Memoria Passionis-Memoria Resurrectionis

 

Lukisan: Ottavio Mazzonis, Dressed in Pink, 1949

Lukas 20: 27-38

Mereka tidak dapat mati lagi;  mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah,  karena mereka telah dibangkitkan.

 

Polandia, tahun 1940, seorang istri berpisah dengan suaminya -seorang perwira polandia- di gerbong-gerbong yang memuat ribuan tentara Polandia. Tentara Rusia dengan senjata lengkap mengawal gerbong-gerbong tentara Polandia. Tentara Polandia pun tidak mengerti mengapa mereka dikawal dan dijadikan tahanan oleh tentara Rusia padahal Rusia dan Polandia bersekutu untuk mengalahkan Jerman. Sang suami berkata kepada sang istri bahwa semuanya baik baik saja dan ia akan segera pulang. Lokomotif telah mengeluarkan suaranya, tanda bahwa kereta berangkat meninggalkan Polandia. Detik demi detik, hingga tahun demi tahun sang istri menunggu kedatangan sang suami sampai suatu hari sahabat suaminya yang ikut dalam gerbong yang sama menyerahkan sebuah buku harian sang suami kepadanya. Sang sahabat diam seribu kata ketika ditanya soal suaminya. Ia hanya menyerahkan buku harian suaminya dan segera pulang. Dibacanya buku harian sang suami. Buku harian itu menceritakan peristiwa, momen apa yang terjadi semenjak dia berpamitan istrinya. Anehnya buku harian itu berhenti di hutan kota Katyn. Dalam buku harian itu, semenjak sang suami ada di kota Katyn cerita jejak sang suami hilang. Sang istri bingung, apa yang terjadi di Katyn, dan tetap berharap sang suami pulang. Beberapa tahun kemudian, surat kabar Polandia memasang headline bahwa ditemukan kuburan masal hutan Katyn, Rusia. Di sana puluhan ribu tentara Polandia dieksekusi mati oleh tentara Rusia dan sang suami merupakan salah satu dari sekian puluhan ribu tentara Polandia yang dieksekusi oleh Rusia. Di tanah hutan sunyi Katyn telah terjadi pembantain massal dan menjadi kuburan masal tentara Polandia. Semuanya itu telah menjadi ingatan penderitaan -memoria passionis- sang istri, bangsa Polandia, Rusia bahkan dunia.

Kuburan masal di Katyn sebenarnya merupakan satu di antara ribuan kuburan masal yang ada di muka bumi ini. Bosnia, Kamboja, bahkan Blitar selatan merupakan tempat-tempat yang menjadi kuburan masal. Kuburan masal menunjukkan bahwa ada banyak orang yang mati dibunuh secara tak adil, sengaja dilupakan dan mau didiamkan oleh para pelaku kejahatan sehingga menjadi memori yang penuh penderitaan. Sayangnya, sejarah tak pernah diam karena selalu menuntut keadilan selama bergulirnya waktu walaupun telah terpendam di dalam tanah sejarah. Maka, kita tidak bisa melupakan mereka -para korban- yang dilupakan dan didiamkan dalam sejarah bahkan kisah mereka menjadi ingatan kita, memori kita karena pelaku-korban dan makna tindakannya terpatri dan meninggalkan jejaknya dalam sejarah. Jejak sejarah itu tertoreh di dalam apa pun, misalnya dalam kata, dalam warna, dalam suara, dalam tulisan, dalam gambar, dalam foto, dalam cerita, dalam simbol, dalam makam, dalam tanah, dan seterusnya yang menunjukkan jejak penderitaan masa lalu. Sejarah yang demikian adalah sejarah yang kalah, kelam dan yang terdiam, yaitu para korban ketidakadilan, mereka yang mati tanpa bersalah. Sejarah diam dan kelam itu sebenarnya sejarah yang menuntut dan meminta serta menagih agar masa lalu itu diselesaikan karena ada proyek proyek atau harapan-harapan yang tertunda, suara–suara yang terbungkam, mimpi-mimpi yang terkubur para korban dan mereka yang telah mati. Jelas, melupakan mereka adalah hal yang tak manusiawi karena akumulasi penderitaan seolah diabaikan begitu saja saja padahal akumulasi penderitaan yang tak tersuarakan dan beku di dalam sejarah menghantui masa sekarang bahkan masa depan. Artinya, memoria passionis menampilkan dirinya sebagai dominasi masa lalu dan selalu kembali sebagai mimpi buruk bagi masa sekarang dan masa depan. Mimpi buruk masih terus membebani jika tidak diatasi dengan kekuatan analistis, yaitu mengingatkan kembali dengan tenang dan memilah secara jernih apa yang telah terjadi, lalu menimbang dengan pandangan moral yang memihak (haryatmoko). Konsekuensinya, memoria passionis menghentikan waktu. Waktu dihentikan untuk mengingat kembali peristiwa tragis dengan kembali ke masa lalu yang belum dibereskan (ibid). Seseorang yang dikenang, diingat karena memiliki proyeksi-proyeksi masa depan. Pada kasus para korban yang menderita, proyek-proyeksi ini dihancurkan oleh kekerasan kejahatan yang mereka alami. Penderitaan dan kematian menyebabkan mereka tak sempat dan tak mampu mewujudkan proyek -proyek mereka, harapan-harapan dan mimpi-mimpi mereka.

