Lukisan: Alfred Sisley, La Seine au point du jour, 1877
Kristus Raja tahun A
Yehezkiel 34: 11-12. 15-17
I Kor 15: 20-26.28
Matius 25: 31-46
“Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya
dan memisahkan orang-orang yang satu dari yang lain”
Di tengah Lapangan Santo Petrus di Roma terdapat sebuah obelisk besar yang usianya empat setengah ribu tahun. Obelisk ini awalnya berdiri di kuil dewa matahari di kota Heliopolis, Mesir kemudian dibeli oleh Kaisar Caligula yang ditakuti dan oleh Kaisar Nero yang kejam itu diletakkan tepat di tengah Sirkus di bukit Vatikan. Di atas obelisk terdapat bola emas yang melambangkan dewa matahari. Namun semenjak Romawi menjadi imperium kekristenan, obelisk itu memiliki salib Kristus dan di alas obelisk ini terdapat dua prasasti. Prasasti pertama ditulis dalam bahasa Latin, “Christus vincit, Christus regnat, Christus imperat”, yang jika diterjemahkan, “Kristus telah menang, Kristus kini berkuasa, Kristus kini meraja.” Prasasti yang kedua adalah, “Singa dari Yehuda telah menang.” Dua prasasti dan lambang salib di obelist menunjukkan situasi kemenangan. Kekristenan telah menang melalui kekuatan salib atas kekuatan terbesar yang pernah dikenal dunia kuno yaitu kekaisaran Romawi (Mark Coleridge Uskup Agung Brisbane)
Setiap lukisan pasti mempunyai bingkai. Bingkai lukisan dipakai sebagai pembatas lukisan sehingga batasan-batasan yang dibuat oleh bingkai mengitari, mengelilingi lukisan untuk mengakhiri lukisan tersebut. Bingkai yang indah semakin memaniskan lukisan yang indah, menyempurnakan dan menambahkan keeleganan lukisan. Dengan demikian bingkai memiliki peran yang penting bagi lukisan.
Hari ini gereja merayakan hari raya Tuhan Yesus Kristus Raja Semesta Alam. Apa artinya? Gelar Raja Semesta Alam menunjukkan kekuasaan dan kemahakuasaan Yesus Kristus atas alam semesta ini. Segala sesuatu yang ada di semesta tunduk dan telah ditaklukkan oleh Kristus dan Kristus adalah raja dan penguasa segala-galanya atas semesta. Bagaimana Kristus meraja, seperti apa gaya Kristus Sang Raja, kekuasaan macam apa yang Dia miliki sebagai raja?
Gaya Kristus sebagai Raja dapat kita lihat dalam bacaan pertama: yaitu sebagai seorang gembala. Ia sebagai raja bukan dalam arti raja yang berpangku tangan, memerintah dan meminta dilayani tetapi justru sebagai gembala. Ada yang menarik bahwa untuk menjadi gembala dibutuhkanlah cinta kepada domba-domba sehingga seorang gembala memiliki ikatan batin yang kuat dengan domba-dombanya dan ada persatuan hati di antara mereka. Seorang gembala rela untuk memberikan nyawanya demi domba-dombanya. Maka gaya Kristus Sang Raja sebagai seorang gembala ialah memperhatikan, menyayangi dan menyelamatkan domba-domba. Yang hilang akan dicari-Nya, yang sesat akan dibawa pulang, yang luka akan dibalut, yang sakit akan dikuatkan dan disembuhkan, yang gemuk dan kuat akan dilindungi oleh-Nya. “Aku sendirilah yang akan memperhatikan dan menggembalakan domba-domba-Ku dan Aku akan membiarkan mereka berbaring. Aku akan mencari domba-domba-Ku dan akan menyelamatkan mereka dari segala tempat, ke mana mereka diserahkan pada hari berkabut dan gelap”. Kita semua dan segala ciptaan adalah domba-domba-Nya.Kristus mencintai domba-dombanya, Kristus mengasihi segala ciptaan dan kehidupan karena segala yang ada memiliki ikatan batin dengan Kristus dan diciptakan oleh Allah Bapa-Nya.
