dan begitu terus sampai tak terhingga (ad infinitum). Hal ini tidaklah mungkin.
Namun di dalam proses generasi atau substansi korporal (komposisi) materi-forma harus dicermati karena ada materi-forma yang bersifat generatif dan ada materi-forma yang tidak bersifat generatif.
Materi- forma yang bersifat generati-koruptif adalah materi-forma yang menjadi subjek perubahan karena materi-forma tersebut berada di dalam substansi corporal dan bukan sebagai materi terakhir dan forma terakhir. Setiap generasi bertitik tolak dari sesuatu menuju sesuatu dan hanya berlangsung pada hal-hal composite[1]. Maka, dalam generasi yang mengawali adalah materi dan yang mengakhir generasi adalah forma[2] karena materi sesuatu yang diubah (potensi) dan forma adalah itu yang mengubah dan menspesifikasikan (aktualitas) materi.
Materi-forma yang tidak bersifat generatif adalah materi terakhir dan forma terakhir. Proses generasi pasti memiliki titik henti, dan titik henti itu adalah materi terakhir dan forma terakhir sehingga materi terakhir dan forma terakhir tidak bersifat generatif[3].
Kesatuan materi dan forma: esensi
Hubungan materi dan forma menyatakan hubungan potensi dan aktus sehingga hubungan yang demikian intim membentuk kesatuan. Dengan kata lain, hubungan materi dan forma ialah hubungan antara determinasi terhadap tak terdeterminasi. Namun, hubungan materi dan forma hanya berlaku pada substansi komposisi (corporal) bukan substansi immaterial karena substansi immaterial hanya terdiri dari forma saja.
Kesatuan materi dan forma menjadikan esensi substansi korporal satu meskipun terdiri dari dua elemen yaitu materi dan forma[4], jadi di dalam substansi korporal materi dan forma mengada bersama (coexistence) sebagai satu kesatuan yaitu kesatuan metafisik. Kesatuan metafisik terdiri dari sejumlah hal yang telah menjadi aktus dan saling terkait satu sama lain. Akibatnya, materi dan forma yang membentuk esensi substansi korporal tidak mungkin dipisahkan kecuali mengalami korupsi yang berujung kepada perubahan di dalam natura.
Nyatalah bahwa kesatuan materi dan forma yang sedemikian rupa terurai di dalam definisi substansi korporal. Sebagai contoh: apakah definisi rumah? Rumah adalah sesuatu yang terdiri semen, batu, kayu. Definisi ini hanya menyangkut soal materi. Mereka yang mendefinisikan rumah sebagai perlindungan untuk barang-barang dan tubuh yang hidup mendefinisikan hanya menyangkut soal forma. Definisi yang membahas materi atau forma bukanlah definisi yang sempurna bahkan menghilangkan salah satu entah materi atau forma maka membuat sesuatu tidak dapat didefinisikan. Definisi yang sempurna selalu menggandeng materi (potensi) dan forma (aktualitas) tanpa memisah-misahkan[5].
Walaupun materi dan forma adalah kesatuan, tetapi adalah forma yang memberikan kesatuan kepada esensi, bukan materi. Mengapa? Karena forma adalah suatu tindakan yang mengatasi kondisi materi yang tak terdeterminasi dengan cara memberikan determinasi kepada materi (supremasi forma).
Yang perlu dicatat bahwa, materi dan forma bukanlah ada itu sendiri tetapi merupakan prinsip hal. Esensi (materi dan forma) mengada jika aktualkan oleh esse. Maka, kesatuan suatu ada tertinggi berasal dari esse, bukan forma.
Kesatuan esse dan kesatuan forma: perbedaannya
Penyebab atau causa kesatuan ada pada level esensi adalah forma sedangkan pada level ada adalah esse. Maka, kesatuan ada yang berasal dari forma disebut sebagai kesatuan predicamental sementara kesatuan yang berasal dari esse adalah kesatuan transendental. Mengapa demikian? Kita menyebut forma sebagai causa kesatuan predicamental karena esensi suatu hal dibagi ke dalam sepuluh kategori atau predikat. Konsekuensinya, pada level ini kesatuan ada terjadi karena forma.
Esse tidak menjadi bagian dari predikat atau kategori apapun tetapi esse melingkupi semua kategori sehingga segala kategori memiliki esse. Karena itu, esse mempengaruhi segala kategori dan mentransendensi kategori. Maka, kesatuan ada pada level ini terjadi karena esse yang mana esse adalah kesempurnaan segala kesempurnaan. Oleh sebab itu esse merupakan causa kesatuan transendental ada.
[1] Thomas Aquinas, De Principiis Naturae, no. 15
[2] Ibid.
[3] Ibid., XII Metaphysics, lect.3, no. 2443
[4] Ibid., Being dan Essense, chap. 6, para 2
[5] Ibid., VIII Metaphysic, lec. 2, no. 1700
Copyright © 2017 ducksophia.com. All Rights Reserved