Lukisan Giotto di Bondone, Natività (1303-1305, Padova, Cappella degli Scrovegni)
Kata seorang filsuf Tiongkok kuno:
“Kekokohan negara berakar pada kebahagiaan keluarga.
Kebahagiaan keluarga merupakan kebaikan dunia.
Kebaikan dunia adalah sukacita surga.
Sukacita surga turun menjadi berkat bagi keluarga yang baik dan bahagia”
Tidak ada bulan yang semanis bulan Desember. Mengapa ? Karena Desember- bulan yang terakhir- itu penuh dengan citra keindahan. Keindahan Desember bukanlah terletak pada kemeriahan lagu-lagu Natal, suasananya yang romantis tetapi pada misteri iman yaitu kelahiran Yesus Kristus menjadi manusia. Kelahiran Yesus Kristus menerangi Desember sebagai peristiwa rahmat yang menyentuh dan menyegarkan perjalanan hidup. Maka, Natal merupakan saat yang tepat untuk menimba kembali kekuatan iman, harapan dan kasih dari keluarga Nazaret.
Tak bisa dipungkiri bahwa pergolakan zaman telah menjebak keluarga kristiani dalam kekeringan sehingga menggoncang bahkan menghancurkan sendi-sendi hidup keluarga. Namun di tengah prahara yang berlangsung, bintang yang mendahului para Majus kembali muncul dan membimbing keluarga Kristiani pada bulan Desember ini. Dengan demikian keluarga Nazaret akan sungguh menjadi kado Natal bagi keluarga kristiani jika keluarga kristiani kembali menggali menghidupi semangat keluarga Nazaret.
Cahaya keluarga Nazaret cahaya keluarga Kristiani
Berbicara mengenai keluarga berarti berbicara mengenai suatu persekutuan cinta dan hidup. Keluarga terbentuk karena ada persekutuan cinta antara seorang laki-laki dan seorang perempuan. Puncak dan kepenuhan persekutuan hidup dan cinta ada di dalam kelahiran anak. Dari sebab itu, anak merupakan mahkota suatu keluarga. Ketika seorang anak belajar berkata, maka kata yang pertama yang terucap dan mudah dipahami dari mulut seorang anak adalah papa-mama. Betapa senangnya orang tua ketika kata papa-mama itu untuk pertama kalinya meluncur dari mulut anak. Kata papa-mama dalam untaian waktu merajut cinta antara orang tua dan anak. Dalam untaian waktu pula, kata papa-mama akan terucap terus-menerus sehingga menyusun suatu kamus keluarga. Kamus keluarga tak lain adalah kamus kedamaian. Kamus kedamaian ini menjadi jiwa dan intisari sebuah keluarga.
Pada Natal ini, kita dapat membuka kamus kedamaian keluarga Nazaret. Kamus kedamaian keluarga Nazaret disusun dari cinta Yosep dan cinta Maria. Cinta Yosep dan cinta Maria melingkupi dan menjadi pilar hidup Yesus. Cinta Yosep dan cinta Maria berawal dari misteri iman yaitu ketika mereka menerima perintah Tuhan bahwa anak yang dikandung Maria adalah dari Roh Kudus. Injil Mateus melukiskan bagaimana perintah itu ditujukan kepada Yosep “Yoseph anak Daud, janganlah takut mengambil Maria sebagai istrimu sebab anak di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus” (Matius 1: 20) sementara sikap Maria terhadap perintah Tuhan digambarkan oleh Injil Lukas “sesungguhnya engkau akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Yesus” (Lukas 1: 31). Baik Injil Mateus dan injil Lukas melengkapi dan menggandeng serta menyatukan satu sama lain cinta Yoseph dan cinta Maria sehingga menjadi cinta Nazaret. Mahkota cinta Nazaret ada di dalam diri Yesus, sang Putra.
Nazaret ada di Galilea. Kota kecil yang menurut arti katanya dalam bahasa Arab adalah pertolongan, bantuan, teman, pembagi, memberi harapan. Berarti juga pelindung dari bahaya, pembebas. Dalam bahasa Ibrani berarti kesegaran, hijau, mekar. Juga berarti memelihara dan berkembang. Cinta Yoseph dan cinta Maria memang sesuai dengan nama Nazaret. Arti kata Nazaret secara harafiah menjadi kenyataan dalam keluarga Nazaret lewat tindakan cinta Yosep dan tindakan cinta Maria. Kekudusan cinta keluarga Nazaret memancarkan cahaya kemuliaan Tuhan.
Situasi zaman sekarang yang deras dengan aneka tawaran mengaburkan kehidupan yang baik dan benar. Situasi yang demikian bisa dibandingkan dengan kelamnya malam. Malam yang kelam itu menyelimuti perjalanan keluarga-keluarga Kristiani. Masing–masing anggota keluarga tidak punya waktu untuk saling mendengarkan, saling bercerita, saling berbagi. Semuanya tenggelam di dalam kesibukan. Banyak keluarga Kristiani yang patah dan hancur. Cinta tidak lagi mewarnai keluarga dan diganti dengan kecuekan dan ketidakpedulian. Kamus kedamaian diubah menjadi kamus pertengkaran keluarga. Sungguh keluarga Kristiani berada di tengah kelamnya malam.