Kristus sebagai seorang gembala juga menunjukkan cara Kristus meraja dan menaklukkan, mengalahkan musuh-musuh-Nya yaitu dengan cinta dan pelayanan; bukan dengan pedang, kekerasan dan peperangan. Semua raja dan ratu yang ada dalam sejarah mengirim rakyat mereka untuk mati demi mereka. Sebaliknya, Kristus sang Raja semesta alam justru memutuskan untuk mati demi semesta ini, demi kita semua dan kehidupan. Itu hanya mungkin karena cinta Kristus kepada segala yang ada, kepada domba-domba-Nya.
Cinta Kristus sang Raja mewujudkan pengorbanan, belaskasihan dan pengampunan sehingga melalui semuanya itu Kristus memproklamasikan diri-Nya sebagai raja cinta. Ia adalah raja semesta alam karena ia adalah raja cinta. Maka lambang yang dipakai untuk menyatakan dirinya sebagai raja cinta adalah salib karena ia wafat di salib demi keselamatan semesta. Darah-Nya yang mengalir dari salib turun ke bawah membasahi semesta agar semesta beroleh kehidupan baru, hukum yang baru, wajah yang baru. Kematian-Nya di atas kayu salib merupakan cara cinta-Nya menaklukan alam semesta sehingga ketika lambang salib ditinggikan berarti Kristus telah mengalahkan maut dalam cinta; cinta menjadi segala-galanya oleh karena Kristus sang raja tergantung di kayu salib. Kemenangan raja Kristus yang tersalib mengukir fakta bahwa cinta itu abadi dan kekal, cinta adalah kekuasaan yang paling tinggi.
Cinta Kristus kepada semesta ini membuka tabir yang lain bahwa Ia menjadi Raja Semesta karena pelayanan. Cinta dan pelayanan saling merangkul dan saling bergandengan di dalam Kristus raja semesta alam. Dalam cinta ia melayani semesta dengan setulus-tulusnya yang terbukti di dalam salib itu. Dalam pelayanan Ia memberikan diri-Nya seutuhnya kepada semesta. Dalam cinta Kristus Sang raja turun menjadi manusia yang paling hina dan yang paling menderita. Maka, pelayanan-Nya yang mulia justru hadir dan ditujukan kepada mereka yang paling hina. Di dalam diri sesama yang paling membutuhkan dan paling hina, di sanalah sumber dan mata air cinta yang meluap-luap serta pusat pelayanan karena Kristus Sang Raja menyamakan dan mengidentifikasikan diri-Nya dengan sesama yang paling hina. “Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk saudaraku yang paling hina ini, kamu melakukannya untuk Aku”. Siapakah sesama yang paling hina? Mereka yang lapar, haus, telanjang, sakit, berada di dalam penjara, mereka yang seorang asing, hewan dan tumbuhan yang memerlukan pertolongan. Maka, tindakan yang ditujukan dan dilakukan untuk dan bagi mereka yang paling hina akan membuat cinta menjadi kenyataan dan sempurna. Yesus Sang raja Semesta Alam telah melakukan cinta pelayanan dalam sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya. Melalui sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya Ia menancapkan dan mematri fakta bahwa pelayanan harus menjadi roh bagi kita yang mengimani Kristus sebagai raja kita. Dalam pelayanan, cinta bukanlah kata-kata, bukan romantisme tetapi cinta adalah tindakan di dalam pelayanan, aksi kasih yang real. Dengan demikian, cinta bukan mendominasi, cinta bukan pula memerintah maupun berpusat pada diri sendiri tetapi cinta menyelamatkan, cinta membebaskan, cinta menyoal tindakan kebaikan untuk sesamaku, cinta adalah melayani segala ciptaan.
