XXVII
Persahabatan
Francis Bacon
Lukisan Arthur John Elsley, I'se Biggest,1892
Begitus sulit bagi Aristoteles[1] ketika harus berbicara tentang bagaimana menyandingkan kebenaran dan ketidakbenaran bersama-sama dalam kata-kata yang lebih baik dalam pembicaraan berikut ini, Apa pun yang menyenangkan di dalam kesendirian adalah seekor binatang maupun seorang dewa. Sebab perkataan ini merupakan kenyataan yang paling benar bahwa kebencian natural dan diam-diam serta sikap anti masyarakat yang ada dalam setiap diri manusia menunjukkan bahwa manusia memiliki sifat keliaran binatang di dalam dirinya; sayangnya juga merupakan kenyataan yang paling keliru yang menyatakan bahwa kesendirian pastilah memiliki segala karakter kodrat ilahi; kecuali kesendirian bersumber bukan dari suatu kesenangan akan kesendirian, tetapi dari suatu cinta dan hasrat untuk mengasingkan diri demi suatu persatuan yang lebih tinggi: misalnya yang dilakukan oleh para pertapa kuno dan para Bapa gereja; tetapi kesendirian yang keliru dan dibuat-buat dijumpai di dalam diri para kafir, seperti Epimenides si Candian[2], Numa orang Romawi[3], Empedocles orang Sisilia[4], dan Apollonius orang Tyana[5]. Sebenarnya, hanya sedikit orang saja yang merasakan apa itu kesendirian, dan berapa jauh kesendirian itu mencekam. Karena, sejatinya, suatu gerombolan manusia bukanlah sahabat; dan wajah-wajah di dalam gerombolan sungguh hanya merupakan suatu galeri lukisan-lukisan; serta percakapan yang terjadi sungguh hanya suatu bunyi gembreng yang gemerincing, yang semuanya tentu saja tidak ada kasih sama sekali[6]. Adagium Latin sedikit berhubungan dengan kenyataan tersebut: Magna civitas, magna solitude (sebuah kota besar adalah suatu kesendirian yang sunyi sepi); karena di dalam kota-kota besar teman-teman tercerai-berai; sehingga mayoritas di kota-kota besar tidak ada persaudaraan karena sedikit persahabatan. Tetapi kita kiranya melangkah lebih jauh dan menegaskan bahwa sungguh kesendirian yang merana dan nyata mendambakan sahabat-sahabat yang sejati; memang di mana tanpa sahabat-sahabat yang sejati dunia ini hanyalah merupakan keliaran; dan bahkan dalam pengertian tersebut juga berarti kesendirian, namun siapa pun yang kerangka kodrat dan perasaannya tidak layak untuk persahabatan, maka dia membuat persahabatan berdasarkan kodrat binatang dan bukannya dari kodrat kemanusiaan.
Buah utama persahabatan adalah ketentraman dan pengurangan terhadap penuhnya dan bengkaknya hati yang merupakan penyebab dan sumber dari segala nafsu. Kita mengetahui bahwa penyakit serangan jantung dan tidak bisa bernafas merupakan penyakit yang paling berbahaya di dalam tubuh; tetapi sebaliknya penyakit tersebut tidak terlalu berbahaya di dalam pikiran; anda mungkin mengambil sarparilla untuk membuka lever, pisau baja untuk membuka limpa kecil, bunga-bunga sulfur untuk paru-paru, castoreum untuk otak; tetapi tidak ada resep untuk membuka hati selain daripada seorang sahabat yang sejati; yang kepadanya anda kiranya berbagi kesedihan, kesenangan, ketakutan, harapan, kecurigaan, nasihat dan segala sesuatu yang terhampar di atas hati yang membengkakkan hati, seperti dalam absolusi[7] umum atau pengakuan dosa[8].
Suatu hal yang aneh ketika mencermati betapa tingginya apresiasi para kaisar dan para raja yang hebat yang mereka berikan untuk buah persahabatan yang kita bicarakan ini: begitu tinggi, ketika mereka sering kali membeli buah persahabatan pada waktu bahaya mengancam keselamatan dan kemasyuran mereka. Bagi para raja, berhubung adanya jarak antara nasib mereka dengan nasib orang-orang bawahan dan para pembantu mereka, maka para raja tidak dapat mengumpulkan buah persahabatan, kecuali mereka (memampukan diri mereka untuk melakukannya) mengangkat beberapa orang menjadi sahabat mereka dan menjadikan pribadi-pribadi tersebut sederajat dengan mereka yang kerap kali sungguh mengantar kepada ketidaknyamanan. Bahasa moderen menggambarkan pribadi-pribadi yang terpilih sebagai sahabat raja dengan istilah favorit, atau teman terpercaya; seolah-olah pengangkatan menjadi sahabat adalah soal anugerah, atau hanya sekedar untuk berbicara. Namun orang-orang Romawi, berkaitan dengan pengangkatan pribadi-pribadi yang menjadi sahabat kaisar, menggunakan nama dan alasan yang tepat yaitu participes curarum (rekan kepedulian); karena rekan kepedulian itulah yang mengikat simpul. Dan kita melihat dengan jelas bahwa rekan kepedulian