IX
Iri Hati
Francis Bacon
Lukisan Margaret Isabel Dicksee, My Jealousy, 1889
Kiranya tidak ada perasaan-perasaan yang telah dicermati yang begitu menarik atau mempesona selain daripada cinta dan iri hati.
Baik cinta dan iri hati keduanya memiliki hasrat yang berkobar-kobar; cinta dan iri hati membenamkan diri mereka dengan mudah di dalam imajinasi-imajinasi dan ajakan-ajakan; datang ke mata dengan gampang, teristimewa atas kehadiran objek-objek yang memiliki daya-tarik yang memikat. Kita melihat bahwa kitab suci menyebut iri hati sebagai mata iblis; demikian juga para astrolog menyebut pengaruh-pengaruh buruk dari bintang-bintang sebagai aspek-aspek iblis, sehingga dalam aksi iri hati lirikan kilat atau sorotan matanya dapat dilihat. Ah tidak, beberapa orang begitu ingin tahu kejadian-kejadian dengan mengamat-amati saat-saat di mana sambaran atau kedipan mata si iri hati tersakiti ketika pihak yang didengki itu terlihat dalam kesuksesan atau kemenangan; karena membuat suatu kepahitan bagi si iri hati. Di samping itu, pada saat-saat yang demikian, perasaan senang dari orang yang didengki itu tercermin dalam penampilan lahiriahnya sehingga terjadilah ledakan.
Namun dengan mengesampingkan semua keinginan-tahuan ini (walaupun tidaklah tidak bermanfaat untuk dipertimbangkan di tempat yang pantas), kita akan membahas tentang orang-orang macam apa yang cenderung iri hati kepada yang lain; orang-orang macam apakah yang menjadi sasaran iri hati yang pemicunya sebenarnya adalah diri mereka sendiri; dan apakah perbedaan antara iri hati privat dan iri hati publik.
Seseorang yang tidak mempunyai kebaikan di dalam dirinya sendiri akan iri hati kepada kebaikan sesamanya. Sebab pikiran manusia itu hidup dari kebaikan yang berasal dari dirinya sendiri atau dari keburukan orang lain; dan siapa yang menginginkan yang satu akan memangsa yang lain; barangsiapa yang berharap untuk mencapai kesuksesan orang lain; akan berusaha dengan berbagai cara apa pun untuk menghancurkan kesuksesan orang lain tersebut.
Seseorang yang sibuk dan ingin tahu akan urusan orang lain pada umumnya adalah orang yang iri hati. Sebab mengetahui terlalu banyak urusan orang lain tidaklah baik karena semua yang mengebohkan tentang urusan orang lain itu kiranya hanya demi keuntungannya sendiri, dari sebab itu, dengan mengetahui nasib orang lain, dia pun terjun di dalam semacam permainan kesenangan. Sebenarnya, ia tidak menghiraukan nasib orang lain hanya saja kepentingannya sendiri menemukan banyak sekali alasan-alasan untuk iri hati. Karena iri hati adalah hasrat yang berkeluruyan, berjalan di jalanan dan tidak berdiam di dalam rumah: Non est curiosus, quin idem sit malevolus (tidak ada orang yang berhasrat ingin tahu tetapi hanya orang yang berniat jahat yang membangkitkan rasa ingin-tahunya).
Manusia keturunan darah biru jika diperhatikan akan mendengki kepada orang-orang baru ketika orang-orang baru naik daun. Sebab jarak telah diubah dan ibarat sebuah tipuan mata, bahwa pada saat orang-orang baru tersebut sukses, mereka berpikir bahwa diri mereka telah mengalami kemunduran.