Menghidupkan memoria passionis berarti bersama membangun proyek perdamaian bagi mereka yang telah mati secara tidak adil. Proyek perdamaian itu dimulai dengan menyuarakan, mengatakan, menceritakan kembali korban penderitaan di masa lalu sehingga membuat pendengar mengambil posisi moral dan bertindak. Posisi moral dan tindakan para pendengar menunjukkan tanda keselamatan karena terciptalah harapan, kebebasan dan tanggung jawab untuk bekerja dan bertindak demi merealisakan proyek proyek atau harapan-harapan yang tertunda, suara-suara yang terbungkam, mimpi-mimpi yang terkubur para korban dan mereka yang telah mati yang termuat dalam memoria passionis. Dengan demikian sejarah yang kalah, sejarah korban diberi tempat dan diterangi. itu berarti bahwa berarti masa lalu menjadi terbuka ke masa depan dan hidup lagi pada masa sekarang dalam kenyataan bahwa kita mewujudkan proyek-proyek masa lalu yang dulu tak sempat dilaksanakan, karena kematian yang menimpa. Dengan mewujudkan proyek, mimpi mereka, masa depan pun lalu tidak lagi menjadi kosong karena masa depan difondasikan, diwarnai dan diarahkan pada nilai -nilai, makna dan pengalaman, cita-cita dan harapan dari memoria passionis. Dominasi memoria passionis yang hadir sebagai mimpi buruk justru berubah menjadi memoria ressurectionis. Memoria ressurectionis itu terjadi karena dua hal: pertama harapan, mimpi, proyek memoria passionis yang teralisasi membuat para korban hidup kembali karena terlaksana dan terwujud oleh kita. Yang kedua, nilai-nilai, pengalaman, makna memoria passionis sekarang terkoporasi di dalam diri kita bahkan menjadi penjaga, sumber dan daya dorong hidup kita. Memoria passionis tidak lagi menghantui tetapi malah menjadi referensi, nabi yang mengingatkan, menjaga masa depan dan masa sekarang demi kehidupan yang lebih baik, benar dan indah. Maka bisa dikatakan bahwa memori passionis membentuk identitas kita untuk mengisi, memperbaiki dan menata peradaban yang berlangsung. Kematian mereka tak pernah sia-sia, justru mereka telah bangkit dan hidup di dalam identitas kita.

Kata-kata Yesus: Allah Abraham, Allah Iskak dan Allah Yakub. Ia bukanlah Allah orang mati tapi Allah orang hidup menunjukkan bahwa Allah solider dengan yang mati, Allah ada di pihak mereka yang menderita secara tidak adil dan yang dilupakan oleh sejarah itu. Allah tidak melupakan mereka dan justru merekalah yang akan menjadi kebangkitan bagi masa sekarang dan masa depan, justru merekalah yang menjadi pilar-pilar pembentukan identitas. Allah Abraham, Allah Iskak dan Allah Yakub. Ia bukanlah Allah orang mati tapi Allah orang hidup membuktikan bahwa Allah meluruskan dan menerangi sejarah yang kelam dan mengubahnya menjadi sejarah keselamatan.

Kitalah mewujudkan sejarah keselamatan. Bagaiamana itu dilakukan? Yang paling sederhana adalah menceritakan, dan mengenang kembali bahkan mendoakan mereka supaya cita-cita mereka, harapan mereka, mimpi mereka dilanjutkan dan diwujudkan oleh kita. Dengan menyuarakan, menceritakan mereka kembali entah kepada teman, keluarga, sahabat terciptalah jalan untuk mewujudkan harapan, mimpi mereka. Harapan, mimpi, proyek mereka ditaburkan ke kembali ke dalam masa sekarang dan masa depan. Bercerita membangun disposisi moral bagi pendengar. Posisi moral yang tercipta menjadi hasrat dan dorongan untuk bertindak.

Yang kedua adalah memperjuangkan keadilan lewat proses hukum dan pengadilan. Hukum dan pengadilan bagi mereka yang bersalah adalah suatu rekonsiliasi dan silih. Pengadilan itu sendiri merupakan momen pemeriksaan batin setiap warganegara sehingga mencegah mengulangi kesalahan dan kejahatan masa lalu. Rekonsiliasi dan silih lewat keadilan dan hukum bukan untuk menciptakan balas dendam tetapi supaya tercipta dan terbuka ruang pengampunan. Memang, pengampunan hanya dapat dimohonkan, tidak bisa dipaksakan; pengampunan adalah sebuah pemberian gratis. Mereka telah mati dan tiada. Pengampunan yang diberikan oleh orang-orang mati sebenarnya merupakan sebuah eskatologis dari representai masa lalu. Maka, pengampunan mereka ada dalam bentuk lupa. Yang dilupakan oleh pengampunan bukanlah fakta kekerasan kejahatan tetapi utang dari pihak yang bersalah yang melakukan kejahatan. Jadi pengampunan mengaktualkan proyek perdamaian dan rekonsiliasi sehingga memoria passionis itu menjadi memori kebangkitan.

Semuanya membuat kita menjadi tangan Allah yang meluruskan sejarah. Dengan bertindak untuk menyuarakan dan mengaktualkan keadilan yang tertimbun di masa lalu, kita menunjukkan bahwa Allah bukanlah Allah orang mati tetapi Allah orang hidup. Oleh karena itu, kita pun dapat disebut sebagai anak -anak Allah dan malaikat-malaikat. Mereka telah mati, namun mereka bangkit dan hidup dalam janji janji masa depan, dalam realisasi janji-janji, proyek-proyek yang dilakukan kita yang masih hidup ini.

Copyright © 2018 ducksophia.com. All Rights Reserved

Author: Duckjesui

lulus dari universitas ducksophia di kota Bebek. Kwek kwek kwak

Leave a Reply