telah dipilih, bukan saja oleh para kaisar yang lemah dan penuh nafsu, tetapi juga oleh para kaisar yang paling bijaksana dan paling cemerlang dalam memerintah; yang sering kali menyatukan diri mereka dengan para pembantu mereka; di mana mereka berdua saling menyebut sebagai sahabat, dan membiarkan satu sama lain memanggil nama mereka dengan cara yang sama; menggunakan kata seperti yang dipergunakan di kalangan orang-orang tertentu. Sulla[9], ketika dia menguasai Roma, ia mengantarkan Pompeius[10] kepada jabatan yang tertinggi, tetapi Pompeius (sesudah nama lengkapnya menjadi Sang Agung) menjilat-jilat dirinya sendiri demi menjatuhkan Sulla. Sebab ketika dia telah berkonsultasi dengan salah satu sahabatnya, maka Pompeius menentang pembantaian yang dilakukan Sulla, dan untuk alasan tersebut Sulla penuh amarah, tetapi Pompeius dengan perkataannya yang gemilang, menantang Sulla sehingga sebagai efeknya kiranya membungkam Sulla: sebab ada lebih banyak orang yang mengagumi akan terbitnya matahari daripada terbenamnya matahari. Bersama dengan Julius Caesar, Decimus Brutus[11] telah mendapatkan keuntungan tersebut (jabatan yang tinggi[12]) sebagaimana Brutus menuliskan surat wasiatnya untuk keturunannya sesudah untuk keponakannya. Dan Brutus adalah orang yang memiliki kekuatan bersama Caesar untuk mengantar Caesar sendiri kepada kematiannya. Sebab ketika Caesar nampaknya akan membubarkan senat, berhubung adanya pertanda-pertanda yang buruk khususnya yang berasal suatu mimpi Calpurnia[13]; Brutus ini meninggikan Caesar dengan lembutnya dengan tangan yang teracung tinggi dari kursinya, mengatakan kepada Caesar bahwa dia berharap bahwa Caesar tidak membubarkan senat sampai istri Caesar yaitu Calpurnia mendapat mimpi yang lebih baik lagi. Dan tampaknya nasihat ini begitu manis, seperti yang dikatakan Cicero dalam suratnya yang berjudul Philippics[14], yang ditunjukkan terang-terangan kepada Markus Antonius untuk menyebut Decimus Brutus sebagai venefica, tukang sihir, karena seolah-olah Brutus memikat hati Caesar. Augustus mengangkat Agrippa[15] (meskipun berdasarkan kelahiran) kepada jabatan yang istimewa, seperti juga sebagaimana dia berkonsultasi dengan Maecenas[16] tentang perkawinan anak perempuannya Julia, bahkan Maecenas dengan kebebasan berkata kepada Augustus, bahwa Augustus harus menikahkan anak perempuannya dengan Agrippa atau dia akan mati; tidak ada jalan ketiga yang dapat mengantarnya kepada kemasyuran. Berkat Kaisar Tiberius[17], Sejanus[18] melenggang kepada jabatan tertinggi, ketika mereka berdua dikenal dan diperhitungkan sebagai pasangan sahabat. Tiberius dalam sebuah surat kepada Sejanus mengatakan, Haec pro amicitia nostra non occultavi (kenyataan-kenyataan ini, sebagaimana persahabatan kita mensyaratkannya, aku tidak menyembunyikannya dari dirimu); maka seluruh senat mempersembahkan sebuah altar kepada Persahabatan, seperti halnya altar untuk para Dewi, dalam kaitannya dengan cinta kasih persahabatan yang terjadi di antara mereka berdua. Persahabatan yang demikian atau bahkan yang lebih manis adalah persahabatan antara Kaisar Septimius Severus[19] dan Plautianus[20]. Sebab Septimius memaksa anak tertuanya (Caracalla[21]) untuk menikahi anak perempuan Plautianus; dan seringkali membela Plautianus dalam konfrontasinya dengan anak tertuanya itu; ia juga menulis sebuah surat kepada para senat, dengan kata-kata berikut: aku mengasihi Plautianus dengan segenap hatiku, dan aku berharap bahwa semoga dia lebih panjang umur daripada aku. Sekarang andaikata para kaisar menjadi seperti seorang Trajan[22] atau seorang Marcus Aurelius[23], maka kiranya seseorang berpikir bahwa persahabatan yang terjadi bersumber dari kebaikan kodrat manusia[24] yang berlimpah-limpah itu; persahabatan sungguh menjadikan manusia begitu bijaksana, padahal mereka adalah orang-orang yang keras dan kukuh pikiran dan orang-orang yang amat mencintai dirinya sendiri seolah-olah semuanya itu membuktikan hal yang paling gamblang bahwa mereka menemukan kebahagiaan (meskipun sehebat apa pun yang pernah terjadi di antara makhluk manusia yang mortal itu ) tetapi tetap ibarat mata uang yang terbelah menjadi dua, kecuali kiranya manusia memiliki seorang sahabat yang dapat menyatukan mata uang itu menjadi utuh; dan lebihnya lagi adalah, mereka adalah para kaisar yang memiliki istri, anak, keponakan; tetapi semuanya itu tidak dapat menggantikan manisnya persahabatan mereka.