Orang-orang cacat, para sida-sida, para lansia dan para gadungan adalah orang-orang yang iri hati. Sebab dia yang tidak dapat menerima kekurangannya akan melakukan apa pun agar dia bisa menghancurkan kelebihan orang lain; kecuali kekurangan menghinggapi orang-orang yang secara kodrati adalah pemberani dan pahlawan, sehingga mereka berusaha untuk menjadikan kekurangannya sebagai bagian dari kehormatannya; dan jika ada yang melakukan hal itu entah seorang sida-sida atau seorang cacat, maka sungguh merupakan suatu sikap yang terpuji; tentu usaha tersebut menyertakan pula kehebatan sebuah mukzijat, seperti yang dibuat oleh Narses[1] si sida-sida, Agesilaus[2] dan Tamerlane[3] yang adalah orang-orang cacat.
Kehebatan mukzijat yang sama adalah peristiwa orang-orang yang bangkit setelah mengalami kemalangan dan kehancuran. Karena mereka dapat dikatakan sebagai orang yang hancur bersama dengan waktu tetapi mereka bangkit dengan menganggap bahwa kejahatan-kejahatan orang lain sebagai suatu penebusan demi penderitaan mereka sendiri.
Mereka yang ingin jadi nomer satu di dalam segala hal yang bersumber dari hawa nafsu yang amburadul dan keangkuhan adalah orang sungguh yang amat iri hati. Sebab, mereka tidak dapat memenuhi semuanya, memang hal yang mustahil, tetapi di antara banyak orang yang demikian, berkaitan dengan keinginan-keinginan tersebut, ada orang yang kiranya dapat melampaui keinginan-keinginan tersebut; yang adalah watak Kaisar Adrian[4]; yang amat dengki sampai mati kepada para penyair, pelukis dan pemahat, di mana dalam karya-karya seni sang kaisar penuh gelora demi mengungguli para seniman tersebut.
Yang terakhir, di sekitar lingkungan kaum kerabat, dan rekan kerja, dan mereka yang telah dibesarkan bersama, mereka ini lebih cenderung untuk iri hati kepada orang-orang setara dengan mereka ketika orang-orang yang setara dengan mereka itu ditinggikan. Sebab kesuksesan orang-orang yang setara dengan mereka mencela nasib mereka, menyudutkan mereka dan kesuksesan orang-orang tersebut sering terekam ke dalam ingatan mereka, bahkan tercatat ke dalam catatan-catatan orang lain. Akibatnya, iri hati sering kali dilipat-gandakan lewat perkataan dan ketenaran. Iri hati Kain[5] terhadap saudaranya Abel[6] lebih keji dan kejam, karena ketika persembahan Abel diterima dengan lebih baik, Kain membunuh Abel adiknya. Ada banyak hal yang terjadi bagi mereka yang cenderung untuk iri hati.
Berkaitan dengan mereka yang kurang lebih menjadi sasaran iri hati: Pertama-tama; orang-orang yang tersohor karena kebaikannya, ketika mereka berhasil, sedikit orang yang dengki kepada mereka. Karena tampaknya keberuntungan membantu mereka; dan tak seorang pun akan iri hati akan pembayaran sebuah hutang tetapi justru iri hati akan penghargaan dan kemurahan hati. Sekali lagi, iri hati tersisipkan dengan membandingkan orang lain dengan diri sendiri, sebaliknya ketika tidak ada perbandingan, tidak ada iri hati; oleh karena itu para raja sungguh tidak akan didengki kecuali di antara kalangan para raja. Namun haruslah tetap diperhatikan bahwa orang-orang yang tak dipandang akan menjadi orang yang paling didengki ketika dia datang untuk pertama kalinya walaupun nantinya dalam perjalanan waktu iri hati segera memudar; sedangkan sebaliknya, orang-orang yang hebat dan memang terpandang akan menjadi orang yang didengki ketika kemujuran mereka berlangsung untuk waktu yang lama. Sebab pada saat itu, meskipun sekiranya kebaikan mereka tetap sama dan tidak berubah, namun kebaikan tersebut tidaklah memiliki kilau yang sama, sebab orang-orang yang baru yang sedang naik daun menggelapkan kilau kebaikan tersebut.
