Lukisan: Jill Martin, Laughter
Lukas 12: 49-53
“Aku datang untuk melemparkan api ke bumi
dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala”
Dalam dunia perwayangan, kita mengenal sosok Arjuna dan Werkudara. Sosok Arjuna adalah sosok yang menyenangkan setiap orang dan penuh dengan kelembutan. Sementara Werkudara adalah sosok yang tidak bisa tunduk kepada siapa pun dan mengatakan kebenaran, tidak peduli kepada siapa ia berbicara, ia selalu berkata kebenaran. Maka, Werkudara menjadi sosok yang tidak disukai, dibenci dan bahkan dimusuhi banyak orang. Kata pepatah: “tidak orang yang paling dibenci selain dia yang menyuarakan dan mengatakan kebenaran”
Sejatinya manusia selalu merindukan kebenaran. Tetapi meskipun manusia merindukan kebenaran, tempat satu-satunya ia dapat menemukan pembebasan dan kebahagiaan, reaksi pertama manusia terhadap kebenaran ialah benci, takut bahkan menolak. Dalam usaha menemukan kebenaran, tidak hanya kesulitan dan kerja keras yang dihadapi manusia tetapi juga ketika kebenaran ditemukan, kebenaran malah mengkungkung pikiran manusia yang senang menciptakan kebohongan-kebohongan. Bahkan manusia memiliki cinta yang natural kepada kebohongan. Jadi, kebenaran yang datang ke dalam hidup manusia bukannya malah membawa damai tetapi perpecahan dan perbantahan. Ini adalah suatu misteri besar.
Apa itu kebenaran? Kebenaran adalah Allah, kebenaran adalah Yesus Kristus sendiri. Demi kebenaran, maka hari ini Yesus mengatakan bahwa ia datang sebagai api, ia hadir membawa pemisahan dan perbantahan bukan damai dan ketenangan. Bagaimana itu mungkin? Ada pertentangan antara dunia dengan Yesus, antara kepalsuan dan kebenaran. Dunia berpikir bahwa gigi ganti gigi, mata ganti mata, tetapi Kristus berkata cintailah musuhmu dan berdoalah bagi mereka; dunia mengerti perceraian dan perzinahan adalah hal umum tetapi Kristus berkata apa yang disatukan oleh Allah tidak boleh diceraikan oleh manusia; dunia mencintai kepopuleran dalam hal harta, kekuasaan, dan hal-hal itulah yang membuat mereka besar tetapi Yesus berkata bahwa siapa yang terbesar di antara mereka adalah ia yang melayani, yang pertama akan menjadi terakhir yang terdahulu akan menjadi pertama; bagi dunia salib adalah kebodohan dan kematian tetapi bagi Kristus salib adalah kemenangan dan kebangkitan. Dunia pun tersentak, marah, melawan dan menantang ajaran dan kata-kata Kristus. “Kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi? Bukan, kata-Ku kepadamu, bukan damai, melainkan pertentangan”. Yesus adalah kebenaran yang menyelamatkan. Keselamatan adalah misi-Nya dan misi-Nya menjadi baptisan-Nya. Baptisan-Nya adalah menderita, wafat dan bangkit. “Aku harus menerima baptisan, dan betapakah susahnya hati-Ku sebelumnya semuanya berlangsung”.
Kata-kata dan ajaran Kristus memang bagai api yang membakar. Api Kristus bukanlah api yang membinasakan tetapi api yang menyelamatkan dan memurnikan. Api yang membakar kerak-kerak palsu kehidupan. Ia membakar dunia dengan kehangatan api cinta dan cahaya damai supaya dunia menjadi damai dan menjadi cinta itu sendiri, supaya kebaikan dan kebenaran memenuhi dunia dan menjadi taman Firdaus baru. Berkat api Kristus yang memurnikan itu, bunga-bunga kasih tumbuh di ujung bumi yang satu sampai ujung bumi yang lain. Bulir-bulir kebaikan terbang mengangkasa memenuhi dunia dan keharuman keutamaan menyegarkan segala sudut kehidupan. Dengan demikian, sosok dan pribadi Yesus Kristus penuh dengan kontradiksi karena di dalam diri-Nya, ada pedang tetapi juga kehidupan, ada perbantahan tetapi juga ada damai. Tidak mengherankan kalau sepanjang sejarah manusia, tiada orang yang sedemikian banyak dibicarakan dan ditentang, dibenci dan dicintai, dipuji dan dihujat, seperti Yesus Kristus.