Semoga tidak dilupakan apa yang telah dicermati Comineus[25] tentang tuannya yang pertama, Adipati Charles Sang Pemberani[26]; yaitu, bahwa Comineus tidak akan mengatakan kepada siapa pun rahasia Charles; terutama, rahasia-rahasia yang amat menggelisahkan Charles. Dan dia mengatakan dalam suratnya yang selanjutnya kerahasiaan sungguh merusak dan sedikit membinasakan pemahamannya. Tentu saja Comineus kiranya juga membuat penghakiman yang sama, jika memang menyenangkan dirinya, yaitu tentang tuannya yang kedua, Louis XI[27], yang kedekatannya kepada Comineus adalah sungguh merupakan penyiksaan baginya. Pepatah Pythagoras[28] memang penuh misteri, tetapi benar; cor ne edito; janganlah makan hati. Tentu saja, andaikata pepatah ini dimaknai sebagai suatu frase yang keras, maka mereka yang menginginkan sahabat berarti mereka yang menyerahkan dirinya kepada para kanibal yang memakan hati mereka. Namun satu hal yang patut dipuji (saya akan menyimpulkannya sebagai buah pertama dari persahabatan), yaitu, bahwa pengkomunikasian diri seorang manusia kepada sahabatnya menghasilkan dua efek yang saling bertentangan: pengkomunikasian menggandakan sukacita, dan memotong kesedihan menjadi separuh. Sebab ketika manusia membagikan segala sukacitanya kepada sahabatnya, maka ia akan lebih bersukacita lagi; dan ketika manusia berbagi segala kesedihannya kepada sahabatnya, maka kesedihannya pun berkurang. Sehingga buah persahabatan yang pertama berada di dalam kebenaran pembedahan terhadap pikiran manusia, ibarat kehebatan para alkemis[29] yang menggunakan batu mereka untuk menyembuhkan tubuh manusia yang bekerja dengan segala efek yang bertentangan tetapi batu para alkemis masih memberikan kebaikan dan keuntungan alami. Meskipun demikian, tanpa rumusan dari para alkemis, terdapat suatu gambaran yang nyata akan kebaikan persahabatan dalam kejadian alami sehari-hari. Sebab di dalam tubuh-tubuh manusia, persatuan diteguhkan dan tubuh-tubuh menghargai segala tindakan kodrati; dan di sisi lain tubuh melemahkan dan menumpulkan segala kesan yang penuh kekerasan: walaupun demikian semuanya itu tetaplah berasal dari pikiran-pikiran manusia.
Buah kedua dari persahabatan adalah pengertian yang sehat dan digdaya, seperti buah yang pertama untuk perasaan. Sebab sebagaimana persahabatan sungguh menciptakan suatu hari yang cerah dalam perasaan manusia ketika badai dan angin ribut datang menghampiri, demikian juga persahabatan menciptakan hari yang terang-benderang dalam pengertian, karena persahabatan membawa diri keluar dari kegelapan dan kebingungan pikiran-pikiran. Namun buah persahabatan tersebut janganlah hanya dimengerti dalam bentuk nasihat yang terpercaya yang diberikan oleh sahabat; tetapi sebelum anda sampai ke sana; tentu saja buah nasihat (terang dalam pengertian) diberikan oleh siapa pun dia: dia yang adalah orang yang pikirannya penuh dengan ide-ide, yang kecerdasannya dan pengertiannya sungguh mengklarifikasi dan memilah-milah segala sesuatunya dalam percakapan dan perbincangannya dengan orang lain; dia yang melontarkan ide-idenya dengan gampang; dia yang menjaga pikiran-pikirannya secara teratur; dia yang melihat bagaimana jalan-jalan pikiran tersebut berubah menjadi kata-kata: akhirnya, dia yang menjadi lebih bijaksana daripada dirinya sendiri; dan seterusnya yang mana terang pengertian dapat diperoleh dalam sebuah pembicaraan satu jam daripada lewat meditasi satu hari penuh. Dikatakan dengan baik oleh Themistocles[30] kepada raja Persia[31], perkataan tersebut seperti pakaian Arras[32], terbuka dan diletakkan di luar; di mana hiasan-hiasan sungguh ditampilkan, sedangkan dalam gagasan-gagasan, mereka berbohong seperti di dalam selubungnya. Artinya, jangan pula buah persahabatan yang kedua itu, yaitu terang dalam pengertian, terkungkung hanya kepada kawan-kawan yang mampu memberikan nasihat; (sungguh mereka adalah orang–orang terbaik) tetapi tanpa mereka pun, seseorang belajar dari dirinya sendiri, dan membawa pemikirannya kepada terang, serta mengasah kecerdasannya ibarat dengan sebuah batu, di mana dirinya sendiri tidak terpotong. Pendek kata, seseorang lebih baik menghubungkan dirinya sendiri kepada sebuah patung atau lukisan, daripada pikiran-pikirannya merana karena melewati nasihat-nasihat yang penuh tekanan.
Marilah kita sekarang menambahkan agar buah kedua persahabatan ini menjadi sempurna, di mana poinnya yang lain terletak secara lebih terbuka dan ada di dalam observasi umum yang adalah nasihat yang terpercaya dari seorang teman. Heraklitus[33] mengatakan dengan baik dalam salah satu teka-tekinya, terang benderang yang kering adalah selalu yang terbaik. Dan tentu saja bahwa terang yang diterima seseorang lewat nasihat dari sahabat lebih kering dan lebih murni daripada yang datang dari pengertian dan penilaiannya sendiri di mana pengertian dan penilaian seseorang selalu tercelup dan menjadi basah kuyup dalam perasaannya dan kebiasaannya. Jadi, sebagaimana ada perbedaan yang besar antara nasihat yang diberikan seorang teman, dan nasihat yang berasal dari diri sendiri, demikian juga nasihat dari seorang teman dan nasihat dari seorang perayu. Sebab tidak ada seorang perayu selain seperti diri sendiri; dan tidak ada obat yang dapat melawan rayuan diri sendiri selain dengan kebebasan seorang sahabat. Nasihat terdiri dari dua jenis: yang pertama berkaitan dengan tingkah laku, yang lain berkaitan dengan bisnis[34]. Untuk yang pertama, pengawet yang terbaik agar pikiran tetap sehat adalah nasihat terpercaya dari seorang sahabat. Panggilan diri manusia kepada nilai-nilai yang ketat adalah sebuah obat, kadang kala juga terlalu pahit dan merusak. Membaca buku-buku yang baik tentang moralitas agak datar dan mati. Mengamat-amati segala kesalahan kita dalam diri orang lain kadang kala tidak cocok untuk pembahasan