Orang–orang yang berdarah biru sedikit didengki ketika mereka sukses. Sebab nampaknya kesuksesan mereka adalah suatu hak mereka yang berkaitan dengan nasib. Di samping itu, kiranya tidak ada banyak hal yang dapat ditambahkan kepada nasib mereka; dan iri hati kepada mereka adalah kesia-siaan ibarat sinar matahari yang mengalahkan kolam yang paling panas sekalipun atau matahari yang terbenam di atas tanah yang tinggi daripada di atas tanah yang datar. Dan untuk alasan yang sama, mereka yang sukses dengan perjuangan sedikit didengki daripada mereka yang sukses dengan tiba-tiba dan melalui lompatan.
Mereka yang terlebur dalam kehormatan pekerjaan mereka, usaha-usaha atau resiko bahaya yang tinggi, tidak begitu didengki. Sebab orang-orang berpikir bahwa mereka mendapatkan kehormatan mereka dengan kerja keras dan bahkan kadang kala orang-orang merasa iba kepada mereka; dan rasa iba selalu menyembuhkan iri hati. Sekiranya kamu mengamati bahwa semakin dalam dan tenang kebesaran para politikus, maka mereka selalu meratapi tentang nasib mereka sendiri dengan mengeluh hidup macam apa yang mereka jalani; sambil melantunkan suatu rintihan quanta patimur (betapa hal-hal besar itu menyengsarakan kita). Bukan karena mereka merasakan demikian, tetapi hanya untuk meredakan tepi iri hati. Maka, hal ini harus dipahami dari segi kepentingan yang terbentang di antara manusia, dan bukan yang seperti dipikirkan oleh para politikus yang hanya demi diri mereka sendiri. Karena tidak ada sesuatu pun yang dapat memperdalam iri hati selain daripada sebuah usaha yang tak perlu, ambisius dan memikat. Dan tidak ada sesuatu pun yang dapat membinasakan iri hati selain daripada tindakan seorang tuan yang mempedulikan semua hak-hak bawahannya sekaligus prestasi yang berasal dari jabatan mereka. Sebab dengan melakukan semuanya itu berarti bahwa akan ada begitu banyak pembatas antara dia dan iri hati.
Yang terpenting, mereka yang menjadi sasaran iri hati adalah mereka yang menampilkan kehebatan nasib mereka dengan cara yang sembrono dan sombong; sikap ini adalah sikap yang buruk. Jadi, selagi mereka sedang menunjukkan seberapa hebat diri mereka baik dengan kemegahan lahiriah atau kemenangan atas semua lawan-lawan atau kompetitor-kompetitor mereka, maka orang-orang yang bijak malahan akan melakukan apa saja untuk meredam timbulnya iri hati, dan walaupun kadang kala harus menderita, mereka akan mengingkari tujuan pamer, terlebih sikap untuk untuk menguasai segala sesuatunya bukanlah tujuan mereka. Namun, sungguh benarlah, bahwa menunjukkan kehebatan dalam cara terbuka dan gamblang (sekiranya pun tanpa arogansi dan keangkuhan) menyebabkan sedikit kedengkian daripada memamerkan kehebatan dalam cara yang licik dan cerdik. Karena memamerkan kehebatan dengan kelicikan dan kecerdikan sama dengan menolak kemujuran; dan tampaknya ia sungguh sadar akan apa yang inginkan yaitu memamerkan kesuksesannya sehingga ia pun sengaja mengajarkan orang lain untuk dengki kepadanya.
Akhirnya, untuk menyimpulkan bagian ini; sebagaimana yang kita bicarakan pada permulaan bahwa aksi iri hati memiliki sihir dalam dirinya, maka tidak ada obat untuk iri hati selain daripada obat yang berasal dari sihir itu sendiri; yaitu, memindahkan kutukan (sebagaimana mereka menyebutnya) dan menaruhnya di tempat yang lain. Demi tujuan tersebut, orang-orang hebat yang bijak akan selalu membawa seseorang di atas panggung entah itu para pembantu, para pelayan, para kolega dan yang semacamnya yang tujuannya memalingkan iri hati yang menyerang mereka. Akibatnya, dalam kesempatan tersebut tidak ada seseorang pun yang menghendaki orang-orang yang penuh kekerasan dan melakukan kekerasan, dan sekiranya orang-orang yang penuh kekerasan mempunyai kekuatan dan kepentingan sekalipun tidak akan mengikuti desakannya dengan harga apa pun.