Berkat baptisan, kita telah telah menjadi murid Kristus. Menerima dan menjadi murid Yesus berarti menerima api Kristus dan membawa api Kristus yang menghasilkan pertentangan dan perbantahan demi kebenaran Injil tetapi juga membawa damai. Itulah paradoks menjadi murid dan utusan Kristus. Apa artinya semuanya? Artinya barang siapa yang menerima Yesus dan menjadi sahabat-Nya harus siap untuk bertengkar dengan dunia karena kesaksiannya adalah api bagi dunia. Sampai akhir zaman, dunia selalu sulit menerima kebenaran bahkan selalu menolak, memusuhi dan bertengkar dengan kebenaran Injil yang diwartakan oleh sahabat dan murid Kristus. Pertentangan dan perbantahan antara murid Kristus dan dunia begitu dasyat. Ibarat “ayah melawan anaknya laki-laki dan anak laki-laki melawan ayahnya, ibu melawan anaknya perempuan, dan anak perempuan melawan ibunya, ibu mertua melawan menantunya perempuan dan menantu perempuan melawan ibu mertuanya”.
Pertentangan dan perbantahan bagaimana pun harus dihadapi dan tak terelakkan. Tidak ada tempat untuk berlari dari perbantahan tersebut. Akan tetapi di dalam pertengkaran dan perbantahan itu, para sahabat dan murid Kristus tetap diminta oleh Kristus untuk membawa damai, menerima orang yang tidak menerimanya dan berdoa bagi mereka. Hati para sahabat Kristus tidak menyimpan marah, benci, iri hati dan dendam tetapi malah sebaliknya di tengah perbantahan dan pertentangan, hidup harus tetap setia kepada kebenaran Kristus dan kedamaian. Jadi, di tengah perbantahan dan pertentangannya dengan dunia, para sahabat Kristus menyalakan api cinta kasih untuk membakar kebencian, kepalsuan, permusuhan supaya semua lenyap dan terbit pengampunan, kerukunan, keadilan, kebenaran di dunia.
Maka, doa St. Fransiskus Asisi Tuhan, jadikanlah aku pembawa damai adalah doa dan aksi para sahabat Kristus yang membawa api dan membakar dunia dalam mewartakan Injil di tengah dunia.
Tuhan jadikanlah aku pembawa damai,
bila terjadi kebencian jadikanlah aku pembawa cinta kasih,
bila terjadi kegelapan jadikanlah aku pembawa terang,
bila terjadi kesedihan jadikanlah aku sumber kegembiraan,
bila terjadi kesesatan jadikanlah aku pembawa kebenaran,
bila terjadi penghinaan jadikanlah pembawa pengampunan,
bila terjadi kecemasan jadikanlah aku pembawa harapan,
bila terjadi perselisihan jadikanlah aku pembawa kerukunan,
bila terjadi kebimbangan jadikanlah aku pembawa kepastian,
Ya Tuhan semoga aku ingin menghibur daripada dihibur, memahami daripada dipahami, mencintai daripada dicintai sebab dengan memberi aku menerima, dengan mengampuni aku diampuni, dengan mati suci aku bangkit lagi untuk hidup selama-lamanya.
Menjadi pembawa damai, pembawa cinta kasih, pembawa terang, pembawa kegembiraan, pembawa kebenaran, pembawa pengampunan, pembawa harapan, pembawa kerukunan dan pembawa kepastian adalah api-api yang dinyalakan di dalam hati para murid Kristus dan api yang menyala di bumi. Kata Kristus: “Aku datang untuk melemparkan api ke bumi dan betapakah Aku harapkan, api itu telah menyala”. Ternyata api yang dilemparkan-Nya adalah Roh Kudus yang akan memimpin dunia kepada kebenaran dan membimbing para sahabat-Nya kepada Allah. Maka, semoga para sahabat dan murid Kristus selalu menjadi nyala api Kristus yang tak pernah padam dan yang selalu membakar dunia.
Copyright © 2019 ducksophia.com. All Rights Reserved