kita. Tetapi resep terbaik (terbaik, saya katakan demikian, untuk dikerjakan dan diambil dengan terbaik) adalah nasihat yang baik dari seorang sahabat. Suatu hal yang aneh yaitu mengamat-amati kesalahan-kesalahan berat macam apa dan keanehan-keanehan yang ekstrim yang dilakukan (teristimewa jenis keanehan yang luar biasa), tetapi kekurangan teman dikabarkan oleh para pengamat kepada orang-orang lain sehingga merusak nama baik dan nasib teman: karena, seperti yang dikatakan oleh St. Yakobus, mereka seumpama seorang yang sedang mengamat-amati mukanya yang sebenarnya di depan cermin. Baru saja ia memandang dirinya, ia sudah pergi atau segera lupa bagaimana rupanya[35]. Untuk yang kedua yaitu bisnis, seseorang kiranya berpikir demikian: bahwa dua mata yang melihat tidak lebih baik daripada satu mata yang melihat; atau bahwa seorang pemain teater selalu lebih melihat daripada mata para penonton; atau bahwa seseorang yang sedang marah itu kiranya bijaksana kalau hanya berkata denga dua puluh empat kata; atau bahwa sebuah senapan lontak[36] mungkin ditembakkan sama baiknya melalui di atas lengan maupun di atas sandaran; dan melalui semacam kehangatan yang lain dan imaginasi yang tinggi, akibatnya dia akan berpikir segalanya dalam semuanya tentang dirinya sendiri. Namun ketika segala bisnis dikerjakan, pertolongan dalam bentuk nasihat yang baik adalah itu yang membuat bisnis berada di jalur yang benar. Dan, jika seseorang berpikir bahwa dia akan meminta nasihat, namun hanya nasihat yang sepotong-potong; yaitu dengan meminta nasihat tentang suatu bisnis kepada teman yang satu, dan bisnis yang lain kepada teman yang lain; adalah baik (mungkin lebih baik daripada sama sekali tidak meminta pertimbangan); tetapi yang jelas dia berada di dalam dua bahaya. Yang pertama, bahwa dia tidak memperoleh nasihat yang terpercaya; karena merupakan hal yang langka, kecuali pertimbangan itu berasal dari seorang sahabat yang baik dan tulus dalam memberikan nasihat, atau memperoleh nasihat, tetapi dibengkokkan dan dipatahkan demi kepentingan akhir si pemberi nasihat lewat nasihat yang diberikan. Yang kedua, bahwa dia yang mendapatkan nasihat tetapi nasihat yang justru mengantarnya kepada malapetaka dan ketidakpastian (meskipun maksudnya baik), tercampur antara sebagian dengan kemalangan dan sebagian lagi dengan obat; bahkan seolah-olah anda memanggil seorang dokter yang dipandang ahli dalam mengobati penyakit yang anda keluhkan, maka si dokter kiranya membaringkan anda dalam suatu metode demi kesembuhan sekarang ini, tetapi sayangnya si dokter ternyata tidak mengenal tubuh anda, akibatnya malah membahayakan kesehatan anda dalam bidang yang lain; memang menyembuhkan penyakit tetapi membunuh si pasien. Namun sahabat yang sungguh mengenal kemakmuran seseorang akan sungguh waspada, dengan memajukan segala bisnis yang sudah ada dan bagaimana dia menghancurkan ketidaknyamanan yang lain. Oleh karena itu, janganlah mengandalkan akan nasihat-nasihat yang semburat; nasihat-nasihat tersebut malah menyesatkan dan membingungkan daripada memberi solusi dan petunjuk.
Sesudah dua buah persahabatan yang manis ini (rasa damai dalam perasaan, dan dukungan dalam pengertian), diikuti buah yang terakhir; yang seperti buah delima, penuh dengan biji; maksud saya bahwa persahabatan adalah bantuan dan topangan di dalam segala tindakan dan peristiwa. Di sini, cara terbaik untuk mempresentasikan kepada kehidupan akan faedah persahabatan yang bermacam-macam adalah memaparkannya dan melihat bagaimana banyak hal yang ada ini tidak dapat dikerjakan oleh seorang diri sehingga kemudian terbitlah kata-kata bijak dari zaman kuno yang mengatakan, seorang sahabat adalah aku yang kedua; karena seorang sahabat jauh melebihi daripada diriku sendiri. Manusia memiliki masanya, dan sering kali binasa dalam hasrat akan perkara-perkara yang memakan hati mereka: mengasuh seorang anak di dalam kehidupan, penyelesaian sebuah pekerjaan, atau semacamnya. Seandainya seseorang memiliki seorang sahabat yang sejati, kiranya dia akan beristirahat nyaris dengan tenang karena kepedulian akan perkara-perkara tersebut akan berlanjut sesudah dia. Dengan demikian jika seseorang mempunyai sahabat, maka dia memiliki dua kehidupan dalam segala hasratnya. Seorang manusia memiliki tubuh dan tubuh itu terbatas pada suatu tempat; namun di mana ada persahabatan, semua kantor kehidupan dilimpahkan seolah-olah kepada sahabatnya dan sahabatnya pun menjadi wakilnya. Sebab dia kiranya menjalankan semua kantor kehidupan dengan sahabatnya. Ada berapa banyak hal-kah yang mana seseorang sendiri dengan segala keberanian ataupun kehebatannya, dapat mengatakan atau mengerjakan segala sesuatunya? Seseorang hampir tidak mempertautkan segala jasanya dengan kesederhanaan, tetapi kurang lebih selalu memuji jasa-jasanya; suatu waktu seseorang tidak dapat membiarkan diri untuk memohon timbal balik jasa-jasa yang telah dilakukannya, dan hal-hal yang semacam itu. Namun jasa dan kebaikan begitu anggun di dalam mulut seorang sahabat tetapi begitu memalukan di dalam mulut diri sendiri. Maka sekali lagi, kemanusiaan seorang manusia memiliki relasi-relasi yang pantas yang mana dia tidak sanggup mengingkarinya. Seseorang tidak dapat berbicara kepada anaknya kecuali sebagai sang ayah; kepada istrinya kecuali sebagai sang suami; dan kepada musuh-musuhnya kecuali melalui persyaratan-persyaratan: sedangkan seorang sahabat kiranya mampu berbicara kepada siapa pun sesuai dengan kondisi yang disyaratkan oleh segala permasalahan, dan bukan memilih-milih dengan kemanusiaan. Namun menyebutkan satu demi satu hal-hal ini tidak akan pernah berakhir; saya telah memberikan aturan, di mana seseorang tidak dapat memainkan perannya dengan tepat; jika tidak tidak memiliki seorang sahabat, dia pun kiranya akan menghentikan teater.
