Lukisan: Paul Gustave Fischer, Waiting for The Tram

Bahasa adalah suatu kulit: aku menggosokkan bahasaku melawan satu sama lain. Seolah-olah aku memiliki kata-kata, bukan jari-jari, atau jari-jari di akhir kata-kata. Bahasaku bergetar dari hasrat. Emosi berasal dari kontak ganda: di satu sisi, segala aktivitas diskursus secara diam-diam dan tidak langsung mengungkapkan penandaan unik, yaitu aku menghasratkanmu (emosi) dan aku membebaskan emosi:aku memberi makan emosi, aku mengembangkan emosi,aku meledakkan emosi (bahasa menikmatinya dengan menyentuh dirinya sendiri); di sisi lain, aku membungkus emosi satu sama lain dengan kata-kataku, aku membelainya, aku menyikatnya, aku mempertahankan kesenangan ini, aku menghabiskan waktu untuk melangsungkan komentar yang mana relasi itu kukirimkan.
Roland Barthes
Percakapan antara aku dan kamu menciptakan suatu peristiwa di dunia karena adanya makna, pesan dan intensi yang termuat di dalam percakapan kita. Makna, pesan dan intensi tersampaikan dan terpahami berkat realitas tubuh. Continue reading “Tubuh, Bahasa, dan Ucapan”