Di tengah kelamnya malam, bintang yang mengantar para Majus ke Bethelem terbit kembali untuk mengantar keluarga-keluarga Kristiani kepada keluarga Nazaret. Cahaya penerang dari keluarga Nazaret muncul di tengah pekatnya kegelapan kemarahan, kebencian, ketidakpuasan, dan kebodohan. Munculnya cahaya keluarga Nazaret itu berarti mengusir kegelapan dan menggantinya dengan cahaya damai, cahaya pengampunan dan cahaya sukacita. Maka, pada natal ini, keluarga-keluarga Kristiani haruslah membuka jendela keluarga agar cahaya keluarga Nazaret itu menelusup ke dalam relung-relung hati keluarga. Cahaya keluarga Nazaret juga menunjukkan kamus kedamaian yang selama ini tertutupi oleh pekatnya malam dan mengajak keluarga-keluarga Kristiani untuk membuka kamus kedamaian yang dimilikinya sejak keluarga itu terbentuk. Kata-kata yang ada dalam kamus kedamaian keluarga adalah aku mencintaimu. Maka Natal ini, adalah saat yang tepat bagi anggota keluarga untuk saling mengatakan satu sama lain: “aku mencintaimu”. Ketika setiap anggota keluarga mengatakan aku mencintaimu satu sama lain, damai Natal telah datang di dalam keluarga Kristiani. Dengan demikian kata–kata aku mencintaimu semakin memaniskan bulan Desember karena gema kata-kata aku mencintaimu menjadi lonceng Natal yang menghentakkan hati. Keluarga Nazaret (Yosep, Maria dan Yesus) pun tersenyum bahagia memandang keluarga- keluarga Kristiani.
Kesederhanaan keluarga Nazaret kesederhanaan keluarga Kristiani
Kesederhanaan selalu menghiasi perjalanan keluarga Nazaret. Yoseph dan Maria adalah orang kampung Yahudi dan Yosep bekerja sebagai tukang kayu Nazaret. Pekerjaan tukang kayu merupakan pekerjaan sederhana. Perkerjaan tukang kayu dan status sebagai orang kampung hendak menunjukkan bahwa keluarga Nazaret tidak memiliki status sosial yang berarti di dalam masyarakat Yahudi. Bahkan ketika Maria hendak melahirkan, kandanglah yang menjadi tempat untuk Maria bersalin dan bayi Yesus pun diletakkan di suatu palungan. Sebuah tempat yang sederhana. Pada waktu itu, kelahiran Yesus juga hanyalah suatu peristiwa biasa sehari-hari yang mengisi kehidupan Yahudi. Karena peristiwa biasa, kelahiran Yesus itu tersembunyi dan tidak diketahui oleh banyak orang. Yang menyaksikan kelahiran Yesus hanyalah para gembala, yaitu orang-orang kecil yang tidak mempunyai pengaruh apa-apa. Kenyataan ini menunjukkan bahwa keluarga Nazaret hanya suatu keluarga biasa yang mengisi hari-harinya dengan kesederhanaan. Namun, realitas kesederhanaan itulah yang menjadi kekudusan keluarga Nazaret. Kesederhanaan itu pula yang menjadi cahaya keluarga Nazaret bagi keluarga Kristiani.
Maka kesederhanaan keluarga Nazaret merupakan kesederhanaan keluarga Kristiani. Kesederhanaan itu menyejukkan dan membawa kedamaian. Kesederhanaan adalah lahan-lahan kebahagiaan keluarga. Kebahagiaan itu tumbuh dan bersemi di ladang–ladang kesederhanaan bukan di ladang-ladang ambisi. Ladang-ladang ambisi telah mengacau-balaukan banyak keluarga Kristiani. Banyak keluarga Kristiani menganggap bahwa kebahagiaan terletak pada kesuksesan, kekayaan, materi yang berlimpah sehingga melupakan kesederhanaan keluarga. Sudah barang tentu ketika kesederhanaan keluarga dilupakan, kebahagiaan pun menjauh.
Pada setiap malam Natal, Yoseph, Maria dan para gembala berkumpul di tengah-tengah bayi Yesus. Berkumpul di tengah-tengah Yesus itu berarti berdoa. Maka kesederhanaan keluarga Kristiani adalah berdoa bersama. Doa bersama memperkuat tali jiwa dan tali hati masing anggota keluarga. Dari sebab itu, cara merayakan Natal yang pertama dan utama adalah dengan doa bersama. Pada malam Natal ini, Yoseph, Maria dan para gembala mengajak keluarga-keluaga Kristiani untuk berkumpul bersama dengan seluruh anggota keluarga untuk berdoa di tengah-tengah bayi Yesus. Dengan demikian malam Natal pun menjadi pujian sukacita keluarga Kristiani.
Pada malam Natal ini, keluarga Nazaret mengingatkan bahwa doa bersama haruslah menjadi kebiasaan yang mengisi hari –hari perjalanan hidup keluarga Kristiani. Dengan doa bersama setiap anggota keluarga saling mendengarkan satu sama lain, saling berbagi dan saling mencintai satu sama lain. Di sinilah letak ladang kebahagiaan dan sungai sukacita keluarga. Jadi doa bersama adalah jalan kesederhanaan menuju ladang kebahagiaan dan sungai sukacita keluarga. Jalan kesederhanaan itu merupakan jalan kepercayaan dan penyerahan. Di dalam penyerahan dan kepercayaan kita tahu bahwa keluarga Nazaret akan selalu berjalan bersama dan menemani keluarga-keluarga Kristiani. Akhirnya pada Natal ini, biarkanlah cahaya keluarga Nazaret memasuki hati keluarga, menerangi dan menghangatkan rumah; membawa keteduhan dan harapan di tengah-tengah keluarga Kristiani.
Copyright © 2016 ducksophia.com. All Rights Reserved