[1] Aristoteles adalah seorang filsuf Yunani, murid Plato dan guru Alexander Agung. Dia menulis begitu banyak buku sehingga pemikirannya ada di berbagai bidang dan menjadi kompas bagi pengetahuan, moralitas, estetika pemikiran dan filsafat Barat termasuk pandangan Kristiani. Misalnya Thomas Aquinas –filsuf dan teolog serta pujangga gereja- mengambil dan mengadopsi pemikiran Aristoteles. Aristoteles menulis Fisika, Etika, Biologi, Puisi, Teater, Logika, Linguistik, Politik dan dunia Binatang. Cicero menyebut tulisan dan risalah Aristoteles sebagai sungai emas. Salah satu isi dari buku metafisika Aristoteles yang terkenal adalah penjelasan bahwa segala sesuatu yang ada dapat dikategorikan menjadi empat kausa: kausa material, kausa formal, kausa efisien dan kausa final. Kausa material menggambarkan materi yang membentuk sesuatu yang ada. Misalnya, kausa material dari meja adalah kayu, kausa material dari buku adalah kertas; kausa material dari manusia adalah daging; kausa formal adalah itu yang membuat sesuatu menjadi khusus, segala sesuatunya yang dapat ditetapkan melalui definisi, forma, pola, esensinya, misalnya kausa formal manusia adalah jiwanya dan akal budinya; kausa efisien adalah itu yang membuat sesuatu dapat mengaktual, itu yang menyebabkan segala sesuatunya yang berubah misalnya kausa efisien dari sebuah patung yang indah adalah si pemahat; kausa efisien seorang manusia yang pintar karena guru. Kausa final adalah tujuan dari sesuatu yang ada; tujuan dari sesuatu yang dibuat, misalnya kausa final manusia adalah bersatu dengan Tuhan.
[2] Epimenides adalah seorang filsuf dari abad ke-6 SM dan seorang nabi yang melawan pandangan umum orang Kreta tentang kekekalan Zeus. Untuk itu, dia mengeluarkan logika paradoks yang tersohor (keaslian logika paradoks termuat di dalam larik-larik puisinya): Epimenides orang Kreta mengatakan, semua orang Kreta adalah pembohong, tetapi dia sendiri adalah seorang Kreta; oleh karena itu dia juga adalah seorang pembohong. Tetapi andaikata dia seorang pembohong, apa yang dia katakan tidaklah benar, maka akibatnya orang-orang Kreta adalah orang-orang yang benar; Epimenides adalah seorang Kreta, dan apa yang dia katakan adalah benar; tetapi oleh karena orang-orang Kreta adalah pembohong, maka Epimenides sendiri adalah seorang pembohong, dan apa dikatakan olehnya tidaklah benar. Kesimpulannya bahwa Epimenides dan orang-orang Kreta adalah orang-orang yang dapat dipercaya (karena baik Epimenides dan orang Kreta berkata kebenaran) sekaligus tidak dapat dipercaya (karena baik Epimenides dan orang Kreta mengatakan yang tidak benar). St. Paulus kiranya menggunakan logika Epimenides ketika memperingatkan Titus (Titus 1:12-13): “Seorang dari kalangan mereka, nabi mereka sendiri, pernah berkata: “Dasar orang Kreta pembohong, binatang buas, pelahap yang malas. Kesaksian itu benar”.
[3] Numa Pompilius adalah raja Romawi (sebelum Romawi menjadi kemaharajaan) dari tahun 715 SM sampai dengan tahun 673 SM. Dia adalah pengganti Raja Romawi yang pertama Romulus dan kisah Numa penuh dengan legenda. Salah satu legenda tentang Numa adalah dia mendapatkan kekuasaan dan memerintah Romawi atas amanat dewa Jupiter dan dapat berkomunikasi dengan peri Egeria, Muses dan Jupiter sendiri; peri Egeria mengajarkan kebijaksanaan kepada Numa sehingga Numa menjadi legislator yang bijak; konon dia juga mendapat perisai sakti yang turun dari langit. Berkaitan dengan pemerintahan kerajaan Romawi, Numa adalah raja yang mengatur dan menetapkan tugas Pontifex Maximus. Dia juga yang menetapkan Romulus sebagai dewa Quirinus (lihat essai XXIX, no. 18).
[4] Empedocles adalah seorang filsuf Yunani. Pemikirannya dan ide-idenya tertuang dalam bait-bait puisinya. Dia dikenal sebagai pencetus teori asal-usul kosmos bahwa kosmos tersusun dan terbentuk dari 4 elemen yaitu air, udara, api dan bumi. Keempat elemen ini kekal, sederhana dan tidak pernah berubah. Kalau pun berubah, maka, akibat dari pencampuran atau pemisahan dari keempat elemen tersebut. Keempat elemen ini dapat bersatu dan dapat terpisah satu sama lain. Yang dapat menyatukan dan memisahkan keempat elemen ini adalah Cinta dan Benci; Cinta menyatukan dan Benci memisahkan. Jadi, Cinta dan Benci penyebab segala sesuatu yang ada; segala sesuatu yang ada tak lain adalah hasil percampuran, persatuan dan pemisahan keempat elemen yang dibuat oleh Cinta dan Benci. Karena pengaruh mazhab Pythagoras, Empedocles mempercayai reinkarnasi. Para penulis kuno memitoskan kematian Empedocles, salah satunya menceritakan bahwa adalah dia terjun ke gunung api untuk membuktikan kekekalan diriya. Ia menulis dua buku puisi yang berjudul (terjemahan bahasa Inggris) Purifications dan On Nature.