Sekarang, mari berbicara kedengkian publik. Tentu saja ada kebaikan dalam kedengkian publik, tetapi tidak ada kebaikan sama sekali dalam kedengkian privat. Sebab kedengkian publik adalah suatu pengasingan yang mengkerdilkan orang-orang ketika mereka bertumbuh terlalu hebat. Jadi kedengkian publik juga merupakan suatu kekang kepada mereka yang hebat demi menjaga mereka di dalam batas.
Kedengkian ini, yang dalam bahasa latin disebut invidia, berubah menjadi discontentment (ketidakpuasan) dalam bahasa moderen; dan tentang ketidakpuasan yang juga adalah hasutan, kita akan mendiskusikannya dalam cara menangani hasutan[7]. Ketidakpuasan adalah ibarat penyakit infeksi di dalam tubuh negara. Sebab sebagaimana infeksi menyebar di atas tempat di mana infeksi muncul pertama kali dan kemudian mencemarinya; maka ketika kedengkian sekali menjangkiti tubuh negara, akan membawa petaka kepada segalanya bahkan kepada kebijakan negara yang terbaik sekalipun dan mengubahnya menjadi bau busuk yang penyakitan. Namun ada sedikit peredaan terhadap infeksi yang menjangkiti tubuh negara dengan mengoleskan sikap-sikap yang terpuji. Namun tindakan-tindakan tersebut akan menciptakan polemik bahkan sungguh suatu kelemahan dan menunjukkan adanya ketakutan kepada iri hati, di mana adanya ketakutan kepada iri hati justru semakin menyakiti begitu banyak orang sama seperti yang terjadi dalam infeksi-infeksi biasa; yaitu semakin anda takut akan infeksi, justru anda semakin membuat infeksi datang menjangkiti anda.
Kedengkian publik tampaknya selalu mengarah kepada pejabat-pejabat utama atau menteri-menteri, daripada raja-raja dan negarawan-negarawan. Tetapi berikut ini adalah suatu prinsip yang pasti, bahwa sekiranya kedengkian kepada menteri begitu dalam, tetapi penyebab kedengkian kepada menteri begitu sepele; atau jika kedengkian itu kiranya bersifat umum yang ditujukan kepada semua menteri sebuah negara; maka kedengkian (meskipun tersembunyi) sesungguhnya sedang menaungi atas negara itu. Dan begitu banyak kedengkian publik dan ketidakpuasan dan itulah perbedaannya dengan kedengkian privat yang telah kita ditangani sebelumnya.
Kita akan menambahkan sesuatu hal umum berkaitan dengan iri hati, dengan membahas perasaan iri hati; bahwa dari semua perasaan yang lain, iri hati adalah perasaan yang paling mengganggu dan sifatnya terus-menerus. Sebab perasaan-perasaan yang lain terjadi kadang-kadang dalam sebuah kesempatan; tetapi tentang iri hati telah dikatakan dengan baik, invidia festos dies non agit (Bagi iri hati tidak pernah ada hari libur): karena iri hati selalu berkerja di segala hal. Dan haruslah dicatat bahwa cinta dan iri hati sungguh membuat manusia merana, tetapi perasaan-perasaan yang lain tidak demikian karena perasaan-perasaan tersebut tidaklah bersifat terus-menerus. Iri hati adalah perasaan yang paling jahat dan yang paling bengis karena penyebabnya adalah kaki tangan iblis, di mana si iblis disebut sebagai manusia yang iri hati, yang menabur ilalang di antara gandum di tengah malam[8]; iri hati itu selalu menyelinap; iri hati bekerja dengan lembut dan di dalam kegelapan serta melalui prasangka akan hal-hal yang baik, hal-hal yang baik itulah yang disebut dengan gandum.
