Lukisan: Raoul Dufy, Treading The Blue Sky, 1949
Minggu Adven I
Yesaya 2: 1-5
Roma 13: 11-14
Matius 24:37-44
“Hendaklah kamu juga siap sedia
karena Anak Manusia datang
pada saat yang tidak kamu duga”
Kita memulai Minggu Adven I dan itu berarti kita memasang kalendar liturgi yang baru. Tahun liturgi yang baru selalu ditandai dengan tradisi lingkaran Adven bersama keempat lilin dan hiasannya yang indah. Memang, lingkaran Adven penuh dengan simbol akan misteri iman. Lingkaran yang terbuat dari ranting kayu itu menyimbolkan kekekalan Tuhan bahwa Tuhan tidak memiliki awal dan akhir karena Tuhan adalah yang pertama dan yang terakhir, Alfa dan Omega; oleh karena itu segala kesempurnaan dan kepenuhan ada di dalam Diri-Nya. Warna hijau yang mendekorasi ranting-ranting Adven melambangkan hidup yang abadi. Keempat lilin yang menyala mempresentasikan: lilin yang pertama adalah harapan; lilin yang kedua adalah iman; lilin yang ketiga adalah kasih; dan lilin yang kempat adalah Yesus Kristus sebagai terang dunia.
Adven menunjukkan bahwa tahun baru iman telah datang dan kalender liturgi yang baru mewarnai untaian waktu yang akan berlangsung selama satu tahun dengan terang firman Tuhan. Adven dari bahasa Latin artinya kedatangan; dalam iman Adven adalah kedatangan Tuhan sehingga tahun baru dan kalendar liturgi yang baru dibuka dengan menyambut dan menanti kelahiran Yesus Kristus, Tuhan yang menjadi manusia: inkarnasi. Maka, sebagaimana suatu keluarga yang menanti kelahiran seorang anak dengan penuh harapan, Minggu adven I menyatakan harapan akan kelahiran Kristus sang penyelamat tetapi juga harapan akan kedatangan-Nya yang kedua. Di sini inkarnasi dan eschatologi saling tali-temali sehingga membuktikan keagungan Adven. Dengan inkarnasi dan eschatalogi yang saling bergandengan maka masa Adven adalah waktu bagi orang beriman untuk melihat ke belakang dan ke depan. Kita melihat ke belakang saat kita mempersiapkan diri untuk merayakan kelahiran Yesus yang bersejarah (baca: inkarnasi). Pada saat yang sama, kita juga melihat ke depan saat kita menantikan kedatangan Kristus yang kedua (baca: eschatalogi); jadi selama masa Adven kita mempersiapkan diri untuk menyambut Kristus ke dalam semua bidang kehidupan (bdk Fr. Tony Kadavil).
Adven yang mengajak kita untuk melihat ke belakang yaitu meyambut kelahiran Kristus dalam sejarah dan melihat ke depan yaitu menantikan kedatangan-Nya yang kedua menggores suatu perjalanan hidup para murid Kristus tepatnya perjalanan untuk kembali ataupun sampai kepada Kristus. Hidup orang Kristen merupakan hidup di dalam dan bersama Kristus, hidup orang Kristen adalah hidup milik Kristus. Perjalanan hidup murid Kristus dimulai dari Kristus dan akan kembali kepada Kristus, akhir hidup para murid Kristus memuat pula asal-muasal hidup mereka dan asal-muasal hidup para murid Kristus juga menunjukkan akhir hidup mereka. Kristus adalah Alfa dan Omega, yang pertama dan yang terakhir yang menjadi asal-muasal dan finalitas segala yang ada. Fakta ini menyingkapkan misteri Adven bahwa realitas inkarnasi dan eschatology saling bersatu mengisi dan memaknai hidup orang Kristen.
Maka, masa adven menggugah kembali kesadaran para murid Kristus akan arti hidup mereka, bahwa hidup ini sedang dalam perjalanan menuju atau kembali kepada Kristus. Nabi Yesaya melukiskannya dengan perjalanan ke gunung tempat rumah Tuhan. Ya, Yesus adalah gunung tempat rumah Tuhan yang berdiri tegak di hulu gunung-gunung dan menjulang tinggi di atas bukit-bukit. Dia adalah gunung tempat rumah Tuhan karena Ia adalah Tuhan yang menyelamatkan segala bangsa dan segala ciptaan sehingga kelahiran-Nya yang menjadi manusia mendorong segala bangsa dan suku bangsa berduyun-duyun datang kepada-Nya. Dalam Kristus ada pengajaran dan ada firman Tuhan karena ia memang firman Tuhan yang menjadi daging. Yesus kristus adalah jalan kepada Tuhan dan keselamatan. Maka Adven memanggil kembali para murid Kristus supaya menempuh dan berjalan di jalan Kristus dengan setia, meneguhkan kembali para murid Kristus untuk selalu pergi ke gunung rumah Tuhan dan bukan pergi ke tempat yang lain.