[5] Tentang Apollinus dari Tyana lihat essai XIX; no. 9
[6] Bandingkan dengan kata St. Paulus tentang kasih (I Korintus 13:1): Sekalipun aku dapat berkata-kata dengan semua bahasa manusia dan bahasa malaikat, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama dengan gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing. Sekalipun aku mempunyai karunia untuk bernubuat dan aku mengetahui segala rahasia dan memiliki seluruh pengetahuan; dan sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku”. Lalu apa itu kasih? St. Paulus mengatakan: “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan; nubuat akan berakhir; bahasa roh akan berhenti; pengetahuan akan lenyap. Sebab pengetahuan kita tidak akan lengkap dan nubuat kita tidak sempurna. Demikianlah tinggal ketiga hal ini, yaitu iman, pengharapan dan kasih, dan yang paling besar di antaranya ialah kasih” (I Korintus 13: 4-10; 13)
[7] Absolusi adalah pengampunan dosa. Selanjutnya lihat essai VI; no. 8
[8] Tentang pengakuan dosa lihat essai VI; no. 8
[9] Tentang L. Sulla lihat essai XV; no. 21
[10] Pada waktu itu, Pompeius adalah jenderal yang amat gemilang dan begitu populer. Selanjutnya, tentang Pompeius lihat essai XXIII; no. 3
[11] Decimus Junius Brutus Albinus (85 SM – 43 SM) adalah seorang politikus dan jenderal Romawi serta salah satu konspirator pembunuh Julius Caesar. Decimus Brutus berbeda dengan Marcus Brutus yang adalah eksekutor pembunuh Julius Caesar. Pada hari eksekusi Julius Caesar (15 Maret 44 SM), ketika Caesar memutuskan untuk tidak menghadiri rapat senat berkaitan dengan mimpi istrinya Calpurnia, Caesar diyakinkan untuk menghadiri rapat oleh Decimus Brutus di mana Decimus Brutus sendiri menyertai Caesar menuju ke rumah senat. Lalu, setelah Marcus Brutus menikam Caesar untuk pertama kalinya, maka Decimus Brutus adalah orang yang ketiga yang menikam Caesar. Decimus Brutus mati dibunuh oleh pengawal Markus Antonius di dalam perjalanannya untuk bergabung dengan legion Marcus Junius Brutus (tentang Marcus Junius Brutus lihat essai LI; no. 4) dan Gaius Cassius Longinus (tentang Cassius Longinus lihat essai LI; no. 5). Jadi, Decimus Brutus adalah pembunuh Julius Caesar yang mati dibunuh pertama.
[12] Tambahan dari penerjemah.
[13] Calpurnia Pisonis adalah istri ketiga Julius Caesar. Menurut tradisi sejarah, Calpurnia mendapat pertanda siapa yang akan membunuh Julius Caesar lewat sebuah mimpi dan berusaha memperingatkan Julius Caesar. Dia juga bersikukuh kepada Decimus Junius Brutus Albinus untuk mengatakan kepada senat bahwa Julius Caesar sakit sehingga tidak bisa menghadiri rapat senat pada hari Caesar dibunuh oleh Brutus itu. Sayangnya, Caesar mengikuti rayuan Decimus Brutus untuk menghadiri senat lalu kemudian mati terbunuh.
[14] Philippicae adalah suatu seri dari keempat belas pidato Cicero (tentang Cicero lihat essai XVI; no. 18) untuk mengutuk Markus Antonius (tentang Markus Antonius lihat essai X; no. 3) dalam masa peperangan antara senat (Cicero) yang menghendaki republik Romawi dan Markus Antonius yang ingin Romawi menjadi kemaharajaan. Cicero menamainya Philippicae karena diinspirasikan dan meniru pidato Demosthenes (tentang Demosthenes lihat essai XII; no. 1) yang diberi judul Philippic yang mengkritik raja Philip II dari Macedonia (tentang Philip II dari Macedonia lihat essai XXXV; no. 6).
[15] Marcus Vipsanius Agrippa adalah senat, jenderal dan sahabat Kaisar Augustus. Agrippa merupakan orang yang paling bertanggung jawab atas kemenangan-kemenangan perang yang diraih Kaisar Augustus terutama perang Actium yang mengalahkan Markus Antonius. Dia juga berjasa dalam membangun sistem perairan kemaharajaan Romawi.
[16]Gaius Cilnius Maecenas adalah sekutu, sahabat dan penasihat Kaisar Augustus. Selama pemerintahan Kaisar Augustus, Maecenas ini seperti menteri kebudayaan kemaharajaan Romawi. Sebagai seorang sahabat, dia juga berperan sebagai penjaga dan wakil ketika Kaisar Augustus dinas ke luar kota.
