Kekayaan Esensi

 

 Lukisan Giovanni Giacometti, The Garden in Winter, 1909

“Maka amat penting untuk menguji segala yang ada menurut esensinya,  menarik kesimpulan dari setiap spesies preposisi-preposisi yang benar dan valid kiranya membantu kita dalam mencari solusi akan persoalan metafisika”.

Maimonides

Ada terdiri dari esse dan esensi yang membentuk ada komposisi sebagaimana adanya.  Berkat esse dan esensi ada komposisi memiliki kekayaannya karena keduanya saling menyempurnakan ada.  Memang esensi ada karena esse tetapi esensi mengaktualkan esse karena esensi menyatakan  modus universal ada komposisi secara logika-konseptual yaitu genus, spesies dan perbedaan spesifik[1] yang membangun kekayaan esensi. Apa artinya?

Ada, realitas tentu ditangkap dan dipahami oleh manusia. Pengetahuan manusia akan ada diekspresikan melalui konsep-konsep. Konsep-konsep tersebut berisi ide-gagasan yang terbagi ke dalam bagian-bagian yang berbeda dan ditata menurut tatanan logika. Di dalam tatanan logika tersebut, ada konsep yang dimasukkan ke dalam konsep yang lain (ilmu pengetahuan mencakup kebenaran); ada konsep yang bertentangan dengan konsep lain (kebaikan dengan kejahatan). Konsep-konsep tersebut mencerminkan kompleksitas realitas.

Konsep menghasilkan definisi dan ketika ada definisi berarti kita memaknai esensi sesuatu hal. Pada saat itu pula terjadi predikat atau penggolongan yang dibuat oleh akal budi manusia. Aksi predikat secara konseptual menghasilkan modus universal dalam usaha mengerti esensi sesuatu hal. Ada tiga predikat konseptual dalam modus universal:

  1. Species: predikat yang menyatakan esensi suatu individual secara utuh dan memanifestasikan segala karakter  yang mendefinisikan esensi individu tersebut. Contoh: species singa, species mawar. Species mencakup predikat natura secara lengkap yaitu esensi dan cara esensi yang utuh.  Jadi bisa dikatakan bahwa spesies adalah suatu substansi komposisi (materi dan forma); dengan kata lain manifestasi spesies tak lain adalah materi dan forma.
  1. Genus: predikat yang mengartikan bagian dari esensi yang dijumpai secara umum di dalam species-species yang lain. Misalnya, Gerard -seorang manusia (spesies)- adalah makhluk hidup (genus); bayam (species) adalah makhluk hidup (genus). Makhluk hidup mengacu kepada genus. Jadi, genus didapat melalui abstraksi akan kesempurnaan yang adalah umum tidak hanya bagi individual tetapi juga bagi banyak species. Konsep genus misalnya binatang diabstrasikan dari singa, anjing, sapi bahkan manusia. Maka, genus menunjukkan segala sesuatu yang belum terdeterminasi yang ada di dalam spesies. Sebaliknya juga bahwa apa pun yang ada di dalam spesies juga ada di dalam genus tetapi sebagai yang telah terdeterminasi. Selanjutnya, genus menggambarkan keseluruhan sebagai suatu nama yang menetapkan apa yang material di dalam realitas tetapi tanpa determinasi dari forma. Oleh sebab itu, genus diambil dari materi meskipun bukan materi. Konsekuensinya, genus terartikan jika ada species.[2]
  1. Perbedaan yang unik: suatu predikat yang mengartikan karakter-karekter unik, partikular dari species. Perbedaan yang unik membedakan species yang satu dengan species yang lain. Sebagai contoh, manusia yang adalah makhluk hidup sama dengan monyet, tikus yang adalah makhuk hidup pula. Memang species manusia dan species monyet berbeda. Tetapi yang membedakan manusia dengan binatang adalah akal budi sehingga akal budi merupakan perbedaan yang unik: yang menjadikan manusia sebagai manusia dan berbeda dengan segala tipe binatang. Dengan demikian, perbedaan yang unik adalah suatu nama yang diambil forma determinatif dan diambil pula di dalam cara yang yang determinatif pula tetapi perbedaan yang unik tidak mencakup materi determinatif dalam maknanya[3]. Dan berkat perbedaan yang unik lahirlah individu.

Suksesi ketiga modus universal dapat digambarkan sebagai berikut: Genus yang tak terdeterminasi menjadi spesies yang terdeterminasi lalu ketika spesies memiliki perbedaan unik lahirlah individu.

 

Hubungan genus, species, dan perbedaan spesifik

Tentu saja species, genus dan perbedaan yang unik menyatakan materi, forma dan komposisi ada di dalam dunia nyata meksipun logika modus ada universal ini tidaklah sama dengan materi, forma dan komposisi[4]. Sementara materi dan forma adalah komponen yang berbeda yang membangun ada material, maka genus dan spesies bukanlah hal yang berbeda satu sama lain. Mengapa? Karena di dalam genus esensi spesifik sudah terkandung meskipun masih di dalam cara yang tak terdeterminasi dan di dalam species esensi spesifik dinyatakan dengan jelas dan terdeterminasi.