[1] Narses adalah seorang jenderal kemaharajaan Byzantinum (Romawi Timur) pada pemerintahan Kaisar Justinianus I. Sebelum menjadi jenderal militer, Narses hanyalah kepala para pengawal sida-sida kemaharajaan. Salah satu reputasi hebatnya adalah penaklukkan kerajaan Ostrogoths. Ia juga dikenal sebagai seorang yang sangat saleh dan memiliki devosi yang amat kuat kepada Bunda Maria, murah hati, sering membantu fakir miskin, begitu bersemangat dalam memperbaiki gereja bahkan membangun sebuah gereja dan biara di Cappodicia. Berikut kesaksian Scholasticus dari Myrina tentang Narses: “Dia adalah suara dari pikiran dan begitu cerdik dalam menyesuaikan dirinya terhadap segala waktu. Memang dia tidak mengenal literatur ataupun mempraktekkan kefasihan berpidato, tetapi dia membuat semuanya itu dengan kesuburan kecerdasannya dan walaupun ia seorang yang kecil dan kurus tetapi ternyata ia adalah orang yang lebih kuat dan lebih bersemangat daripada yang dipercayai orang”.
[2] Agesilaus II adalah raja Sparta dari dinasti Eurypontid. Menurut Plutarch, Agesilaus sebagai seorang raja dan seorang panglima sama hebatnya. Dia dikenal akan tindakan kenegaraannya. Agesilaus cacat sejak lahir sehingga penampilan fisiknya jelek dan berpostur pendek. Sebuah orakel menjuluki pemerintahannya sebagai “kerajaan cacat”.
[3] Tamerlane dalam dunia timur dikenal sebagai Timur Si Cacat. Tamerlane (Timur) adalah seorang penakluk yang hebat dan seorang muslim. Ia dijuluki Ghazi (pejuang Muslim) dan pendiri dinasti Timurid. Ia disebut Tamerlane Si Cacat karena ia pincang. Sebagian besar hidupnya dihabiskan untuk menaklukkan bangsa-bangsa lain sehingga wilayah kemaharajaan Samarkand meliputi Turki, Siria, Irak, Iran, Kazakhstan, Afganistan, Armenia, Azerbaijan, Georgia, Turkmenistan, Uzbekistan, Krgyzstan, Pakistan dan Kashgar (di Cina). Kehebatan Tamerlane sebagai penakluk menjadikan dirinya setara dengan Genghis Khan dan Alexander Agung sehingga ia pun berhak mengkumandangkan dirinya sebagai salah penakluk dunia yang terhebat sepanjang masa.
[4] Kaisar Adrian yang juga biasa disebut nama Hadrian (Caesar Publius Aelius Traianus Hadrianus Augustus) adalah kaisar Romawi yang memerintah Romawi dari tahun 117-138. Dia membangun tembok Hadrian di Inggris dengan tujuan: menandai wilayah Romawi dan bangsa barbar; mengontrol perdagangan dan imigrasi; menjaga keamanan teritori Romawi. Dia juga membangun kembali kuil Pantheon dan kuil Venus serta kuil Roma. Ia juga banyak melakukan kunjungan kenegaraan untuk memperkuat kemaharajaan dan menyelesaikan masalah (misalnya memperbaiki infrastruktur, membangun gedung, kuil dst). Kaisar Hadrian juga terkenal sebagai seorang humanis dan pecinta seni (ia menulis puisi).
[5] Cerita kain dan Abel adalah salah satu cerita Perjanjian lama yang begitu indah (Kejadian 4:1-16). Kain yang membunuh Abel –adiknya- menginspirasikan Victor Hugo menulis La Conscience dalam La Légende des Siècles.
[6] Lihat no. 5
[7] Bandingkan dengan essai Hasutan (essai XV)
[8] Lihat Matius 13: 24-30
Copyright © 2016 ducksophia.com. All Rights Reserved