[17] Tentang Kaisar Tiberius lihat essai II; no. 6
[18] Lucius Aelius Seianus atau dikenal sebagai Sejanus adalah jenderal Praetoria dan sahabat Kaisar Tiberius. Sejanus memperbarui struktur tentara Praetoria. Ketika Kaisar Tiberius mengasingkan diri, Tiberius menyerahkan kuasa kepada Sejanus untuk mengatur kemaharajaan Romawi. Mandat ini dipakai untuk memperkuat pengaruh kekuasaan Sejanus. Ia juga berhasil menyingkirkan lawan-lawan politiknya termasuk anak Kaisar Tiberius yaitu Drusus Julius Caesar. Untuk beberapa waktu, kekuasaan Sejanus begitu kokoh dan dia amat ditakuti oleh rakyat Romawi. Namun, kekuasaan Sejanus segera jatuh tanpa ada penyebab yang jelas. Dia bersama para pengikutnya ditangkap dan kemudian dihukum mati atas tuduhan konspirasi melawan Kaisar Tiberius.
[19] Tentang Kaisar Septimius Severus lihat essai II; no. 10
[20] Plautianus adalah sahabat Kaisar Septimius Severus, jenderal tentara Praetoria. Buah persahabatan dengan kaisar membuat Plautianus mendapat jabatan konsul. Dia membantu Kaisar Severus dalam mengatur kemaharajaan Romawi. Anak Plautianus menikah dengan anak Severus yaitu Kaisar Caracalla. Sejak menduduki takhta Romawi, Kaisar Caracalla berusaha menyingkirkan semua lawan politiknya termasuk Plautianus. Plautianus mengendus intrik Caracalla lalu berusaha menyingkirkan Kaisar Caracalla. Konspirasi Plautianus ditemukan oleh Kaisar Caracalla sehingga Plautianus diperintahkan untuk bunuh diri. Setelah kematiannya, hartanya disita dan seluruh keluarganya dibuang dan diasingkan.
[21] Tentang Caracalla, lihat essai XIX; no. 5
[22] Trajan (Marcus Ulpius Nerva Traianus Augustus) adalah kaisar Romawi dari tahun 98 sampai dengan tahun 117. Sebelum menjadi kaisar, Trajan adalah perwira Kaisar Domitianus dan diadopsi sebagai anak oleh Kaisar Nerva (pengganti Kaisar Domitianus). Trajan dikenal dan dikenang sebagai salah satu kaisar Romawi yang cemerlang dan penuh dengan keutamaan. Dia membangun kembali kota Roma dengan mendirikan gedung-gedung yang dinamai Forum Trajan, Pasar Trajan dan Kolum Trajan (arsiteknya adalah Apollodorus dari Damascus yang hebat itu). Dia menaklukkan Decia -kerajaan yang kaya tambang emas- dan kemaharajaan Parthian, kerajaan Armenia dan Mesopotamia sehingga membawa kemaharajaan Romawi memiliki teritori yang terluas. Trajan juga adalah kaisar yang mengadakan festival gladiator di Colloseum Roma setiap tiga bulan sekali. Diperkirakan 11 ribu orang mati dalam arena (kebanyakan budak dan para penjahat). Trajan membentuk Alimenta, yaitu program yang membantu anak-anak yatim dan anak-anak miskin. Program ini memberikan donasi, makanan dan pendidikan kepada anak-anak miskin dan yatim tersebut. Dia meninggal karena sakit dan digantikan oleh anak angkatnya: Hadrian.
[23] Marcus Aurelius (Marcus Aurelius Antoninus Augustus) adalah kaisar Romawi dari tahun 161 sampai tahun 180. Dia meneruskan tahkta Romawi setelah Kaisar Antoninus Pius mangkat. Dia termasuk dalam daftar kaisar Romawi yang baik dan cemerlang. Selama pemerintahannya, kemaharajaan Romawi mengalahkan kemaharajaan Parthian dan menang dalam perang Marcomanic dan memadamkan pemberontakan yang dipimpin oleh Avidius Cassius. Yang terpenting dari Kaisar Marcus Aurelius adalah bahwa dia penulis buku De Meditatione (the Meditations), suatu karya monumental sehingga membuat dirinya dikenang sebagai Kaisar filsuf. Buku De Meditatione berisi rangkaian praktis hidup yang didasarkan pada filsafat Stoa.
[24] Tentang Kebaikan kodrat lihat essai XIII.
[25] Philippe de Comimnes adalah seorang penulis dan diplomat untuk Burgundy dan Perancis dan sejarahwan Perancis. Tahun 1468, Commines menjadi bangsawan yang bekerja untuk Charles Sang Pemberani dan menjadi favorit Charles selama 7 tahun. Kemudian ia diam-diam melarikan diri ke Perancis dan melayani Louix XI (kemungkinan besar karena uang karena ia masih memikirkan hutang ayahnya yang begitu besar). Di bawah Louis XI, Commines memberikan informasi berharga soal Charles Sang Pemberani sehingga menjadikan dirinya sebagai salah satu penasihat terpercaya Louis XI. Anehnya, justru ketika Charles Sang Pemberani -rival utama- Louis XI mangkat, Commines malah sering berseteru dengan Louis XI sehingga membuat Louis XI menuduh Commines bahwa ia telah menerima suap. Ketika Louis XI sakit-sakitan, aktivitas kenegaraan Commines dilakukan dengan diam-diam. Dia pun dituduh sebagai salah satu biang penyebab sebuah pemberontakan sehingga ia dijebloskan penjara. Di dalam penjara ia menulis buku dengan judul Mémoires. Perkataan Commines yang tersohor adalah Car ceux qui gagnent en ont toujours l’honneur (“Segala kehormatan akan selalu melayang kepada para pemenang”)
[26] Charles Sang Pemberani (Inggris: Charles The Bold; Perancis Charles le Téméraire) adalah adipati Burgundy dari tahun 1467 sampai dengan tahun 1477; sepupu Raja Perancis Louis XI. Burgundy merupakan provinsi semi independen dari kerajaan Perancis. Karena ambisi untuk memperluas wilayah Burgundy dan ingin menjadi penguasa yang merdeka total dari Perancis, Charles berperang dengan sepupunya sendiri yaitu Raja Perancis Louis XI. Maka, Charles membentuk aliansi dengan Raja Inggris Edward IV. Ambisinya berakibat membawa Burgundy berperang dengan Swiss. Tahun 1477, Charles dikalahkan oleh Swiss di Nancy dan mati mengenaskan. Tahun 1550, cucu Charles Sang Pemberani yaitu Charles V –Kaisar Kemaharajaan Suci Romawi- memindahkan jenazah Charles Sang Pemberani dari Nancy ke Gereja Our Lady di Bruges.