Pertanyaannya bagaimana pergi ke gunung rumah Tuhan, bagaimana berjalan di jalan Kristus? Pergi ke rumah Tuhan hanya dapat dilakukan dengan menyusuri jalan harapan, jalan iman dan jalan kasih. Berjalan di jalan Kristus berarti berjalan di dalam harapan, iman dan kasih. Tiada cara lain untuk pergi ke gunung rumah Tuhan ataupun untuk berjalan di jalan Kristus. Mereka yang menyusuri jalan Kristus dengan setia akan berjumpa dengan Kristus yang menyertai dan bersama mereka, menemukan pengajaran-Nya dan firman-Nya yang adalah terang. Mereka yang menempuh jalan tersebut mengerti dalam keheningan bahwa jalan harapan, iman, kasih dan Kristus sendiri tak lain adalah keempat lilin Adven yang menyala. Dalam terang lilin Adven para murid Kristus berjalan di dalam terang Kristus menyusuri kehidupan untuk sampai kepada Kristus. Terang Kristus menentramkan hati dan jiwa sekaligus menciptakan perdamaian. Mereka yang berjalan di jalan harapan, iman dan kasih membawa kedamaian baik bagi dirinya dan dunia sekitarnya. Kedamaian terbit di hati dan hidup mereka. Situasinya seperti yang dikatakan oleh Yesaya: mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya-nya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa dan mereka tidak akan belajar lagi perang. Dalam damai itu hadirlah sukacita karena para murid pergi kepada Yesus dan menyusuri jalan kehidupan dengan iman, harapan dan kasih.
Adven menantikan kedatangan Kristus yang kedua. Menantikan kedatangan Kristus yang kedua mematri tugas para murid Kristus yaitu mengisi hari-hari hidup mereka dengan terang Kristus, dengan terang iman, terang harapan dan terang kasih. Kitab suci definitif mengatakan bahwa Yesus akan datang lagi. Kedatangan Yesus yang kedua ini tidak dikatakan dengan jelas kapan waktunya sehingga menjadi misteri bagi para murid-Nya. Yang dapat dipastikan hanyalah kedatangan-Nya seperti pencuri artinya kedatangan-Nya tidak disangka-sangka, tidak dapat diprediksi. Karena itu Yesus meminta para murid-murid-Nya untuk selalu siap sedia menyambut kedatangan-Nya. Lalu apa yang harus dilakukan oleh para murid supaya diri selalu berjaga-jaga dan siap sedia menyambut kedatangan Kristus yang seperti pencuri? St. Paulus memberikan jawabannya supaya hidup para murid siap sedia menyambut kedatangan-Nya yaitu menanggalkan perbuatan-perbuatan gelap, hidup dengan sopan, seperti pada siang hari, jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri hati, jangan merawat tubuh untuk memuaskan keinginannya. Semuanya bisa dirangkum menjadi hidup dalam keutamaan. Kemudian hidup keutamaan disempurnakan dengan mengenakan Yesus sendiri sebagai perlengkapan senjata terang. Seruan St. Paulus: saatnya telah tiba bagi kamu untuk bangun dari tidur karena hari sudah jauh malam, telah hampir siang, keselamatan sudah lebih dekat bagi kita juga merupakan seruan Adven. Para murid yang hidup di dalam kemabukan, pesta pora, perzinahan, iri hati adalah hidup di dalam kegelapan. Di dalam kegelapan mereka tidak siap dan tidak berjaga-jaga untuk menyambut kedatangan Kristus yang seperti pencuri. Hari-hari hidup mereka diisi dengan tidur pulas karena mereka bergadang di malam hari. Kelalaian mendatangkan malapetaka dan bencana. Situasi lalai mereka yang kemudian membawa malapetaka persis seperti orang-orang pada zaman sebelum air bah yaitu mereka yang hanya mementingkan soal makan dan minum, kawin dan mengkawinkan. Mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua. Air bah itu datang tiba-tiba di saat orang-orang terlena dan terbuai pada soal makanan dan kawin mengkawinkan. Peristiwa orang- orang pada zaman sebelum air bah juga mengingatkan kita akan peristiwa Itaewon yang baru terjadi. Orang-orang di Itaewon hendak merayakan pesta Halloween tetapi tanpa disangka-sangka mereka lenyap binasa karena terinjak-injak. Memang, kita tidak pernah tahu kapan kedatangan Kristus bagi kita secara personal.