Apa Kerajaan Kristus itu? Bagaimana Kerajaan Kristus Sang Raja itu? Kerajaan-Nya adalah kerajaan kasih dan itu berarti kekuasaan-Nya adalah kekuasaan kasih. Gerard Darring (St. Louis University: Center for Liturgy) menguraikan dengan lebih dalam tentang kerajaan Kristus: “Kerajaan Kristus adalah sebuah ruang. Kerajaan-Nya ada di setiap rumah di mana orang tua dan anak-anak saling mencintai. Kerajaan-Nya ada di setiap wilayah dan negara yang peduli terhadap kelompok lemah dan rentan. Kerajaan-Nya ada di setiap gerakan organisasi yang menjangkau mereka yang membutuhkan. Kerajaan Kristus adalah sebuah waktu, suatu momen. Kerajaan Kristus terjadi ketika seseorang memberi makan kepada orang yang kelaparan, atau memberikan perlindungan kepada tunawisma, atau menunjukkan kepedulian kepada orang yang terlantar.Kerajaan Kristus hadir ketika kita membatalkan hukum yang tidak adil atau memperbaiki ketidakadilan, atau mencegah perang. Kerajaan Kristus berlangsung ketika orang-orang ikut berjuang untuk mengatasi kemiskinan, menghapuskan kebodohan, dan mewariskan iman. Kerajaan Kristus sudah ada di masa lalu (dalam kehidupan dan karya Yesus dari Nazaret); kerajaan Kristus juga terjadi pada saat ini (dalam karya Gereja dan dalam upaya banyak pihak lainnya untuk menciptakan dunia yang penuh kebaikan dan keadilan); Kerajaan-Nya terjadi di masa depan (mencapai penyelesaiannya di zaman yang akan datang). Kerajaan Kristus adalah suatu keadaan yang ditunjukkan melalui cinta, keadilan, dan perdamaian. Yesus Kristus adalah raja! Kita berdoa pada pesta Kristus raja semesta alam agar Kristus membebaskan seluruh dunia, agar dunia bersukacita dalam kedamaian-Nya, agar semests bermegah dalam keadilan-Nya, agar seluruh ciptaan hidup dalam cinta-Nya.
Kita merasakan Kristus sebagai Raja Semesta ketika kita melakukan dan berbuat cinta kepada sesama kita yang membutuhkan, kepada segala ciptaan. Kita mengerti misteri Kristus sebagai Raja Semesta Alam jika kita saling melayani dan hidup di dalam pelayanan kepada sesama maupun dalam merawat dan mencintai semesta seperti hewan, tumbuhan, lingkungan. Misteri-Nya, justru pada saat kita melayani dalam cinta sesungguhnya kita telah berada di dalam kerajaan-Nya yang abadi dan kekal. Di dalam pelayanan dan cinta kepada segala yang ada Kristus datang kepada kita sebagai raja dalam kemuliaan-Nya.
Konsekuensinya, bila Kristus Sang Raja datang dalam kemuliaan-Nya yaitu dalam kemuliaan cinta maka ia menghakimi orang berdasarkan cinta, tidak berdasarkan harta yang dimiliki, uang dikumpulkan, prestasi dan kekuasaan yang didapat. “Sungguh aku akan menjadi hakim antara domba dengan domba, di antara domba jantan dan kambing jantan”. Yesus akan memisahkan mereka yang berbuat cinta dan tidak berbuat cinta karena cinta merupakan kunci untuk masuk ke dalam kerajaan-Nya. Hukum cinta yang berlaku di dalam kerajaan-Nya, bukan hukum mata ganti mata, bukan aksi cuek melainkan aksi cinta terhadap segala sesuatunya. Jadi, cinta akan menjadi ukuran dan penilaian dalam penghakiman-Nya. “Ia akan memisahkan mereka seorang daripada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing, dan ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan menempatkan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya”. Mereka yang berbuat dan melakukan cinta akan menerima dan memasuki kerajaan Kristus: “Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku”. Pelayanan cinta yang demikan menjadikan diri sebagai orang benar dan “orang benar akan masuk ke dalam hidup abadi”.