[27] Louis XI adalah raja Perancis tahun 1461 sampai tahun 1483. Dia anak Raja Perancis Charles VII dan Mary Anjou. Dia terkenal licik sehingga mempunyai banyak musuh termasuk ayah, kakaknya, sepupunya (Charles Sang Pemberani) dan Raja Inggris Edward IV. Namun dia juga dijuluki Si Bijaksana karena kemampuan diplomatiknya sehingga ketika berperang dengan Charles Sang Pemberani, Louis mendapat dukungan dari banyak kerajaan termasuk Swiss. Dalam administrasi pemerintahannya, Louis XII mendorong perdagangan yang adil, memelihara bangunan dan jalan-jalan; serta dengan perang dan kelicikannya dia berhasil mengatasi feodalisme di Perancis. Dia juga terkenal sebagai raja yang takhayul karena ia percaya kepada ramalan bintang.
[28] Pythagoras adalah seorang filsuf, ahli matematika, ilmuwan dan mistikus. Salah satu peninggalannya yang terkenal sepanjang masa adalah teorema Pythagoras yang menyatakan kuadrat dari suatu segitiga siku-siku adalah sama dengan jumlah kuadrat dari kaki-kakinya (sisi-sisi siku-sikunya) . Peninggalan lainnya adalah pendapatnya tentang keharmonian semesta: menurutnya planet dan bintang bergerak menurut persamaan matematika yang sesuai dengan nada musik sehingga semesta ini menciptakan suatu simphoni. Pythagoras juga percaya akan reinkarnasi dan menurutnya dia telah mengalami reinkarnasi empat kali. Menurut laporan Xenophanes, Pythagoras mendengar tangisan sahabatnya dalam seekor anjing yang menggonggong.
[29] Alkemis adalah mereka yang ahli di bidang alkemi yaitu keahlian untuk mengubah logam-logam biasa menjadi emas atau perak dengan sebuah batu atau substansi tertentu. Batu yang dipergunakan oleh mereka juga dipercayai sebagai obat yang paling mujarab yang dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, menjadikan tubuh selalu awet muda dan tidak dapat mati.
[30] Themistocles adalah seorang politikus dari Athena dan seorang jenderal. Themistocles dikenang karena kehebatannya dalam mencegah dan mengalahkan invasi Persia ke Yunani. Dia berhasil membangun armada laut Athena yang tangguh dan disegani.
[31] Raja Persia yang dimaksud di sini adalah Artaxerxes I. Artaxerxes adalah anak Xerxes I dan Amestris. Ketika Artaxerxes mengambil-alih mahkota Persia, dia mengenalkan strategi baru untuk mengalahkan Yunani. Artaxerxes memberikan perlindungan kepada Themistocles setelah Themistocles diasingkan dan dibuang oleh Yunani.
[32] Pakaian Arras adalah pakaian dengan kain permadani yang ditenun dan dibordir dengan indah dan biasa dipakai oleh para raja.
[33] Heraklitus adalah seorang filsuf Yunani yang dikenal sebagai filsuf yang sedih (bandingkan dengan Demokritos yang terkenal sebagai filsuf Yunani yang penuh tawa). Filsafatnya adalah sebagai berikut: segala sesuatunya itu berasal dan sesuai dengan Logos (Logos adalah akal budi, keteraturan). Maka, setiap orang seharusnya hidup menurut Logos dan bukan menurut penilaiannya sendiri. Logos itu sendiri dilambangkan dengan api sehingga api adalah asal-usul segala sesuatunya dan kelahiran untuk elemen-elemen lainnya. Misalnya: jiwa manusia terbentuk dari setengah api dan setengah air dan jiwa selalu mencari dan mengarah kepada api yang penuh; yang lebih kering, bukan kepada yang lebih basah maupun lembab: jiwa yang “kering” lebih baik. Ia juga berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada itu mengalir (phanta rei) dan berubah; tidak pernah ada yang sama; tidak pernah ada yang tetap. Maka, kata Heraclitus yang tersohor itu: “tak seorang pun manusia yang pernah terjun ke sungai yang sama dua kali”. Konsekuensinya, persatuan menurut Heraclitus terjadi karena adanya pertentangan satu sama lain dari segala yang ada. Pertentangan ada dalam dua wujud yaitu menyatukan dan mencerai-beraikan. Ketika ada pemahaman dan pengertian bahwa segala sesuatu berubah dan terdiri dari pertentangan-pertentangan maka di situlah letak keharmonian dan siapa yang mengerti ini maka dia telah sampai kepada kebijaksanaan.
[34] Bisnis di sini bukan hanya sebatas sebatas bisnis dalam dunia ekonomi tetapi juga berarti segala kepentingan.
[35] Yakobus 1:23-24
[36] Senapan lontak atau juga dikenal dengan nama musket adalah senjata yang populer di antara abad ke-15 sampai pertengahan abad ke-19. Senapan lontak hanya dapat ditembakkan sekali setelah diisi dengan amunisi bola timah dan mesiu, dan diisi dari depan moncon laras senapan.
Copyright © 2016 ducksophia.com. All Rights Reserved