Peristiwa air bah juga menggali makna Natal yang sesungguhnya bahwa Natal bukan menyoal makan enak, membeli baju baru, pesta pora ataupun membeli kado seperti soal kawin-mengkawinkan, makan dan minum. Orang-orang yang memaknai Natal hanya sebatas pada semua yang disebutkan itu sama dengan orang-orang pada zaman sebelum air bah dan mereka akan dilenyapkan. Makna Natal adalah kelahiran Yesus di dalam hati dan diri. Itulah makna Natal yang terpenting dan jika kita melalaikan makna Natal yang sejati justru membuat kita kehilangan diri karena diri ditemukan ketika orang hidup di dalam terang firman Kristus dan orang berjalan di jalan harapan, iman, dan kasih. Hidup di dalam kegelapan, pesta pora seperti yang disebutkan oleh St. Paulus membuat para murid Kristus kehilangan dirinya. Kata Angelus Silesius: Jika Kristus dilahirkan di Bethlehem ribuan kali dan bukan di dalam dirimu, kamu akan kehilangan dirimu selamanya. Orang yang kehilangan dirinya menjauh bahkan menolak keselamatan. Mereka lebih memilih bencana daripada keselamatan.
Dari Injil ada suatu fakta bahwa pada hari kedatangan-Nya yang kedua, Yesus akan memisahkan orang-orang yang siap sedia dan lalai dalam menyambut kedatangan-Nya. Artinya, pada hari kedatangan-Nya, Yesus akan menjadi hakim dan wasit di antara semua orang dari segala bangsa. Ada konsekuensi yang harus ditanggung bagi mereka yang siap sedia dan lalai seperti yang dikatakan oleh-Nya: pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan; kalau ada dua orang perempuan sedang memutar batu kilangan, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. Oleh karena itu sikap siap sedia dan berjaga-jaga dalam menanti kedatangan Kristus yang seperti pencuri tidak bisa ditinggalkan dan disepelekan oleh para murid Kristus.
Berjaga-jaga akan kedatangan Yesus Kristus berarti menyalakan kembali harapan, iman dan kasih yang ada di dalam diri. Justru terang harapan, iman, dan kasih membuat para murid tidak membiarkan rumah dibongkar oleh pencuri karena para murid Kristus selalu berjaga-jaga dan siap sedia. Sang pencuri itu sendiri -Yesus- adalah harapan, iman dan kasih itu sendiri. Dengan hidup dalam harapan, iman dan kasih, tidak ada lagi kelalaian, tidak lagi hari yang datang seperti air bah dan kedatangan-Nya bukan lagi seperti pencuri bagi orang yang menantikan karena harapan, iman dan kasih menyiapkan diri untuk selalu siap sedia dan berjaga-jaga. Setiap saat menjadi rahmat karena hidup di dalam harapan, iman dan kasih sama dengan hidup di dalam terang Kristus.
Lalu bagaimana siap sedia dalam iman, harapan dan kasih itu dilakukan? Dengan berdoa dan merayakan sakramen, dengan melakukan kebaikan-kebaikan bahkan kebaikan yang kecil dan sederhana terhadap dan kepada siapa pun dan apa pun seperti kepada natura tumbuhan, hewan, dan lingkungan, membantu sesama yang kesulitan, selalu optimis menghadapi berbagai tantangan dan masalah kehidupan. Orang-orang menghidupi iman kasih dan harapan akan menemukan kekudusan Adven dan terang cahaya-Nya.
Menemukan terang cahaya Adven juga membenamkan diri ke dalam damai Kristus dan membiarkan diri datang kepada damai-Nya karena terang Adven membawa damai. Pada saat itu, hati menjadi hati yang indah bagi kelahiran Yesus sekaligus hidup yang memancarkan iman, harapan dan kasih kepada dunia supaya dunia tahu bahwa murid-murid Kristus adalah lilin-lilin kecil Adven yang memberikan kehangatan kepada setiap hati dan mewartakan damai Kristus kepada dunia. Ternyata, hidup para murid Kristus yang berjaga-jaga dalam harapan, iman dan kasih adalah lingkaran Adven yang bercahaya nan indah bersama dan di dalam Kristus. Dalam iman, harapan dan kasih, para murid Kristus berseru kepada Yesus Kristus:
Datanglah Tuhan, datanglah di hatiku selalu, Maranatha
Copyright © 2022 ducksophia.com. All Rights Reserved