Maka, genus dan spesies selalu menjadi ranah esensi karena genus dan spesies menyatakan ada secara keseluruhan dan mengekspresikan itu yang ada di dalam individu sementara perbedaan yang unik membedakan esensi sesuatu hal dengan esensi suatu hal yang lain. Dengan demikian genus, spesies dan perbedaan yang unik merupakan abstraksi dari akal budi untuk memahami realitas.

Definisi

Definisi selalu mendefinisikan esensi sesuatu hal. Maka, definisi sebagai buah konsep tak pernah hanya berkutat pada individu-singularitas tetapi juga pada universalitas. Pada dasarnya, universalitas selalu menyertakan species karena species menyatakan esensi spesifik dan terdeterminasi tetapi juga bahwa species terdiri dari genus dan perbedaan. Tentu saja definisi terdiri dari genus dan perbedaan. Bagaimana itu terjadi?

Berkat species definisi mencakup yang pertama materi determinatif yang adalah nama genus yang digambarkan oleh species dan yang kedua forma determinatif yang adalah nama perbedaan yang dilukiskan oleh species pula. Konsekuensinya, definisi menunjukkan keseluruhan sama dengan spesies tetapi di dalam cara yang berbeda[5]. Kita pun bisa mengatakan bahwa definisi adalah ekspresi esensi atau species dari sesuatu hal lewat genus dan perbedaan spesifik. Jadi, ketika kita berbicara tentang genus, species, perbedaan unik yang semuanya itu kita sebut sebagai logika modus universal, kita merefleksikan ekstrinsiksitas konsep baik secara ontologi maupun logika:

  • Secara ontologi: species, genus dan perbedaan yang unik menunjukkan suatu kesempurnaan yang real, bukan semata-mata ide, gagasan saja. Species suatu makhluk hidup adalah realitas natural. Tetapi ketika menggolongkan (mempredikatkan) anjing dan manusia sebagai binatang yang berperasaan, binatang yang berperasaan ini tidak ada, yang ada yaitu tipe binatang yang spesifik atau individu-individu dari species misalnya seorang yang bernama Osmane, anjing herder itu. Dengan demikian, yang ada adalah individu-individu sementara predikat (species, genus, perbedaan unik) hanya merefleksikan secara universal aspek-aspek tertentu dari kesempurnaan suatu individu-individu.

 

  • Secara logika: stratifikasi karakter-karakter hanya berlangsung di dalam intelek kita yang mengabstrasikan realitas; bukan pada realitas. Konsep adalah ekspresi suatu esensi (cara ens termasuk aksiden) di dalam pikiran. Ketika ekspresi ini secara aktual dieksplisitkan di dalam pikiran maka disebut dengan definisi. Ada perbedaan penting antara modus entis (esensi) dan definisi. Sebagai contoh, manusia sebagai esensi adalah setiap manusia: hanya satu realitas bukan banyak realitas. Di sisi yang lain, kita mendefinisikan manusia sebagai binatang berakal budi. Lalu apa perbedaannya? Ketika kita mendefinisikan esensi, kita menunjukkan segala bagian dari esensi, tetapi itu tidak berarti bahwa di dalam realitas esensi memiliki bagian-bagian. Di dalam realitas, esensi selalu satu, simple, tetapi ketika didefinisikan oleh pikiran, esensi terdiri dari komposisi: esensi menunjukan bagian. Mengapa hal ini terjadi? Karena pikiran manusia terbatas dan tidak bisa memahami keseluruhan arti dari sesuatu secara serempak. Akibatnya, pikiran harus memilah-milah yaitu menganalisa dan mensintesiskan. Ketika kita membedakan antara species, genus dan perbedaan yang unik kita tidak mengacu kepada bagian-bagian real tetapi hanya logika, komposisi dan divisi yang merupakan hasil dari operasi mental. Natura manusia tidak terdiri dari binatang dan akal budi tetapi dari tubuh dan jiwa. Ada distingsi real antara tubuh dan jiwa, tetapi di sisi lain, distingsi antara genus dan species merupakan distingsi akal budi, jadi distingsi-distingsi tersebut menunjukkan realitas yang sama tetapi menurut tingkat determinasi yang berbeda. Konsep adalah sesuatu yang ada di dalam pikiran sementara esensi adalah sesuatu yang real[6]. Demikianlah mekanisme pikiran manusia dalam memahami sesuatu.

Dengan species dan genus kita dapat mendefinisikan ada dan definisi tersebut makin tepat dan jelas  dengan menggunakan spesies daripada genus

[1] Thomas Aquinas, De Ente et Essentia, no. 50

[2] Bdk. Ibid., VII Metaphysics, lec. 11, no. 1502

[3] Ibid., no 33

[4] Ibid., no 35

[5]  Bdk. Ibid., no 34

[6]  Joseph M. de Torre, Christian Philosophy (Manila: Vera Reyes, 1980) hal 93-94

Copyright © 2017 ducksophia.com. All Rights Reserved

Author: Duckjesui

lulus dari universitas ducksophia di kota Bebek. Kwek kwek kwak

Leave a Reply