Lukisan:Emile Claus, Sunset Over Waterloo Bridge
Markus 13:33-37
Hati-hatilah dan berjaga-jagalah
Sebab kamu tidak tahu bilamanakah waktunya tiba
Salah satu kardinal kondang Italia adalah kardinal Carlo Martini, seorang ahli kitab suci. Beliau juga merupakan kardinal yang diajukan dan dijagokan untuk menjadi Paus yang akhirnya terpilih kardinal Joseph Ratzinger sebagai Paus. Suatu kali kardinal Carlo Martini tampil di televisi Italia dan menyampaikan pidatonya sebagai berikut: Rakyat Italia sekalian, apakah dosa terbesar bangsa ini pada saat ini? Dosa terbesar bangsa Italia adalah hilangnya harapan.
Dalam Injil kita mendengar sabda Yesus yang mengajak kita agar berhati-hati dan berjaga-jaga sebab kita tidak tahu bilamana waktunya tiba. Apa yang dimaksud dengan kita tidak tahu bilamana waktunya tiba? Iman Gereja mempercayai bahwa Yesus akan datang kedua kalinya sebagai raja, tetapi tidak tahu kapan kedatangan-Nya sehingga diumpamakan dengan seorang tuan yang berpergian yang sedang dinanti hamba-hambanya. Kita sebagai murid-murid-Nya menanti kedatangan Kristus ibarat hamba-hamba yang menanti tuannya.
Sebagai murid-murid-Nya, Yesus telah menyerahkan tanggung jawab dan tugas kepada kita. Maka, dalam menanti kedatangan-Nya, Yesus mengingatkan kita supaya berjaga-jaga. Berjaga-jaga di sini bukan berarti bergadang. Berjaga-jaga di sini berarti bahwa kita melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diserahkan dan dipercayakan kepada kita oleh Yesus sehingga dia ketika datang, dia mendapati kita setia dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab tersebut (Bertold Anton Parreira). Lalu apa tanggung jawab dan tugas kita sebagai murid-murid Kristus? Tugas kita adalah bahwa kita harus hidup terus dalam pengharapan bahwa Kristus akan datang untuk kedua kalinya. Tanggung jawab kita adalah hidup di dalam pengharapan akan Kristus.
Sekarang ini, banyak orang Kristiani bahkan dunia telah kehilangan harapan. Karena tuntutan dan tantangan zaman, banyak orang Kristiani tenggelam dalam tuntutan zaman dan terlalu duniawi sehingga lupa siapa yang dinantikan. Banyak orang hidup di dalam kekhawatiran dan kegelisahan. Dengan hilangnya harapan, hidup pun menjadi suram. Tidak ada lagi keberanian dan kekuatan dalam meniti dan menyongsong hidup. Semuanya tenggelam di dalam keputusasaan.
Melalui Injil kita semua dikuatkan dan diteguhkan serta disegarkan kembali harapan kita oleh Yesus Kristus. Di tengah peliknya situasi hidup ini, kita tidak boleh kehilangan harapan. Masih ada Yesus Kristus. Harapan kita bersumber pada Yesus Kristus dan bukan yang lain. Mengapa? Karena Kristus adalah kebenaran dan kebenaran Kristus tidak pernah menipu dan menyesatkan kita, sebaliknya, membawa kita kepada keselamatan. Selain itu, kita berharap kepada-Nya karena Kristus itu adalah asal-muasal segala kebaikan. Jika kita berharap kepada-Nya, kita menemukan kekuatan dan keberanian kita untuk menyongsong kehidupan yang lebih baik; ketika kita menaruh harapan pada Kristus kita akan merasakan kesegaran iman, cinta kasih dan kebaikan. Mekarnya dan segarnya iman dan cinta kasih, dan harapan serta kebaikan menandakan kita dengan setia menanti Yesus Kristus. Lalu bagaimanakah cara kita berharap pada Kristus ?
Tempat pertama harapan dan sumber harapan adalah doa. Doa merupakan sekolah harapan karena Yesus memberi kita kekuatan dan keberanian dalam doa kita. Seandainya tak seorang pun yang dapat mendengarkan aku, maka Yesuslah satu-satunya yang mendengarkan aku. Jika aku tak mampu berbicara dan berkeluh kesah kepada siapa pun namun hanya kepada Yesuslah aku mengungkapkan isi hatiku yang terdalam. Jika tak ada seorang pun yang dapat membantuku maka Yesuslah satu-satunya penolongku. Tentu aku mengaduh, berkeluh-kesah hanya melalui doa. Di dalam doa aku menemukan kekuatan dan harapanku. Dalam harapanku aku belajar memohon apa yang benar kepada Yesus yaitu melakukan kehendak-Nya. Dengan melakukan kehendak Tuhan, maka hatiku selalu berjaga-jaga dan melaksanakan apa yang menjadi tanggung jawab dan tugasku. Dengan demikian doa menjadikan diri memiliki harapan yang besar dan harapan yang benar sekaligus pelayan harapan demi dan untuk sesamaku. Kata seorang mistikus anonim: “Setiap hari, ketika hatimu merasakan kekosongan atau engkau melihat keburaman hidup, berdoalah dan berharaplah di dalam Kristus, maka matahari bersinar lagi di dalam hati dan hidupmu, hari-harimu pun penuh dengan keajaiban.
Tempat harapan dan sumber harapan yang kedua adalah tindakan yang benar dan lurus. Setiap tindakan manusia yang benar dan lurus merupakan sebuah harapan sekaligus sumber harapan. Mengapa? Terhadap masa depan, manusia selalu berharap bahwa dunia dari hari ke hari menjadi tempat yang lebih baik. Tindakan manusia yang benar dan lurus merupakan cara dan usaha yang nyata untuk membuat dunia menjadi lebih baik. Dengan tindakan yang benar, gerbang masa depan akan hidup yang lebih indah makin terbuka lebar. Konsekuensinya, tindakan kita yang benar dan lurus dan karya kita akan kebenaran dan kebaikan membawa harapan-harapan baik bagi diri kita sendiri dan orang lain. Jadi, dengan tindakan yang benar dan lurus dunia dan manusia selalu terbuka kepada wahyu Allah: terbuka kepada kasih, kebaikan dan keselamatan. Dengan terbuka kepada wahyu Allah (kasih, kebaikan, dan keselamatan) dan terwujudnya kebaikan maka harapan manusia akan keselamatan menjadi nyata (Ensiklik Spe Salvi).
Semuanya ini membuktikan bahwa di dalam harapan akan Kristus kita menjadi kaya dalam segala hal baik di dalam perkataan dan pengetahuan sehingga kita tidak kekurangan sesuatu pun. Harapan akan Kristus itulah yang membuat kita selalu berjaga-jaga sehingga kita menjadi hamba-hamba yang setia dalam menanti kedatangan-Nya yang kedua. Dalam harapan yang kita miliki kita bersaksi kepada dunia akan Yesus Kristus lewat doa dan tindakan yang baik dan benar. Di mana bunga tumbuh mekar, demikian juga harapan
Ditutup dengan seruan John Paul: “Jangan pernah sekalipun menyerah untuk berharap, jangan ragu, jangan lelah dan jangan kecut hati. Janganlah takut”
Copyright © 2021 ducksophia.com. All Rights Reserved