Sebaliknya, mereka yang tidak berbuat cinta maka kerajaan Kristus pun tertutup bagi dirinya. “Enyalah dari hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk; enyahlah ke dalam api yang kekal yang tersedia untuk iblis dan malaikat-malaikatnya. Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi AKu makan; ketika AKu haus, kamu tidak memberi AKu minum; ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara, kamu tidak melawat AKu. Sesungguhnya, segala sesuatu yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu tidak melakukannya juga untuk Aku. Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal”.
Kita sendiri adalah pelukis dari hidup kita, bukan orang lain, bukan takdir, bukan Kristus. Aksi kita, tindakan kita, kata-kata kita, visi kita, pemikiran kita, niat kita adalah kuas yang menggambar lukisan macam apa yang akan kita lukis di kanvas kehidupan ini. Artinya, kita memiliki kebebasan untuk memilih menjadi domba atau kambing, memilih untuk bertindak bagi sesama yang hina atau diam tidak berbuat apa-apa kepada mereka yang hina. Keputusan ada di tangan kita kita sebab kita adalah pelukis dari lukisan kita sendiri. Yang jelas, didasarkan pada sabda Kristus, hidup yang didasarkan pada cinta Kristus dan tindakan cinta-pelayanan kepada semesta menciptakan lukisan kehidupan yang indah dan manis. Lukisan itu indah dan manis karena ada berkat dari Tuhan yang dilimpahkan dan rahmat kerajaan surga yang diberikan kepada para pelaku kasih. “Mari, hai kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan. Di setiap guratan kuas yang kita torehkan di kanfas, ada Kristus sang raja semesta alam karena Ia adalah gembala yang menemani setiap perjalanan domba-domba-Nya. Ketika kita hendak atau bahkan menolak melayani atau enggan melakukan pelayanan, Kristus sang raja membisikkan cinta-Nya kepada hati kita agar kita selalu melakukan kasih kepada siapa pun dan apa pun. Yesus Kristus sang raja merahmati kita agar kita selalu kuat untuk melayani semesta ini baik manusia, hewan, tumbuhan, lingkungan dan sebagainya; supaya kita pada akhirnya membuat lukisan yang indah. Sebab, setelah lukisan itu selesai dibuat yaitu ketika berhadapan dengan Kristus, setiap orang akan melihat lukisannya sendiri bersama dengan Kristus. Kristus pula akan membingkai lukisan yang telah kita buat karena cinta-Nya kepada kita dan kepada segala sesuatunya. Dalam bingkai lukisan itu, pelukis lewat lukisannya akan menyaksikan Kristus Raja Semesta Alam yang bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya. Takhta kerajaan-Nya memancarkan kesucian dan berlimpahkan damai dan cinta kasih dan para pelaku pelayanan cinta tinggal di dalam kerajaan Kristus.
Hari Raya Kristus raja semesta alam menutup tahun liturgi. Sebagai penutup tahun liturgi, maka pada akhirnya segalanya yang ada menjadi indah karena cinta Kristus Raja Semesta alam. Dalam cinta, Kristus Raja Semesta Alam memperbaharui dan menyempurnakan semesta, segalanya akan menjadi baik adanya. Kristus raja semesta alam sebagai bingkai lukisan semesta menunjukkan bahwa segala sesuatunya berasal, bergerak, menuju dan berakhir sempurna di dalam cinta Kristus. Cinta Kristus Sang Raja Semesta merupakan bingkai yang mengilingi, mengitari dan membingkai semesta ini agar mempunyai batasan dan semesta dipersatukan di dalam Kristus. Dalam bingkai Raja semesta alam Kristus menjadi semua di dalam semua dan segala sesuatunya hidup di dalam persekutuan dengan-Nya. Segalanya memuji dan memuliakan cinta Kristus sang Raja Semesta Alam. Tibalah kesudahannya dan dia yang hidup di dalam pelayaan dan cinta menjadi milik-Nya pada waktu kedatangan-Nya. Dia pun berseru seperti yang dikatakan bait pengantar Injil: Terpujilah yang datang atas nama Tuhan. Terpujilah kerajaan yang telah tiba, kerajaan kita Yesus Kristus.
Copyright © 2019 ducksophia.com. All Rights Reserved